KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA

Kondisi Desa Sibalaya Selatan, Kecamatan Tanambulava, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, yang rusak oleh gempa, Kamis (4/10/2018). Gempa memicu terjadinya likuefaksi yang membuat lahan kebun kelapa warga bergeser menerjang sawah.

 

Memasuki tahun 2019, sebagai bangsa kita harus melangkah dengan percaya diri setelah melalui berbagai tekanan ekonomi dan bencana alam.

Berbagai tekanan ekonomi yang berasal dari dalam negeri maupun situasi ekonomi global serta tiga bencana alam besar yang terjadi dalam waktu berdekatan hanya akan menjadi modal berharga bagi bangsa ini apabila kita dapat belajar dari berbagai kejadian tersebut.

Hal terpenting dari perjalanan selama setahun terakhir adalah selain mengklaim capaian selama ini, kita juga berani mengakui ada pekerjaan yang belum dapat kita selesaikan tuntas. Kemudian, membuat langkah-langkah perbaikan seraya mengantisipasi yang akan terjadi pada tahun mendatang.

Perekonomian Indonesia tahun depan diperkirakan masih akan menghadapi tekanan akibat defisit transaksi berjalan. Defisit terjadi akibat nilai impor lebih besar daripada pendapatan ekspor. Salah satu komponen impor terbesar adalah bahan bakar minyak.

Tekanan juga akan terjadi dari faktor global, yaitu kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat, dampak perang dagang antara Amerika Serikat dan China, serta perkembangan geopolitik di Eropa dan kawasan Timur Tengah.

Pemerintah telah mengantisipasi dampak dari keadaan yang akan melemahkan nilai tukar rupiah dan pertumbuhan ekonomi. Penggunaan biodiesel diperluas lagi dan mendorong industri substitusi impor karena mendorong ekspor saat ini tidak terlalu mudah sebab ada kecenderungan sikap proteksionis pada sejumlah negara.

Pertumbuhan ekonomi didorong dengan meningkatkan konsumsi masyarakat sebab investasi belum memberi hasil sesuai harapan meskipun ada sejumlah insentif.

Bank Indonesia juga terus menjalankan peran menjaga inflasi serta menstabilkan nilai tukar rupiah dengan menaikkan suku bunga acuan sebagai insentif bagi para investor di pasar uang.

Sepanjang tahun 2018, pelajaran penting lain adalah kita masih harus meningkatkan kewaspadaan dalam menghadapi bencana alam.

Gempa di Lombok, gempa dan tsunami di Palu, serta tsunami di Selat Sunda mengambil korban jiwa dan harta benda tidak sedikit. Tsunami Palu dan Selat Sunda memperlihatkan lemahnya sistem peringatan dini sehingga menyebabkan jatuh korban jiwa dalam jumlah besar.

Di tengah berbagai kemajuan, kita masih bergulat mengatasi tantangan lain, seperti korupsi, ketimpangan kemakmuran, kemiskinan, penyediaan lapangan kerja berkualitas, kecukupan dan akses terhadap pangan, serta kualitas sumber daya manusia.

Kita sudah memiliki modal dasar berupa kohesi sosial yang masih terjaga baik, di tengah perjalanan menuju pemilu serentak 17 April 2019.