TAJUK RENCANA
Sandera Jepang dan Sikap Negara
Peristiwa itu menyadarkan banyak negara bahwa warga negara mereka pun dapat menjadi korban penculikan dan penyanderaan oleh NIIS, atau kelompok militan lain. Apabila warga negara mereka diculik, dan penculiknya meminta uang tebusan dalam jumlah yang sangat besar, bagaimana negara yang bersangkutan menyikapinya.
Jepang bukan satu-satunya negara yang mengalaminya, banyak negara lain juga pernah mengalaminya. Amerika Serikat termasuk salah satu di antaranya. Bagi AS, keadaannya lebih mudah karena selama ini AS dengan tegas menyatakan tidak akan tunduk pada tekanan teroris.
Apabila ada warga negaranya yang diculik, AS akan sekuat tenaga mengupayakan segala kemungkinan yang dapat dilakukan untuk membebaskan mereka, termasuk melakukan operasi penyelamatan militer. Namun, membayarkan uang tebusan yang diminta penculik itu tidak termasuk di dalamnya. Jika pada akhirnya tidak ada lagi upaya yang dapat dilakukan, nasib warga negaranya ditentukan oleh penculiknya.
Selama ini, AS tidak bersedia membayarkan uang tebusan yang diminta penculik. Alasannya, pertama, tidak ada jaminan bahwa setelah uang tebusan diberikan, para sandera akan dibebaskan. Kedua, tidak masuk akal apabila AS memberikan uang tebusan yang jumlahnya sangat besar itu kepada kelompok militan.
Jika hal itu dilakukan, sama saja dengan AS membiayai kelompok militan yang bermusuhan dengannya. Di samping itu, ada kekhawatiran, jika uang tebusan itu dibayarkan, akan menjadi preseden, baik bagi kelompok militan itu maupun bagi kelompok militan lain.
Namun, di era keterbukaan seperti saat ini, memutuskan untuk tidak bersedia membayarkan uang tebusan, tanpa melihatnya kasus per kasus, tentunya sangat sulit diterima. Apalagi, dalam kasus sandera warga Jepang itu, ibunda salah satu warga Jepang yang disandera ikut serta memperjuangkan agar putranya dibebaskan. Sungguh tidak mudah bagi pemerintah suatu negara, seperti Jepang, untuk mengambil sikap hitam atau putih, seperti yang diterapkan AS selama ini.
Sebaliknya, dari kasus penyanderaan warga Jepang itu, kita belajar bahwa kita tidak dapat memercayai kelompok militan. Haruna Yukawa dibunuh karena Tokyo tidak membayar uang tebusan hingga batas waktu akhir terlewati. Namun, Kenji Goto, yang semula digunakan untuk membuat Tokyo membujuk Jordania menukar tahanan asal Irak dengan pilot Jordania yang disandera NIIS, akhirnya dibunuh pada saat perundingan tengah berlangsung. Bukan itu saja, pilot Jordania pun kemudian dibunuh beberapa hari setelah Kenji Goto.
Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000011823700
Tidak ada komentar:
Posting Komentar