Seminggu terakhir, marak pertanyaan masuk ke akun Instagram @pritaghozie tentang apa dan seperti apa investasi saham secara langsung. Dibandingkan dengan investasi lain, seperti deposito dan emas, berinvestasi saham secara langsung memang terbilang belum terlalu populer. Namun, bukan berarti investasi ini tidak berpotensi memberi keuntungan.
Sebagai investor pemula, sebaiknya kenali dahulu karakteristik dan manfaat berinvestasi saham. Sederhananya, saham adalah bukti kepemilikan di sebuah perusahaan. Dengan menjadi investor saham, secara otomatis investor akan terdaftar sebagai pemilik perusahaan tersebut.
Saat ini, transaksi saham sejumlah 1 lot = 100 lembar saham. Artinya, jika saham ABCD harganya Rp 1.000 per lembar, investor membutuhkan dana sejumlah Rp 100.000 untuk membeli saham tersebut, ditambah biaya pembelian.
Saham yang sudah go public diperdangkan di Bursa Efek Indonesia, tetapi hanya dapat dibeli melalui perusahaan sekuritas yang telah mendapatkan izin usaha dari Otoritas Jasa Keuangan.
Setiap investasi pasti mengandung risiko dan memberi potensi keuntungan. Dalam hal berinvestasi di saham secara langsung, ada dua potensi keuntungan yang dapat diperoleh.
Dividen adalah bagi hasil yang diberikan oleh perusahaan go public bagi para pemilik saham. Dividen dapat dibagikan dalam bentuk tunai dan dalam bentuk saham.
Nilai dividen per saham dapat bervariasi dan tidak dapat dijanjikan. Capital gain alias selisih keuntungan adalah selisih positif antara harga beli (modal awal) dan harga jual.
Jika seorang investor membeli saham ABCD dengan modal Rp 1 juta, kemudian menjualnya di harga Rp 1,2 juta, ada keuntungan dalam bentuk capital gain sejumlah Rp 200.000 atau 20 persen.
Faktor risiko dari investasi saham secara langsung utamanya adalah fluktuasi harga saham dalam jangka pendek. Sebagai contoh, selama 2018, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ternyata bergerak minus 2,54 persen.
Untuk jangka pendek, tentu saja investasi ini berisiko. Selain itu, ada juga faktor risiko apabila perusahaan tidak mengeluarkan dividen sehingga potensi keuntungan investor menurun.
Saya pertama kali berinvestasi di saham secara langsung pada 2007, tepat sebelum kejatuhan pasar modal di tahun 2008 yang sukses membuat nilai investasi saya turun hampir setengahnya.
Namun, karena didukung pengetahuan dan rencana keuangan yang baik, saya tidak panik. Terbukti, 10 tahun kemudian, nilai investasi di saham milik saya bisa naik melebihi 300 persen dari modal awal tanpa menghitung tambahan keuntungan dari dividen.
Pertama, investor yang berniat menabung saham untuk tujuan keuangan tertentu. Jika jangka waktu berinvestasi masih di atas 10 tahun, strategi investasi di saham merupakan salah satu solusi yang baik. Contohnya adalah persiapan dana pendidikan kuliah untuk anak yang saat ini berusia 1 tahun.
Berdasarkan perhitungan yang digunakan, diasumsikan orangtua perlu mempersiapkan kebutuhan dana pendidikan sebesar 500 juta rupiah 15 tahun dari sekarang.
Maka, jika orangtua hanya menabung, dibutuhkan setoran bulanan sebesar Rp 2,4 juta ke rekening tabungan selama 15 tahun. Namun, jika orangtua memilih menabung saham, setoran bulanan dapat diturunkan menjadi Rp 760.000.
Strategi yang baik digunakan untuk tipe investor dengan tujuan keuangan spesifik adalah tidak membeli saham secara sekaligus dalam satu waktu saja.
Tambahan lagi, tidak disarankan membeli saat harga saham sedang tinggi dan menjual saat harga saham jatuh berguguran. Pahami juga bahwa investasi di saham mengandung risiko fluktuasi yang cukup tinggi.
Kedua adalah berdagang dengan saham. Investor akan melakukan proses jual-beli saham secara aktif. Umumnya, saham yang dibeli akan dijual dalam waktu sebulan.
Sebagai trader, Anda akan mengharapkan keuntungan seperti layaknya seorang manajer investasi. Tipe investor aktif seperti ini membutuhkan pengetahuan khusus tentang pasar modal dan selalu memantau perkembangan pasar secara harian.
Berdasarkan pengalaman, hampir tidak ada broker profesional yang dapat selalu tepat dan konsisten meramalkan waktu paling menguntungkan untuk membeli atau menjual saham, apalagi seorang investor pemula.
Jika Anda mau menabung saham, uang diinvestasikan dengan jumlah yang sama setiap bulan, terlepas saat harga tinggi ataupun saat harga rendah. Jika waktu dan tenaga ada di sisi Anda, konsep menabung saham atau dollar-cost averaging merupakan strategi terbaik.
Investor pemula sebaiknya memilih saham-saham dengan fundamental baik, yang memang diharapkan akan meningkat secara stabil. Saya juga mengingatkan untuk merealisasikan keuntungan apabila nilai portofolio meningkat sesuai atau bahkan melebihi target.
Biasanya, digunakan acuan kenaikan harga saham mulai 10 persen untuk merealisasikan keuntungan. Manakah yang tepat untuk saya?
Jawabannya tergantung dari apa tujuan keuangan dan bagaimana profil risiko yang dimiliki. Mencari investasi ideal itu ibarat mencari jodoh, jadi jangan terpengaruh dengan rumput tetangga. Ingatlah, berinvestasi bukan berarti tutup mata dan membiarkan pasar menentukan nilai kekayaan pribadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar