Saat Google memperkenalkan teknologi pencarian berbasis
suara pada tahun 2011, orang masih menganggap temuan itu sesuatu yang aneh.
Kebiasaan orang mencari sesuatu di mesin pencari masih berbasis teks. Bertanya di depan gawai, bisa saja dianggap tak biasa kala itu.
Sesuatu yang aneh itu kini telah menjadi kebiasaan. Bagi kalangan yang bergerak di bidang pemasaran perubahan ini perlu diantisipasi. Mereka perlu mengubah strategi digital agar pencarian produk mereka oleh konsumen bisa optimal.
Inovasi teknologi kecerdasan buatan dengan pengenalan suara menjadikan pencarian berbasis suara makin menghasilkan keluaran yang sesuai harapan. Gawai makin cerdas sehingga paham dengan keinginan pencari.
Suara-suara yang asing bagi mesin pencarian belakangan lebih dipahami sehingga menghasilkan pencarian yang akurat. Teknologi kecerdasan buatan dan juga mesin pembaca (machine learning) yang lebih maju, membuat dampak yang besar ketika kita berinteraksi dengan gawai. Google melakukan hal ini sehingga mereka bisa memprediksi secara jitu keinginan konsumen.
Pada tahun 2016, sekitar 20 persen pencarian telah menggunakan suara.
Teknologi pengenalan suara masih akan terus diperbarui. Data statistik terbaru menyebutkan, 41 persen orang dewasa menggunakan pencarian berbasis suara sekali setiap hari.
Laporan dari lembaga Comscore menyebutkan, pada tahun ini separuh orang yang menggunakan telepon pintar memanfaatkan teknologi pencarian berbasis suara. Pencarian berbasis suara akan menjadi kebiasaan dalam waktu dekat.
"Saya kira pada akhir 2020 kita akan melihat perubahan yang signifikan
di mana banyak orang akan makin mencari sesuatu dengan basis suara daripada mengetiknya. Sekali itu tercapai, orang tidak akan balik lagi. Nantinya, orang tak lagi mencari sesuatu dengan pakai suara dan pakai teks, tetapi seluruhnya pakai suara," kata CEO Aiqudo, sebuah usaha rintisan teknologi kecerdasan buatan di California, Jhon Foster, beberapa waktu lalu.
Orang akan menghentikan pencarian dengan menulis teks. Sebagai gantinya, mereka menggunakan suara. Orang akan "bercakap" dengan gawai untuk mencari sesuatu.
Salah satu pertanyaan yang muncul, mengapa orang lebih senang menggunakan pencarian berbasis suara? Berdasar riset, pencarian dengan suara lebih cepat 3,7 kali dibandingkan pencarian dengan pengetikan.
Pencarian dengan suara juga memungkinkan orang mencari sesuatu yang lebih spesifik. Mencari dengan suara juga dirasa lebih nyaman karena orang tidak harus bersentuhan langsung dengan gawai.
Orang bisa melakukannya sambil memasak, menyetir mobil, dan lain-lain. Mencari dengan basis suara juga dirasakan seperti berbicara dengan orang lain. Secara umum pencarian dengan basis suara membuat orang lebih mudah, lebih cepat, dan lebih nyaman.
Kalangan pemasaran otomatis harus memperbaiki konten dan memahami cara-cara pencarian. Penggunaan kata kunci ekor panjang (long tail keyword) akan makin mengoptimalkan orang mengena pada produk Anda ketika calon konsumen mencari di mesin pencari.
Oleh karena itu, mereka perlu riset tentang kebiasaan menggunakan pencarian suara agar bisa memasarkan produk secara tepat sasaran. Dengan menggunakan suara, orang juga akan menggunakan kalimat tanya dibandingkan menggunakan kata dasar atau kalimat berita. Hal ini merupakan hal yang natural, ketika orang ingin mengetahui sesuatu, mereka akan bertanya.
Sebagai contoh, apabila kita mencari dengan pengetikan rumah makan di Tangerang Selatan, kita akan mengetik "Wisata kuliner di Tangerang Selatan". Ketika kita menggunakan pencarian berbasis suara, maka kita akan bertanya, "Di manakah restoran paling enak di Tangerang Selatan?"
Untuk itu, kalangan pemasaran harus memperbarui strategi optimalisasi penggunaan mesin pencari agar produk kita makin dicari konsumen.
Langkah pertama yang bisa dilakukan adalah memahami kebiasaan orang ketika melakukan pencarian berbasis suara. Orang tidak lagi membutuhkan informasi hasil pencarian dalam jumlah banyak seperti ketika kita mencari dengan basis teks.
Orang akan melihat sedikit hasil dari pencarian dan utamanya yang berada di atas. Halaman pertama pencarian juga kemungkinan tidak akan dilihat menyeluruh.
Mereka lebih melihat hasil pencarian yang di atas. Untuk itu, materi kita di laman internet atau media sosial harus merupakan jawaban dari pertanyaan yang mungkin muncul terkait dengan produk kita, produk kompetitor, fasilitas, dan kaitan lainnya.
Beberapa kalangan mengakui, penggunaan teknologi pencarian berbasis suara dan respons laman internet belum banyak dieksplorasi. Banyak pertanyaan yang kemungkinan belum bisa dijawab, tetapi perusahaan yang sudah berusaha dan memiliki strategi pencarian berbasis suara diperkirakan akan menerima lalu lintas pencarian lebih besar.
Latihan dan eksplorasi yang sering dilakukan akan memberi informasi cara membuat konten yang tepat sehingga laman kita berada di posisi teratas setiap kali ada orang mencari berbasis suara.
Pesan dari beberapa penulis di laman pemasaran digital mengatakan, konsumen akan lebih banyak bertemu dengan laman-laman kompetitor ketika Anda berdiam diri dan tidak membuat strategi baru terkait dengan mesin pencarian berbasis suara.
Anda belum terlambat karena fenomena ini adalah baru sehingga yang dibutuhkan adalah secepatnya belajar dan mencoba. Bila bingung, belajarlah dari mereka yang sudah sukses menerapkan optimalisasi pencarian berbasis suara.
Kompas, 6 Februari 2020
Tidak ada komentar:
Posting Komentar