Guncangan keras pada Selasa (19/9) siang waktu setempat ini terjadi hanya 12 hari setelah gempa bumi bermagnitudo 8,1 mengguncang wilayah selatan Meksiko. Sedikitnya 98 orang tewas, sebagian besar di Negara Bagian Chiapas, wilayah terdekat dengan episentrum gempa.
Saat warga di Chiapas masih berduka dan petugas memulai operasi pemulihan seusai bencana, giliran Mexico City yang diguncang gempa. Ironisnya, guncangan terakhir itu terjadi tepat 32 tahun setelah gempa bumi dahsyat yang menewaskan tak kurang dari 10.000 orang pada 1985.
Seberapa besarkah peluang bencana alam serupa terjadi di tempat yang sama, pada tanggal yang sama, dengan intensitas yang lebih kurang sama, tetapi terpisah lebih dari tiga dekade? Itulah yang terjadi di Meksiko. Setelah gempa bumi 1985 itu, Mexico City melengkapi diri dengan sistem peringatan dini, dengan 8.000 pengeras suara di setiap sudut kota. Warga pun dilatih prosedur standar evakuasi, apa yang harus dilakukan saat terjadi gempa.
Pada 19 September pagi itu, seperti para pendahulunya, Presiden Enrique Pena Nieto memimpin upacara menaikkan bendera setengah tiang. Pada pukul 11.00, warga Mexico City menjalankan rutinitas tahunan, latihan evakuasi saat alarm berbunyi. Sekitar dua jam kemudian, alarm kembali berbunyi, tetapi kali ini disertai guncangan kuat yang membuat warga panik dan berhamburan. Ratusan bangunan ambruk dan banyak orang terperangkap. Di antara mereka termasuk puluhan siswa sekolah dasar dan keluarga yang menghadiri upacara pembaptisan di gereja. Sekali lagi, Meksiko merasakan duka yang dalam.
Namun, segera setelah bumi berhenti bergetar, jalanan dipenuhi para sukarelawan yang mencari cara untuk membantu sesama warga yang menjadi korban. Mereka membawa makanan, air, dan obat-obatan, berkumpul di dekat truk atau bus yang membawa mereka ke lokasi yang membutuhkan bantuan. Mereka juga membawa sekop untuk menyingkirkan reruntuhan dan membuka pintu rumah untuk warga yang kehilangan tempat tinggal.
Bencana ini sekali lagi mengingatkan, menghadapi kekuatan alam, manusia tak berdaya. Gempa bumi di Meksiko ini juga menyadarkan bahwa hakikat manusia adalah makhluk sosial yang saling membantu dalam kesusahan. Sekat sosial, ekonomi, ideologi, dan politik runtuh saat menghadapi kenyataan, sesama penghuni bumi yang satu ini menderita kesulitan.
Bantuan dan simpati berdatangan dari seluruh dunia. Sebagai bangsa seperti Meksiko, tinggal di wilayah cincin api, kita bisa merasakan duka yang dialami warga Meksiko saat ini. Diiringi harapan, warga Meksiko bisa segera bangkit dan menata kehidupan mereka kembali.
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 23 September 2017, di halaman 6 dengan judul "Solidaritas Dunia untuk Meksiko".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar