Artinya tidak jelas siapa yang di belakang dan siapa yang di depan. Boleh jadi metafora ini akan berlangsung abadi.
Boleh jadi Yahoo! dan pengelola situs atau portal online sudah mengerahkan segala kemampuan untuk membentengi diri dari upaya peretasan. Tetapi, mereka yang mau meretas, apalagi yang disertai dengan tekad (determined hackers), juga akan mengerahkan segala keahliannya untuk bisa menembus situs yang diinginkan.
Kita sudah sering menyaksikan insiden peretasan situs internet. Tetapi, apa yang terjadi pada Yahoo!, salah satu pemain awal era internet, sungguh fenomenal.
Seperti kita ikuti beritanya di harian ini kemarin, Verizon-ini perusahaan yang mengakuisisi Yahoo!-pada Selasa (3/10) lalu mengumumkan bahwa semua dari 3 miliar akun Yahoo! telah diretas pada 2013. Pengumuman ini mengoreksi pengumuman Yahoo! tahun 2016 yang menyebut 1 miliar akun yang dikelolanya diretas.
Menyusul insiden peretasan besar-besaran ini, Februari lalu Verizon menurunkan harga penawaran atas Yahoo! sebesar 350 juta dollar AS (sekitar Rp 4,7 triliun).
Di antara data yang ditarget peretas adalah milik diplomat, pebisnis, dan laporan investigasi. Data mereka bisa dicuri karena menurut para ahli dilindungi oleh sistem enkripsi (penyandian) yang sudah ketinggalan zaman.
Pernyataan di atas sebenarnya cukup mengundang keheranan, mengapa Yahoo! yang merupakan pemain kawakan tidak menyadari bahwa sistem yang ia gunakan sudah ketinggalan zaman dan rentan diretas.
Tetapi, boleh jadi pertanyaan itu kurang relevan karena dalam kasus seranganransomware WannaCry, Mei lalu, penciptanya memanfaatkan kelemahan yang ada pada sistem operasi Windows yang dibuat juga oleh perusahaan terkemuka.
Lalu bagaimana? Kini semua urusan sudah tak mungkin dilepaskan dari internet, sementara enkripsi apa pun seperti tak menjamin semua akan aman saja.
Mau tak mau, perusahaan pengelola dan pengguna situs harus berinvestasi lebih banyak lagi untuk mendapatkan sistem pertahanan lebih canggih. Tujuannya tentu manakala ada krisis bisa segera ditanggulangi. Program darurat (contingency plan) mesti disiapkan pula.
Masih ada optimisme. Karena kalau tidak, Verizon tidak akan mau membeli Yahoo! dengan harga 4,48 miliar dollar AS (sekitar 60,4 triliun).
Apa yang terjadi di panggung teknologi informasi-komunikasi dunia harus kita simak saksama. Wawasan dan keahlian baru di bidang ini sangat kita perlukan, justru ketika kita sedang gencar mengalihkan berbagai urusan-mulai dari pendidikan, bisnis dan perbankan, hingga pertahanan-dari dunia nyata ke dunia maya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar