Komentar presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump, memunculkan kekhawatiran akan memburuknya hubungan Jepang dengan AS. Namun, kehadiran Abe di Pearl Harbor ingin menepis munculnya kekhawatiran itu. Ketika berpidato di sana, Abe menunjukkan betapa dekatnya hubungan kedua negara.
"Kami tidak harus mengulangi kengerian perang seperti ini. Aliansi kami tidak pernah menjadi lebih kuat. Namun, dalam pandangan saya, anak-anak di Jepang, anak-anak Amerika, dan warga dunia akan terus mengingat Pearl Harbor sebagai simbol rekonsiliasi," ujar Abe.
Abe sama sekali tidak menyebut kata maaf dalam pidatonya, sama seperti ketika Presiden AS Barack Obama berkunjung ke Hiroshima, tujuh bulan lalu. Namun, Gedung Putih menyatakan, kunjungan kedua pemimpin ini merupakan simbol rekonsiliasi. Abe dan Obama meletakkan karangan bunga di kapal USS Arizona Memorial.
Di Pearl Harbor inilah, pada 7 Desember 1941, Jepang membombardir Angkatan Laut AS. Tercatat lebih dari 2.400 orang tewas dan puluhan kapal perang serta ratusan pesawat AS rusak. Arizona adalah kota tempat penguburan hampir separuh dari korban tewas Pearl Harbor.
AS membalas serangan Jepang dengan menjatuhkan bom atom di dua kota di Jepang, Hiroshima dan Nagasaki, pada Agustus 1945. Tercatat korban tewas mencapai 140.000 orang di Hiroshima dan lebih dari 70.000 orang di Nagasaki.
Abe adalah PM pertama Jepang yang mengunjungi tugu peringatan untuk mengenang kematian marinir dan pelaut AS akibat serangan itu. Jepang ingin menunjukkan kedekatan dengan AS di tengah keprihatinannya atas ekspansi militer Tiongkok di kawasan Timur Jauh.
Untuk memperkuat aliansi kedua negara, Obama dan Abe juga sepakat terus memonitor pergerakan militer Tiongkok, untuk pertama kali di kawasan Pasifik Barat. Mereka juga sepakat memperkuat aliansi jelang pelantikan Trump pada 20 Januari nanti. Trump menentang perjanjian Kemitraan Trans-Pasifik (TPP) dan meminta negara yang ingin bekerja sama dalam bidang militer, seperti Jepang, membayar lebih kepada AS.
Agresivitas Tiongkok yang mengembangkan jalur sutranya memaksa Abe menemui Trump bulan lalu dan Presiden Rusia Vladimir Putin pertengahan bulan ini. Hanya dua negara ini yang dapat membuat Jepang merasa "aman" di kawasan, meskipun untuk tujuan itu harus merogoh kantong lebih dalam.
Putin dan Trump punya hubungan "spesial" yang juga dapat mengancam kepentingan Tiongkok ke depan. Perubahan konstelasi di kawasan memaksa Abe menyesuaikan diri demi mengamankan kepentingan nasionalnya.
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 29 Desember 2016, di halaman 6 dengan judul "Abe Menggeliat Melawan Tiongkok".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar