Bumiputera, Kini dan Nanti
Dua tulisan diturunkan harian Kompas tentang Bumiputera, "Menyehatkan Bumiputera" (Munawar Kasan, 14/11/2018) dan "Menyelamatkan Bumiputera" (Irvan Rahardjo, 1/12/3018). Substansinya adalah rasa keprihatinan mendalam tentang nasib dan masa depan perusahaan asuransi asli karya bangsa Indonesia yang berasaskan usaha bersama (mutual) dan mungkin satu-satunya di dunia.
Telaah, analisis, dan masukan sudah disampaikan, bagaimana menyehatkan dan menyelamatkan Bumiputera dari keterpurukan. Langkah dan upaya terobosan mendesak dilakukan oleh pemangku kepentingan, khususnya pemerintah, agar perusahaan ini bisa bangkit dan sehat kembali.
Menyelamatkan Bumiputera adalah kewajiban moral ketika persaingan usaha sejenis semakin ketat dan di saat kondisi perekonomian nasional ataupun global tengah dalam tekanan dan ketidakpastian. Pemegang polis adalah nyawa perusahaan dan ini yang harus diselamatkan sebab mereka adalah aset ekonomi bangsa, kini dan nanti.
Budi Sartono
Cilame, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat
Jadwal Acara TVRI
Dimuatnya iklan TVRI di Kompas (1/12/ 2018) halaman 13 merupakan gejala cukup langka sekaligus kemajuan bagi stasiun televisi milik pemerintah itu.
Sudah sekian lama saya tak melihat iklan yang melibatkan TVRI di media cetak ataupun media daring, membuat saya pesimistis bahwa kehadirannya masih dilirik dan diminati pemirsa, terutama oleh generasi milenial.
Jadwal acara TVRI yang dimuat di Kompas tampaknya jarang dilihat pembaca karena beda selera dan stigma "tua" yang dialamatkan terhadap stasiun televisi tersebut.
Pembaca lebih memilih melihat jadwal acara stasiun televisi swasta yang dinilai lebih menarik, yang kini jumlahnya sudah belasan, bahkan puluhan. Namun, saya tetap mengapresiasi konsistensi Kompas dalam memuat jadwal acara TVRI, yang kini sudah mengalami perubahan serta kemajuan.
Saya berharap kemajuan TVRI yang berkolaborasi dengan konsistensi Kompas akan pemuatan jadwal acara TVRI menjadi babak baru lembaga penyiaran publik yang kian diminati dan dicintai segenap rakyat Indonesia
Kaliandra
Jalan Sidomukti, Bandung
Program Lada di Bangka Belitung
Ada beberapa hal yang dilakukan untuk mengembalikan kejayaan lada di Bangka Belitung. Pemerintah sedang membuat laboratorium penelitian lada dan program sistem resi gudang (SRG) dalam upaya menciptakan stabilisasi harga lada di tingkat petani.
Gubernur Bangka Belitung Erzaldi Rosman dan para eksportir lada menggelar diskusi grup terfokus untuk menggeliatkan kembali lada sebagai produk ekspor unggulan Bangka Belitung. Ia memilih mengambil sikap mempersatukan Badan Pengelolaan, Pengembangan, dan Pemasaran Lada dengan SRG.
Fenomena ini perlu dipertanyakan. Bicara lada, kita perlu membudidayakan tanaman lada secara baik dan betul, dari mulai bibit, junjung, hingga pemupukannya. Ketersediaan bibit unggul berkualitas akan membuat petani bisa menanam lada dengan aman. Satu di antara sekian masalah dalam pertanian lada kita adalah bibit unggul yang berkualitas tahan hama dan hasilnya banyak.
Pada 2017, ratusan ribu bibit lada disalurkan kepada petani, tetapi kelanjutan program ini—misalnya mutu lada harus ditingkatkan—perlu dipertanyakan sebab banyak bibit lada yang mati. Petani susah.
Bibit lada yang diberikan Pemerintah Provinsi Bangka Belitung melalui penangkar, meskipun memiliki sertifikat, diragukan mutunya. Terlalu banyak manipulasi atas kualitas bibit.
Tahun 2018 ini, dengan dana APBN sebesar Rp 31,5 miliar, sebagian dari sekitar 3,5 juta bibit lada sudah disalurkan kepada petani secara bertahap per kelompok. Sejauh mana keberhasilan program ini? Kita lihat saja. Semoga uang rakyat yang puluhan miliar itu tak sia-sia.
Awakid Muhammad
Jalan Kejaksaan,Pangkal Pinang
Kompas, 8 Desember 2018
#SuratPembacaKompas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar