Cari Blog Ini

Bidvertiser

Jumat, 26 Februari 2021

Hubungan Bilateral (MUSTAKIM)


Hubungan bilateral antarnegara diatur dalam Konvensi Vienna Tahun 1961 tentang Hubungan Diplomatik dan Konvensi Vienna Tahun 1963 tentang Hubungan Konsuler.

Menurut Konvensi Vienna, seorang WNA yang bermasalah secara hukum—seperti ditangkap polisi karena tindak kriminalitas, ditahan, diadili, meninggal, atau terlibat masalah hukum lain—pemerintah tempat WNA itu tinggal harus memberi tahu kedutaan besar dari WNA tersebut.

Termasuk kalau negara tersebut telah memberikan kewarganegaraan kepada WNA itu, paspor dikembalikan kepada negara asal melalui kedutaan besarnya. Ini mengingat Indonesia tidak menganut hukum dwikewarganegaraan, kecuali seseorang lahir dari orangtua yang berbeda kewarganegaraan. Namun, setelah umur 18 tahun, anak harus memilih ikut kewarganegaraan ibu atau bapak (UU Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan).

Mengikuti pemberitaan di media, ada kasus Orient Patriot Riwu Kore dan Arcandra Tahar yang memperoleh kewarganegaraan AS, serta Djoko Tjandra yang telah memiliki paspor Papua Niugini (PNG) (Kompas, 4/2/2021). Namun, baik Pemerintah AS maupun PNG tidak memberi tahu Pemerintah Indonesia. Kita harus protes keras.

Demikian juga dengan Pemerintah Inggris, seharusnya Benny Wenda tidak boleh tinggal di Inggris karena yang bersangkutan seorang narapidana dan separatis dengan mendeklarasikan diri sebagai Presiden Papua Barat.

Indonesia pernah protes kepada Pemerintah Belanda melalui KBRI di Den Haag saat polisi Belanda menangkap WNI di Bandara Schiphol, Amsterdam, akhir 1990-an. Ia akan menyelundupkan ekstasi ke Indonesia, tetapi KBRI hanya tahu dari media, bukan dari Kemlu Belanda.

Mustakim

Jl Para Duta, Pondok Duta 1, Tugu, Depok 16451

Orang Pintar

Memuat data...
Kompas/Wawan H Prabowo

Terdakwa kasus suap pengadaan pesawat di PT Garuda Indonesia Hadinoto Soedigno mengikuti sidang lanjutan di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) pada Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Pusat, Jumat (26/2/2021). Agenda sidang hari itu adalah mendengarkan keterangan para saksi. Dalam kasus ini, Hadinoto diduga menerima suap dari pendiri PT Mugi Rekso Abadi (MRA) Soetikno Soedarjo senilai US$2,3 juta dan 477.000 euro yang dikirim ke rekening Hadinoto di Singapura. 

Selama pandemi ini berbagai ujaran muncul di media sosial. Di antaranya Robert Kiyosaki, seorang pakar duit, yang menulis buku "kesalahan orang pintar".

Ia menilai mahasiswa berprestasi akademik A yang bekerja di perusahaan miliknya dapat nilai C. Namun, menurut Kiyosaki, ada tiga kesalahan pada diri orang pintar meski tidak semua.

Pertama, tidak percaya orang lain. Karena merasa tahu, enggan menerima masukan, dan lebih percaya pada pemikiran sendiri. Ini membuat dia sulit memimpin orang.

Kedua, cenderung sombong, merasa serba tahu. Orang sombong tak disukai.

Ketiga, orang pintar terlalu perhitungan. Apa-apa dianalisis sampai mendetail, padahal peluang (usaha) bisa hilang dalam sekejap. Intuisi jarang dipakai untuk membuat keputusan cepat. Juga soft-skills.

Pertanyaannya, apa penyebab "kegagalan" orang pintar karena tidak mampu memberikan teladan, tak sanggup menggerakkan orang karena pada dasarnya soliter, tak percaya orang, sombong, dan terlalu banyak pertimbangan?

Patut dipertanyakan juga, apakah sukses itu ukurannya semata-mata soal finansial?

Positifnya, Kiyosaki mengakui orang pintar itu berintegritas, jujur, siap kerja keras, dan punya kesungguhan belajar. Mungkin saja, dalam bekerja, mereka lebih tertarik menjadi pemikir dan penemu, bukan pengelola usaha.

Sementara orang-orang yang kurang pintar secara akademis, apakah sebenarnya mereka "pintar" memanfaatkan situasi, termasuk orang pintar, seperti mengambil risiko "mencontek" dari teman yang pandai? Sayang ini tidak dijelaskan lebih lanjut.

Mungkin mereka belajar dari pengalaman, juga pintar memanipulasi untuk menyelesaikan tugas-tugas?

Bukankah KPK pernah mengatakan, kebiasaan "mencontek" bisa jadi pangkal korupsi, dalam hal pintar memanfaatkan situasi? Mungkin perlu dilihat nilai akademis para koruptor ini.

Siapa yang akan kita pilih? Orang pintar yang berintegritas tinggi atau orang yang pintar memanipulasi?

Zainoel B Biran

Ciputat Timur, Tangsel

Kompas, 26 Februari 2021

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Wajah Manusia dan Satwa Liar yang Tersesat (CORNELIUS HELMY)


Memuat data...
Kompas/Bahana Patria Gupta

Warga berusaha mengevakuasi paus pilot (Globicephala macrorhynchus) yang masih hidup saat terdampar di Pantai Modung, Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur, Jumat (19/2/2021). 

Peristiwa terdamparnya 52 paus pilot sirip pendek (Globicephala macrorhynchusdi Pantai Modung, Bangkalan, Jawa Timur, Jumat (19/2/2021), menjadi perbincangan hangat. Harian Kompas menempatkan foto besar di halaman pertama tentang evakuasi kejadian itu sehari kemudian. Namun, ujung nyawa para "gergasi" ini berakhir duka. Hanya seekor yang bertahan hidup. Sisanya mati.

Kasus tersesatnya paus pilot lalu terdampar dan mati bukanlah kasus baru. Pada 16 Juni 2016, sebanyak 32 paus pilot pendek terdampar di pesisir pantai utara Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur.

Sebanyak 10 individu mati dan 22 individu lainnya berhasil kembali ke laut, baik sendiri maupun dibantu warga. Pada 12 Mei 2020, satu paus pilot juga mati setelah terdampar di Pantai Cemara Binuangeun, Lebak, Banten.

Seiring menyempitnya hutan tempat mencari makan, monyet ekor panjang nekat masuk permukiman.

Akan tetapi, tidak mudah memastikan penyebabnya. Kemungkinannya beragam. Mulai dari disorientasi gangguan suara bawah laut, cuaca buruk, pemimpin rombongan sakit dan kehilangan arah, hingga pencemaran lautan.

Tiga penyebab di atas dipicu fenomena alam. Namun, yang terakhir, hampir pasti manusia adalah pelakunya.

Pantai Modung, tempat terakhir 51 paus pilot mengembuskan napas, tidak bebas pencemaran. Dalam makalah berjudul "Tingkat Kerentanan Lingkungan Pesisir Selatan Kabupaten Bangkalan terhadap Potensi Tumpahan Minyak (Oil Spill)", Maulinna K Wardhani, Sulistiono, dan Vincentius P Siregar menyebut kawasan pesisir selatan Bangkalan itu rawan tumpahan minyak pelabuhan dan pertambangan lepas pantai.

Penelitian dilaksanakan Maret-September 2010. Lokasinya meliputi Kecamatan Kamal, Labang, Kwanyar, dan Kecamatan Modung. Makalah itu diterbitkan pada Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga Volume 3 No 1, April 2011.

Baca juga : Paus Pilot, Satwa Liar yang Dilindungi

Memuat data...
KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA

Busa putih memenuhi aliran sungai yang bermuara di Selat Madura di Kelurahan Tambak Wedi, Kecamatan Kenjeran, Surabaya, Senin (3/12/2018). Diperlukan kerja sama banyak pihak dari hulu hingga hilir untuk menjaga kawasan pesisir terhindar dari pencemaran.

Selain itu, dalam makalah berjudul "Bakteri Indikator Pencemaran di Perairan Kabupaten Bangkalan", Eva Ari Wahyuni berkesimpulan, keberadaan bakteri patogen dari jenis coliformmerupakan indikasi awal adanya pencemaran di perairan Selat Madura, khususnya di Kecamatan Kamal, Kabupaten Bangkalan. Makalah ini terbit dalam Jurnal Kelautan Universitas Trunojoyo Volume 8, No 1, April 2015.

Sekali lagi, kesimpulan akhir penyebab kematian paus pilot di Modung belum ditetapkan. Nekropsi harus dilakukan untuk menelisik penyebab pastinya. Nekropsi adalah upaya medis untuk mengidentifikasi sebab-sebab kematian.

Akan tetapi, kisah satwa liar yang "tersesat" tidak hanya paus pilot. Beragam jenis satwa liar kini semakin biasa masuk permukiman, menunjukkan pola serupa. Tidak terjadi begitu saja, ada peran manusia yang memicu tingkah laku tidak biasa itu.

Memuat data...
KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA

Sampah plastik mencemari kawasan mangrove di pesisir Surabaya, Jawa Timur, Rabu (17/10/2018). Dengan sifatnya yang sulit terurai, sampah plastik tersebut tidak hanya berbahaya bagi ekosistem pantai, tetapi juga lautan.

Dalam makalah berjudul "Mitigasi konflik satwa liar dengan masyarakat di sekitar Taman Nasional Gunung Leuser (studi kasus Desa Timbang Lawan dan Timbang Jaya Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat)", seiring menyempitnya hutan tempat mencari makan, monyet ekor panjang nekat masuk permukiman. Akibatnya, tidak hanya kerusakan fisik, tapi juga persepsi ideal. Jika awalnya dianggap sebagai penyeimbang ekosistem, monyet ekor panjang kini justru dianggap hama bagi petani. Penelitian lapangan terkait perilaku itu dilaksanakan pada Juli-Agustus  2012.

Macan tutul jawa (Panthera pardus melas) mengalami nasib serupa. Pernah dianggap simbol kemakmuran, keberadaannya kini dianggap mengganggu kehidupan. Terkurung di Pulau Jawa yang sangat padat penduduknya, masa depannya suram di ambang kepunahan. Kejadian konflik dengan manusia pun sangat tinggi. Dalam setahun terjadi 4-5 kali konflik di Pulau Jawa.

Salah satu kisah pilu ada di Ciamis, Jabar, tahun 2011. Seekor macan tutul jawa muda dan kurus dikeroyok setelah tepergok mencuri kambing milik warga. Nyawanya melayang di tangan warga yang sebenarnya takut bercampur marah dengan kehadirannya.

Perdebatan muncul. Salah siapa? Satwa liar yang nekat atau manusia yang tinggal terlalu dekat hutan? Atau, manusia tinggal di dalam kawasan hutan area jelajah satwa-satwa liar itu?

Di satu sisi, kebutuhan manusia di dunia yang semakin padat ini kian tinggi. Akibatnya, hutan dan perbukitan yang semula terlarang akhirnya dirambah. Menjadi pilihan termudah untuk manusia, tetapi petakanya dirasakan satwa liar dan ekosistemnya. Pertemuan hingga konflik antarmereka pun kerap terdengar di seantero Nusantara.

Konflik terjadi dengan sejumlah satwa, seperti gajah sumatera (Elephant maximus sumatranus), harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae), orangutan sumatera (Pongo abelii) dan orangutan tapanuli (Pongo tapanuliensis), beruang madu (Helarctos malayanus), serta badak (Dicerorhinus sumatrensis). Ratusan konflik satwa terjadi selama tiga tahun terakhir. Puluhan warga tewas dan sejumlah satwa mati.

Memuat data...
DOK BKSDA ACEH

Tim medis mengobati gajah liar di pedalaman Aceh Timur, Aceh, yang terluka terkena jerat pemburu. Setelah dirawat 12 hari, gajah itu akhirnya mati.

Di Sumatera Selatan, misalnya, pada 2017 terjadi enam kasus konflik manusia dan satwa, dua orang tewas. Pada tahun berikutnya meningkat menjadi 10 kasus, menelan dua korban tewas. Pada 2019 naik lagi menjadi 24 kasus, dengan korban tewas mencapai enam orang.

Kasus yang menjadi sorotan adalah konflik harimau di Muara Enim, Lahat, dan Pagar Alam. Dalam tiga bulan terakhir, ada tujuh kasus yang menewaskan lima orang dan dua orang terluka (Kompas, 17 Februari 2020).

Selain mati, sejumlah satwa liar pun hidup dalam trauma seumur hidupnya. Saat penulis datang ke salah satu pusat konservasi harimau sumatera di Bogor, hal itu terpampang nyata. Saat itu, pada tahun 2013, belasan harimau sumatera hidup dalam trauma dan cacat fisik akibat konflik dengan manusia.

Hampir semuanya mustahil dilepasliarkan. Harimau yang buta atau hanya memiliki tiga kaki pasti sulit bertahan hidup di alam. Nyawanya bahkan bisa hilang lebih cepat jika nekat makan tanpa harus berburu, yaitu mendatangi permukiman manusia.

Baca juga : Berjibaku Cegah Konflik Satwa dan Manusia

Memuat data...

Harimau sumatera ditempatkan di kandang khusus penangkaran di Taman Safari, Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Kamis (5/12/2013). Penangkaran harimau sumatera di tempat tersebut merupakan yang terbesar di dunia.

Saat semuanya dibiarkan, tidak pernah ada yang diuntungkan. Satwa liar dilindungi semakin berkurang populasinya. Manusia juga hidup semakin rentan. Lebih dari konflik dengan satwa, ada banyak ancaman bencana di depan mata. Kehidupan nyaman seperti apa yang diharapkan pupus tatkala sumber air mengering dan bencana hidrometeorologi terjadi di mana-mana saat hutan kian botak.

Di zaman pagebluk ini, kerawanannya bahkan kian tinggi. Semakin mudahnya satwa liar bersinggungan dengan manusia hanya akan menyuburkan potensi perpindahan penyakit berbahaya pada manusia (zoonosis).

Dalam tulisan berjudul "Perlunya Mitigasi Penyebaran Coronavirus dari Satwa Liar" di laman Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pada 20 Januari 2020, Taufiq Nugraha, peneliti satwa liar dari Pusat Penelitian Biologi LIPI, mengatakan, para ilmuwan menduga kemunculan penyakit zoonosis baru seperti 2019-nCov merupakan hasil tingginya frekuensi interaksi antara satwa liar dan manusia.

Ia berkaca pada kasus ebola di Afrika. Deforestasi untuk pertanian dapat berperan dalam ekspansi kelelawar di luar habitatnya dan ekspansi manusia ke dalam habitat kelelawar. Akibatnya, keduanya dapat saling berinteraksi bebas dan berisiko tinggi dalam penyebaran penyakit baru.

Memuat data...

Kepala Bidang Zoologi Pusat Penelitian Biologi LIPI Cahyo Rahmadi  menjelaskan, mitigasi antisipasi zoonosis harus dilakukan. Hewan yang dominan berpotensi membawa penyakit adalah tikus, kelelawar, celurut, karnivora, dan kelompok primata seperti monyet.

Menurut peneliti bidang mikrobiologi dari Pusat Penelitian Biologi LIPI, Sugiyono Saputra, meskipun memungkinkan, interaksi langsung antara kelelawar dan manusia sangatlah jarang. Namun, virus tersebut dapat pula menginfeksi hewan lain sebagai perantara. Hewan perantara itulah yang lebih sering berinteraksi langsung dengan manusia.

Pada kasus infeksi saluran pernapasan berat, SARShewan perantaranya adalah mamalia kecil, seperti kelelawar, musang, dan rakun. Pada kasus sindrom pernapasan di Timur Tengah, MERS, hewan perantaranya adalah unta. Untuk 2019-nCov, meski masih harus diteliti lebih jauh, mamalia menjadi kandidat kuatnya.

Memuat data...

Kini, petualangan koloni naas paus pilot itu sudah berakhir di Modung. Bangkainya dikubur dalam-dalam. Namun, banyak pelajaran bisa dipetik dari sana. Perjumpaan manusia dengan satwa liar yang semakin sering dan keras jelas tidak sederhana. Kisah satwa tersesat itu berpotensi memicu bencana alam hingga kesehatan yang masih bakal terus terjadi.

Ke depan, sebagai makhluk yang dianggap paling berakal dan punya perasaan, manusia seharusnya kian bijak hidup bersama alam. Itu jika tak ingin ikut tersesat dan terkubur begitu saja kelak. Sebagaimana semua makhluk ciptaan, kita ada untuk berbagai ruang, pula dengan satwa liar.

Baca juga : Jejak Panjang Konflik Manusia-Satwa di Sumatera

Memuat data...
Kompas/Bahana Patria Gupta

Bangkai paus pilot saat proses penguburan paus pilot yang mati terdampar di Pantai Modung, Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur, Sabtu (20/2/2021). Penguburan dilakukan setelah bangkai paus menjalani pemeriksaan dan perobekan tubuh untuk mengeluarkan gas. BBKSDA Jatim menyatakan kerusakan sonar dan pengaruh arus laut disinyalir jadi penyebab terdamparnya 52 paus pilot tersebut.


Kompas, 26 Februari 2021

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Selasa, 16 Februari 2021

Memasukkan Tionghoa dalam Sejarah Indonesia (ASVI WARMAN ADAM)


Memuat data...
KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN

Suasana Museum Pustaka Peranakan Tionghoa di kawasan Serpong, Tangerang Selatan, Banten, Jumat (18/1/2019). Koleksi museum milik Azmi Abubakar ini mencapai sekitar 30.000 yang terdiri dari majalah, komik, surat-surat, koran, buku, dan lain-lain. Museum ini menjadi salah satu pusat dokumen sejarah peranakan Tionghoa, tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di negeri tetangga.

Selama dua dekade belakangan ini terlihat upaya untuk memasukkan unsur Tionghoa dalam sejarah Indonesia. Hal ini disebabkan absennya Tionghoa secara historis dan kultural dalam pengajaran sejarah di sekolah. Mengapa ini sampai terjadi dan bagaimana prosesnya ?

Hal ini merupakan dampak Peristiwa G30S 1965 terhadap (sejarah) etnik Tionghoa di Indonesia. Sejak awal Orde Baru, segala sesuatu yang berbau Tionghoa menjadi tabu, pemerintah melarang tiga pilar budaya Tionghoa (pendidikan, pers, dan organisasi). Perubahan terjadi pada era reformasi, peringatan dan pertunjukan budaya Tionghoa kembali diperbolehkan. Perayaan Imlek menjadi libur fakultatif semasa pemerintahan Abdurrachman Wahid dan dijadikan libur resmi oleh Presiden Megawati.

Upaya untuk mengintegrasikan Tionghoa dalam sejarah Indonesia dimulai dengan gagasan tentang pentingnya unsur etnik Tionghoa sebagai pahlawan nasional. Kenapa ini perlu ? Karena ada anggapan sebagian orang bahwa etnik Tionghoa ini tidak punya andil dalam kemerdekaan Indonesia. Ini tergambar dalam penelitian yang dilakukan Benny Subianto tentang "Asal-Usul Kekerasan terhadap Etnis Tionghoa di Indonesia" yang dilakukan pada tiga daerah, yaitu Sumatera Utara, Kalimantan Barat, dan Sulawesi Selatan.

Karena ada anggapan sebagian orang bahwa etnik Tionghoa ini tidak punya andil dalam kemerdekaan Indonesia.

Disimpulkan bahwa ada tiga penyebab terjadi kekerasan tersebut, yakni a) Etnis Tionghoa masih dianggap liyan (orang lain) bagi sebagian besar penduduk Indonesia, b) kesenjangan ekonomi, c) karena etnis Tionghoa tidak ikut dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Itulah sebabnya, sejak 2002 saya menulis berulang-ulang di beberapa surat kabar nasional tentang usulan John Lie sebagai pahlawan nasional. Perwira Angkatan Laut itu menyabung nyawa menembus blokade Belanda denganspeedboat selama belasan kali tahun 1947-1949 untuk menjual hasil bumi dari Sumatera dan menukar dengan senjata di Singapura dan Phuket (Thailand) untuk keperluan tentara nasional. Usul ini kemudian diajukan Yayasan Nabil sebagai calon pahlawan nasional dari Sulawesi Utara tahun 2008 dan disetujui Presiden tahun 2009.

Memuat data...

Buku Indonesia dalam Arus Sejarah.

Tidak hanya itu, terdapat empat orang Tionghoa menjadi anggota BPUPKI dan seorang di PPKI, seperti diungkapkan Didi Kwartanada. Jauh sebelumnya ada beberapa orang Tionghoa juga ikut Kongres Pemuda kedua 1928 yang melahirkan Sumpah Pemuda. Bahkan, kongres itu berlangsung di gedung yang dimiliki seorang Tionghoa bernama Sie Kong Liang.

Lagu "Indonesia Raya" yang diperdengarkan pada penutupan Kongres Pemuda II tahun 1928 digubah oleh WR Supratman yang merupakan wartawan koran Sin Po. Surat kabar ini yang pertama memuat syair lagu Indonesia tahun 1928 dan mengedarkannya juga dalam bentuk selebaran.

Rekaman lagu ini pertama dibuat oleh perusahaan rekaman milik Yo Kim Tjan. Setelah Indonesia merdeka, lagu tersebut diaransemen oleh Jos Cleber tahun 1950. Rekaman itu makin lama makin kurang jelas dan banyak noise. Itulah sebabnya, Addie MS dengan Twilite Orchestra dan Victorian Philharmonics Orchestra merekam ulang secara digital di Australia.

Pembiayaan sekitar Rp 600 juta (tahun 1997) ditanggung oleh pengusaha rekaman Tionghoa, Youk Tanzil. Setelah selesai proses perekaman itu di studio, Youk Tanzil sangat terharu. Ditanya oleh Addie MS kenapa menangis, jawabnya "Aku iki Cino, kok iso yo buat sesuatu untuk Indonesia."

Tahun 2002 saya pernah menulis "Cina absen dalam pelajaran sejarah" (Koran Tempo, 2 Februari 2002). Memang ada kesulitan untuk menempatkan Tionghoa dalam sejarah Indonesia karena tidak ada kerajaan yang dapat diberi label Tionghoa, seperti halnya Hindu, Buddha, dan Islam.

Masalah China timbul pada masa kolonial karena politik segregasi yang dilakukan pihak Belanda.

Di Kalimantan Barat pernah ada kongsi penambang emas, tetapi itu bukan kerajaan. Berbeda dengan kebanyakan etnik lain, orang Tionghoa tersebar di Indonesia tanpa ada provinsi "asal" (misal Minangkabau dari Sumatera Barat, Sunda dari Jawa Barat, dan Bugis dari Sulawesi Selatan). Padahal, Denys Lombard menulis terdapat empat nebula (megabudaya) yang memengarui peradaban Nusantara, yaitu nebula yang berasal dari India, Arab, Tiongkok, dan Eropa.

"Masalah Cina" timbul pada masa kolonial karena politik segregasi yang dilakukan pihak Belanda. Terdapat tiga golongan warganegara: Eropa, Timur Asing (termasuk Tionghoa) daninlander.

Sejak tahun 1955 telah dilakukan perundingan mengenai masalah dwikenegaraan dengan pihak RRC yang diselesaikan secara bertahap. Setelah Indonesia merdeka, sudah terdapat penggantian beberapa kali peraturan perundang-undangan mengenai kewarganegaraan dan kependudukan yang akhirnya berimplikasi positif bagi etnik Tionghoa.

Puncaknya adalah amendemen UUD 1945 awal reformasi yang menghilangkan kata "asli", seorang menjadi warga negara Indonesia berdasar kelahiran, bukan keturunan. Menurut sejarawan UGM, Bambang Purwanto, amendemen ini sebetulnya dapat dilihat sebagai upaya dekolonisasi (menghapus warisan kolonial) dalam bidang kewarganegaraan.

Memuat data...

Almarhumah Kartika Yo (91), difoto pada Oktober 2014 beberapa waktu sebelum meninggal dunia. Kartika Yo adalah putri Yo Kim Tjan, teman WR Supratman yang dipercaya merekam lagu Indonesia Raya dan diselundupkan ke Inggris untuk digandakan bagi rakyat Indonesia. Ada dua rekaman asli dalam format biola-vokal WR Supratman dan versi orkes keroncong. Format orkes keroncong digandakan di Inggris dan tidak dikenal masyarakat Indonesia.

Sejak 1998 telah terbit banyak buku tentang Tionghoa di Indonesia, di antaranya Tionghoa dalam Keindonesiaan yang diterbitkan Yayasan Nabil tahun 2014. Ada tulisan panjang Leo Suryadinata dalam buku Indonesia Dalam Arus Sejarah. Tinggal sekarang memasukkannya dalam kurikulum sejarah. Tujuannya adalah mengenalkan berbagai etnik yang ada di Indonesia, termasuk etnik Tionghoa, kepada pelajar.

Bila sudah saling mengenal dengan baik, mereka tidak lagi jadi target apabila terjadi kerusuhan/penjarahan massal. Di antara beragam etnik terdapat kesetaraan sebagai warga negara. Selain itu, terjalin pula hubungan baik yang saling menghargai dan memiliki solidaritas karena sudah sama-sama berjuang merebut dan mengisi kemerdekaan. Kebersamaan dalam keragaman etnik ini yang diperlukan menghadapi masalah bangsa sekarang dan masa depan.


(Asvi Warman Adam, Profesor Riset Bidang Sejarah Sosial Politik LIPI)

Kompas, 16 Februari 2021

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Kamis, 11 Februari 2021

Teman Kecil di Pusaran Kebiadaban (PUTU FAJAR ARCANA)


Memuat data...

Putu Fajar Arcana, wartawan Kompas

Aku punya teman kecil, namanya Tude, singkatan dari Putu Gede. Hampir tak ada yang tahu persis nama lengkapnya. Ia cuma dipanggil Tude, kadang diimbuhi dengan kata "moyo", jadilah ia diteriaki dengan panggilan Tude Moyo. Kau tahu, "moyo" itu artinya pandir, bahkan berkonotasi pada kedunguan yang amat dalam.

Meski ia sering kali diejek sebagai "manusia bodoh", bahkan terkadang ejekan itu diikuti dengan kekerasan fisik, Tude tak pernah menangis. Ia cuma meringis lalu berteriak-teriak minta tolong dengan lidahnya yang cadel. Tak pernah ada air mata. Jika kebetulan kakek neneknya, mendengar teriakan Tude, merekalah yang kemudian menghalau anak-anak nakal yang suka mengasarinya.

Aku tak tahu pasti kapan Tude dilahirkan. Setahuku ia hanya diurus oleh dua orang tua yang dipanggil Pekak Mokoh dan Mbah Mokoh. Mungkin dulu karena Pekak Mokoh dan Mbah Mokoh memang gendut badannya sehingga dipanggil "mokoh".

Hanya suatu kali Pekak Mokoh pernah bercerita kalau anak tunggalnya itu hilang. "Konon dicegat di jalan, setelah itu tak tahu entah kemana dibawa orang-orang bersenjata," tutur Pekak Mokoh.

Begitu juga dengan kedua orang tua itu, tak ada yang tahu pasti nama sebenarnya. Ia terkadang hanya dipanggil dengan sebutan "Pan Teler dan Men Teler", oleh orang-orang yang sebaya dengannya. Artinya, ia adalah ayahnya dari orang yang bernama Teler.

Aku menduga Teler itu nama anak tunggalnya, yang berarti juga nama ayah dari Tude. Sebagai teman sebaya dari Tude, aku tak pernah tahu wajah Teler, apalagi bertemu dengannya. Hanya suatu kali Pekak Mokoh pernah bercerita kalau anak tunggalnya itu hilang. "Konon dicegat di jalan, setelah itu tak tahu entah ke mana dibawa orang-orang bersenjata," tutur Pekak Mokoh.

Tak berapa lama setelah Teler menghilang, Dayu, ibu dari Tude, begitu cerita Pekak Mokoh, menikah lagi dengan seorang polisi. Praktis sejak bayi Tude diasuh oleh kakek neneknya. Keduanya sejak kecil sudah menyadari Tude punya keterbelakangan mental. Meski sudah berusaha keras melatihnya, sampai berusia belasan tahun Tude tak pernah bisa mengenakan pakaian sendiri. Mbah Mokoh tak pernah merasa lelah memakaikan celana dan baju, di mana pun Tude sedang bermain.

Memuat data...
KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO

Ilustrasi anak-anak bermain layang-layang.

Kalau kami sedang bermain layang-layang, sering kali layangan Tude terputus karena ia tidak pernah mampu menyambung benang dengan benar. Karena ketidakmengertianku tentang latar belakang mental Tude, aku pernah frustrasi mengajarinya menyambung benang.

Berkali-kali aku katakan, dua ujung benang yang putus harus dibuatkan simpul melingkar, kemudian bagian ujungnya dimasukkan dalam lingkaran benang untuk kemudian ditarik.

Aku selalu menjelaskan membuat simpul benang itu dengan memraktekkannya pelan-pelan. Tetapi, pelajaran membuat simpul benang itu selalu berakhir mengecewakan.

Baca juga: Puisi Amanda Gorman, Mesin Pencuci Daki dan Tirani

Pada akhirnya Tude hanya memilin-milin kedua ujung benang dengan kedua telapak tangannya. Tentu saja teknik menyambung benang layangan dengan memilin ini akan berakibat fatal, layang-layangnya selalu putus sebelum benar-benar mencapai ketinggian di langit jauh.

Hebatnya, Tude tak pernah mengeluh kalau layangannya putus. Lagi-lagi dengan lidahnya yang cadel ia cuma berkata, bahwa nanti layangan bisa dibuatkan kakeknya lagi.

Ketika dalam perjalanan pulang kampung untuk sebuah penelitian, beberapa tahun lalu aku bertemu dengan Tude di emperan pasar kota Negara, Jembrana. Ia sedang duduk bengong memandang kendaraan yang lalu-lalang di jalanan.

Memuat data...
KOMPAS/HERU SRI KUMORO

Ilustrasi. Suasana pasar di Bali.

Ketika melihat kehadiranku, spontan ia berucap, "Ingat kan waktu kita main layangan, punyaku selalu putus…" katanya sambil tertawa nyengir. Kalimat yang ia ucapkan terbata-bata itu justru membuatku ingin bertanya.

"Gimana kabar Pekak dan Mbah?"

"Mati, sudah lama…." sahut Tude.

"Sekarang hidup dengan siapa?"

"Sendirian…."

"Siapa yang merawatmu?"

"Tak ada…"

"Ibumu gimana?"

"Sudah mati…"

Aneh percakapan singkat itu mengingatkan aku pada peristiwa pencegatan Teler di jalanan oleh beberapa orang tameng (para militer) sekitar merebaknya peristiwa Gestok di Kabupaten Jembrana, Bali. Tude telah menjadi korban paling nyata dari keliaran praktek politik yang pernah terjadi di negeri ini.

Baca juga: Paradoks Ayam Pembawa Keberuntungan

Pada awal tahun 1966, setelah kekisruhan mereda di Jakarta, di Bali barat justru pembataian baru dimulai. Oleh sebab itulah orang-orang seperti Pekak Mokoh, yang telah hidup dalam berbagai zaman, lebih akrab dengan sebutan Gestok atau Gerakan 1 Oktober. Bung Karno lebih suka menyebutkan Gestok dari pada Gestapu (Gerakan Tiga Puluh September).

Meski begitu, orang-orang tua di desa seperti Pekak Mokoh, termasuk juga Bapak, lebih akrab dengan sebutan Gestok, sebagai penanda pembantaian "rakyat tak bersalah" tanpa proses peradilan sama sekali. "Pokoknya waktu itu, asal sebut PKI pasti mati," kata Pekak Mokoh suatu kali ketika kami mengobrol.

Peristiwa pembantaian itu, menurut ingatan dan catatan para tetua di Jembrana, dimulai pada 30 November 1965, ketika seorang tentara dan dua orang pemuda Ansor dikabarkan terbunuh dalam aksi baku tembak di Desa Tegalbandeng, kira-kira 5 kilometer di barat daya kota Negara.

Memuat data...
KOMPAS/WISNU WIDIANTORO

Ilustrasi. Mural terkait peristiwa G30S PKI.

Mulanya, sebagaimana juga dicatat oleh peneliti I Ngurah Suryawan dalam buku Ladang Hitam di Pulau Dewa: Pembantaian Massal di Bali Tahun 1965, seorang polisi bernama Pan Santun sedang berkumpul bersama warga setempat.

Konon kumpul-kumpul itu diadakan untuk memecahkan berbagai problem desa, termasuk membahas berbagai isu yang berkembang liar di kota Negara. Pihak tentara mendapatkan laporan bahwa Pan Santun sedang berkumpul dengan para anggota PKI untuk merencanakan sebuah penyerangan tangsi militer.

Saat itu pula dikirim tim penyelidik yang terdiri dari beberapa tentara dan anggota Ansor. Tak diduga sama sekali, misi penyelidik itu justru terlibat baku tembak sampai menewaskan seorang tentara dan dua orang anggota Anshor. Tak perlu menunggu lama, keesokan harinya Desa Tegalbadeng dibumi-hanguskan. Semua lelaki dibunuh, jenazahnya dibuang ke sumur-sumur warga.

Baca juga: Vaksin, dari Sapi Sampai Jokowi

Kerusuhan tak bisa dicegah, mulai akhir Desember 1965 sampai awal tahun 1966, telah terjadi "pembersihan" semua anasir PKI. Penculikan, pencegatan, dan pembantaian merebak di mana-mana. Selain di Tegalbadeng, pembumi-hangusan juga melanda Desa Mertasari, kira-kira 5 kilometer di selatan kota Negara.

Celakanya, menurut catatan para orang tua, isu pembersihan PKI itu didomplengi kebencian etnis. Di seluruh kota merebak isu, semua orang Bali adalah PKI! Oleh sebab itu, mereka harus "dibersihkan". Seputar soal ini aku masih ingat, jika terjadi perkelahian antarpemuda tahun 1970-an di kotaku, tudingan orang Bali PKI itu masih sering terdengar.

Aku dan Tude lahir dari rahim kebiadaban yang sama. Masih beruntung aku mengenal Bapak, walau ia termasuk orang yang diincar para tentara dan tameng karena pernah bekerja di Departemen Penerangan Kabupaten Jembrana.

Memuat data...
IPPHOS

Presiden Soekarno menganugerahkan Bintang RI kelas II kepada 10 istri Pahlawan Revolusi yang gugur dalam peristiwa Gerakan 30 September 1965.

Setiap hari, cerita Bapak suatu hari, jika Bung Karno sedang berpidato, ia bertugas mendengarkan lalu mengetik ulang. "Ketikan itu kemudian diperbanyak dengan stensil dan disebarkan kepada kepala desa-desa," tutur Bapak ketika masih hidup dulu.

Rupanya, pekerjaan menyebarkan pidato Bung Karno itu dianggap sebagai bagian dari sokongan terhadap PKI. Bapak sempat hendak ditahan tentara, tetapi kemudian dibebaskan karena tidak terbukti berurusan dengan PKI. Cuma ia diberi tugas yang mengerikan, yang membuatnya trauma sepanjang hidup. "Mengangkat semua jenazah yang telah dibantai di Toko Wong," kata Bapak bergidik.

Oh ya di kotaku, ada sebuah tempat bernama Toko Wong, milik keluarga Tionghoa di Jalan Manggis Negara. Di toko kelontong inilah orang-orang yang dicap PKI ditahan karena penjara kota sudah penuh. Mereka kemudian ditembaki secara brutal dari lantai dua, "Darahnya menggenang semata kaki…" kata Bapak.

Baca juga: Mimpi Bertemu Dewi Saraswati

Tude jauh lebih sial. Ia sama sekali tak mengenal wajah ayahnya. Aku sering melantur berpikir, bisa jadi kemungkinan keterbelakangan mental yang sampai kini harus ditanggungnya akibat kebiadaban yang terjadi semasa ia baru saja dilahirkan.

Tekanan hidup kakek nenek dan (mungkin) juga ibunya, semasa itu telah menjadi "energi" buruk di dalam dirinya. Tingkah lakunya yang berbeda dibanding rata-rata manusia normal akibat dari penderitaan, kemarahan, atau gugatan yang tak pernah bisa ia sampaikan.

Kau tahu, kasus-kasus pembantaian manusia itu sampai saat ini hanya hidup sebagai gosip. Bapak dan saudara-saudaranya yang pernah hampir dipenggal di kuburan desa kami menyimpan trauma yang dalam. Kira-kira 3 tahun menjelang akhir hayatnya, Bapak dan I Ketut Tilem, kakak kandungnya, baru mampu menceritakan kisah pilu itu sepenggal demi sepenggal kepadaku. Aku ngotot ingin tahu kisah sesungguhnya untuk kepentingan penulisan sebuah novel, yang sampai kini masih kukerjakan.

Memuat data...
KOMPAS/DUDY SUDIBYO

Sebanyak 1.331 bekas tahanan G30S/PKI gelombang terakhir dari 4.228 tahanan asal Pulau Buru yang dibebaskan pada Desember 1978 tiba di Pelabuhan Tanjungpriok, Jakarta. Mereka meninggalkan Buru tanggal 24 Desember1978 dengan kapal KM Gunung Jati milik Komando Lintas Laut Militer Kolinllamil.

Kepada siapa kita menggugat sebuah kekejaman yang terjadi di negeri kita sendiri dan dilakukan oleh tentara yang menjadi alat negara? Sesungguhnya bukan gugatan yang terpenting, tetapi setidaknya sebuah pengakuan yang jujur bahwa negara telah melakukan tindakan keliru.

Pernah pada suatu masa, negara melakukan penculikan, penangkapan, dan pembantaian warga negaranya sendiri tanpa melalui proses yang benar dalam sebuah negara yang menjunjung tinggi asas-asas keadilan berlandaskan hukum.

Dengan segala kekurangannya, Tude memang tak pernah berpikir menuntut keadilan atas kehilangan ayahnya yang telah ia tanggungkan berpuluh-puluh tahun. Itu juga tidak pernah terpikirkan oleh para sahabat, teman-teman masa kecilku, yang juga kehilangan orang tua, semasa pergolakan dahulu.

Kepada siapa kita menggugat sebuah kekejaman yang terjadi di negeri kita sendiri dan dilakukan oleh tentara yang menjadi alat negara?

Suatu hari, teman masa kecilku yang lain, Made Suama dari Desa Mertasari, cuma punya keinginan sederhana. "Hapuskan nama kami dari stigma PKI. Itu saja…" Mungkin ia benar, stigma PKI telah membuatnya harus menanggung perasaaan bersalah seumur hidupnya. "Seolah-olah kami bukan warga negara dari negara yang sama," tambahnya.

Menurutku, penghapusan stigma itu mesti dilakukan dengan upaya menggalang rekonsiliasi; pengakuan bahwa telah terjadi kekeliruan dalam cara penanganan terhadap para anggota dan pengikut partai politik bernama PKI di masa lalu.

Negara seharusnya melakukan proses peradilan, yang seadil-adilnya, sebagaimana asas-asas hukum yang berlaku dalam negara demokrasi. Bahwa tindakan pembantaian yang membabi-buta itu harus dikutuk dan dihindari di dalam negara ini.

Kupikir dengan begitu kerumitan seputar peristiwa Gestok di tingkat rakyat, bisa sedikit dijernihkan, dan rakyat bisa kembali hidup "normal" tanpa saling mencurigai. Bisa jadi Tude akan berubah menjadi orang yang "baik-baik" saja setelah ia tahu bahwa ayahnya telah menjadi salah satu korban dari kebiadaban masa lalu. Walaupun sampai kini ia terus hidup menggelandang di jalanan kota kami.…


Kompas, 10 Februari 2021



Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Rabu, 10 Februari 2021

Kepemimpinan untuk Pengesahan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual (NINUK MARDIANA PAMBUDY)


Memuat data...
KOMPAS/PRIYOMBODO

Peserta aksi membentangkan poster protes dalam aksi damai memperingati Hari Perempuan Sedunia (International Women's Day) 2020 bersama Aliansi Gerakan Perempuan Anti-Kekerasan (Gerak Perempuan) di Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Minggu (8/3/2020).

Setiap tanggal 8 Maret, dunia memperingati Hari Perempuan Internasional. UN Women menetapkan tema "Women in leadership: Achieving an equal future in a COVID-19 world." Kepemimpinan perempuan menjadi penting untuk bangkit bersama dari pandemi.

Kepemimpinan ada di berbagai lapisan dan bidang. Tahun 2021 menjadi tahun yang penting karena Indonesia dan dunia sedang berusaha pulih dari dampak pandemi Covid-19. Kepemimpinan dibutuhkan di setiap lapisan, tidak terkecuali kepemimpinan perempuan.

Pandemi Covid-19 memberikan beban lebih berat bagi perempuan. Sektor-sektor yang terpukul berat oleh Covid-19, yaitu sektor-sektor yang berhadapan langsung dengan konsumen, seperti kesehatan, pendidikan, restoran, dan pariwisata, sebagian besar diisi tenaga kerja perempuan. Beban ganda perempuan meningkat ketika semua, termasuk dunia pendidikan, harus bekerja dari rumah. Tugas merawat anggota keluarga, termasuk orang usia lanjut, menjadi beban perempuan.

Dalam situasi pandemi Covid-19, kejadian kekerasan terhadap perempuan, termasuk kekerasan seksual, meningkat, seperti dilaporkan UN Women, badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk perempuan. Peningkatan kejadian juga dilaporkan oleh Komnas Perempuan, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, serta lembaga non-pemerintah, seperti Lembaga Bantuan Hukum Asosiasi Perempuan Indonesia untuk Keadilan.

Memuat data...

Kekerasan terhadap perempuan dan anak berbeda dari kekerasan umumnya. Kekerasan ini terjadi karena relasi yang tidak seimbang antara pelaku dan korban. Di dalam kekerasan ini relasi jender yang timpang menyebabkan perangkat dan peraturan hukum yang ada tidak selalu dapat melindungi korban.

Pengajar di Institut Perguruan Tinggi Ilmu Al Quran Jakarta, Dr Nur Rofiah, dalam diskusi rutin Ngaji Quran menyebut, kekhasan perempuan dari sisi biologis dan sosial sering luput dalam pandangan masyarakat patriarkhi. Dampaknya, banyak peraturan formal ataupun norma masyarakat yang tidak adil terhadap perempuan.

Saat ini, DPR tengah menyiapkan pembahasan RUU Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan (RUU PKS). RUU yang diinisiasi organisasi masyarakat dan kemudian diadopsi sebagai RUU inisiatif DPR serta tahun ini akan diperjuangkan untuk dapat disahkan setelah tahun lalu tertunda. Tahun lalu sejumlah fraksi belum menyetujui isi RUU mulai dari relevansi keberadaan, judul, definisi, hingga sanksi bagi pelanggar.

Baca juga: Percepat Pembahasan dan Pengesahan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual

Anggota Dewan Pakar Kaukus Perempuan Parlemen RI (KPPRI), Lena Maryana Mukti, dalam diskusi bersama tim The Body Shop yang dipimpin Suzy Hutama secara daring, pekan lalu, menyebutkan beberapa hambatan dalam pembahasan RUU PKS. Salah satunya perdebatan mengenai posisi RUU PKS terhadap RUU KUHP yang mengatur acara pidana pelaku kekerasan seksual. Juga hadir dari KPPRI Eva Kusuma Sundari dan Yuda Irlang.

Memuat data...
KOMPAS/SONYA HELLEN SINOMBOR

Pameran seni rupa instalasi atau Shoes Art Installation "The Body Shop®️ Indonesia: Semua Peduli Semua Terlindungi Sahkan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual" yang ditampilkan di Kantor Komisi Nasional Antikekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan), Selasa (8/12/2020).

Rahayu Saraswati Djohohadikusumo, anggota dewan pakar, yang mengadvokasi RUU PKS bersama Ketua Pengurus KPPRI Diah Pitaloka pada periode DPR 2014-2019 menjelaskan, penolakan sebagian anggota DPR yang membahas RUU ini adalah karena dianggap tidak sesuai dengan keyakinan ideologi mereka.

Komisioner Komnas Perempuan 2018-2019 dan anggota tim kecil panitia kerja pemerintah RUU PKS, Sri Nurherwati, menjelaskan, RUU PKS diperlukan karena mengisi kekosongan UU perlindungan perempuan dan anak yang sudah ada. Undang-undang yang sudah ada, yaitu UU pemberantasan pornografi, UU pencegahan kekerasan dalam rumah tangga, UU perlindungan anak, UU HAM, dan UU tindak pidana perdagangan orang belum mencakup sebab musabab terjadi kekerasan seksual, pencegahan, dan pemulihan korban.

RUU PKS mendasarkan pada penyebab terjadinya kekerasan seksual adalah adanya relasi kuasa berbasis jender yang timpang. Meskipun kekerasan seksual dapat menimpa siapa saja, data memperlihatkan perempuan menjadi korban terbanyak.

Di dalam praktik penanganan kekerasan seksual, polisi, jaksa, hingga hakim kerap tidak menyadari adanya kekhasan kekerasan ini. Akibatnya, kondisi psikologis korban tidak menjadi perhatian meski kekerasan seksual selain menyerang fisik, juga terutama integritas tubuh dan psikologi korban.

Dalam catatan Kompas, sejumlah kasus kekerasan seksual berbuntut perempuan korban malah menjadi tersangka. Dalam sejumlah kasus lain, korban kekerasan seksual saat melapor disebutkan melakukan secara konsensual, suka sama suka. Catatan Tahunan 2020 Komnas Perempuan melaporkan, sepanjang 2019 terdapat 1.776 kasus atau hampir 5 kasus per hari terjadi kekerasan seksual terhadap perempuan di ruang publik dan komunitas.

Memuat data...

Jumlah ini belum memasukkan kekerasan seksual yang terjadi di ranah personal/privat dan ranah negara oleh aparat pemerintah/negara saat bertugas. Karena itu, RUU PKS diperjuangkan berbagai kelompok perempuan non-pemerintah dan Komnas Perempuan sejak 2015.

Aktivis hak-hak perempuan Valentina Sagala yang ikut mengadvokasi pengesahan RUU PKS menekankan pentingnya RUU PKS disahkan karena ada kekosongan hukum, seperti pendampingan korban selama proses hukum dan pemulihan. Hal yang juga ditekankan RUU ini adalah adanya proses pemantauan terhadap pelaksanaan UU karena tujuannya menghapus kekerasan seksual.

Kepemimpinan

RUU PKS yang tahun ini menjadi salah satu prioritas pembahasan di DPR, menurut Lena Maryana, kini sudah di Badan Legislatif (Baleg) DPR. Periode ini sangat penting karena Baleg akan membuat naskah akademik resmi dari beberapa naskah akademi yang ada. Naskah ini yang nantinya akan dibawa ke panitia kerja, lalu ke pandangan fraksi-fraksi di DPR.

RUU PKS yang tahun ini menjadi salah satu prioritas pembahasan di DPR sudah berada di Baleg DPR.

RUU PKS menjadi salah satu RUU yang diperjuangkan oleh KPPRI untuk dapat disahkan segera menjadi undang-undang. KPPRI beranggotakan anggota DPR lintas partai dan Dewan Perwakilan Daerah, selain dewan pakar yang di antaranya berasal dari akademisi, ahli berbagai bidang, termasuk media. Melalui KPPRI diharapkan dapat terjadi dialog lintas partai untuk kemudian dapat dibawa kepada pimpinan fraksi masing-masing.

Memuat data...
Kompas/Priyombodo

Aktivis perempuan membentangkan spanduk dengan bergelantungan di jembatan penyeberangan orang dalam aksi damai memperingati Hari Perempuan Sedunia (International Women's Day) 2020 bersama Aliansi Gerakan Perempuan Anti-Kekerasan (Gerak Perempuan). Aksi damai digelar di Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Minggu (8/3/2020).

Di dalam praktik, tidak mudah untuk menyatukan pandangan perempuan anggota parlemen. Sering kali kepentingan partai menjadi prioritas dalam pengambilan keputusan. Begitu pula dalam pembahasan RUU PKS.

Eva Sundari mengatakan, saat ini semua fraksi sudah menyetujui RUU PKS dapat dibahas segera. Dalam rapat dengar pendapat umum antara Baleg DPR dengan Komnas Perempuan, The Body Shop, dan NGO Forum on Indonesia Development (Infid) pada 2 Februari 2021, Komnas Perempuan menggarisbawahi pendapat sejumlah anggota DPR bahwa RUU PKS perlu didukung karena memiliki spirit nilai-nilai kemanusiaan dan nilai-nilai agama tentanggood value untuk peradaban.

Baca juga: Korban Pun Mulai Berani Bicara ke Publik

Anggota Badan Legislatif (Baleg) DPR, Luluk Nur Hamidah, dalam RDPU tersebut menekankan, RUU ini menyimpan semangat negara tak melupakan kewajibannya melindungi warga negara dalam hal apa pun agar kekerasan seksual tidak terulang lagi. Dia mendorong masyarakat ikut membantu dengan membuat naskah akademik RUU.

Meski demikian, anggota lain Dewan Pakar KPPRI mengingatkan, tantangan akan muncul dalam pembahasan detail judul serta pasal-pasal dan ayat RUU PKS. Termasuk menghadapi keengganan sebagian anggota Dewan yang menganggap UU ini nantinya dapat disalahgunakan untuk membuat tuduhan palsu terjadinya kekerasan seksual.

Memuat data...
KOMPAS/HERU SRI KUMORO

Hari Perempuan Internasional 2019 diperingati perempuan dari sejumlah organisasi dengan berunjuk rasa di Taman Aspirasi, di depan Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (8/3/2019). Mereka, antara lain, mendesak agar disahkannya RUU Penghapusan Kekerasan Seksual, perlindungan terhadap pekerja perempuan, dan perlakuan yang setara.

RUU PKS sudah lama dinantikan kehadirannya untuk melindungi terutama perempuan, anak, dan kelompok jender minoritas dari kekerasan seksual. Pada sisi lain, ada kelompok masyarakat yang masih belum dapat menerima RUU ini.

Agar RUU PKS sah menjadi undang-undang untuk mencegah dan menghapus kekerasan seksual dan tidak terjebak dalam kompromi hanya agar RUU segera disahkan diperlukan kepemimpinan perempuan. Kepemimpinan di parlemen dengan dukungan kepemimpinan perempuan di pemerintahan dan masyarakat, termasuk dunia usaha seperti The Body Shop, untuk membahas secara sungguh-sungguh RUU ini serta menggalang dukungan semua pemangku kepentingan dan masyarakat.


Kompas, 8 Februari 2021



Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Terjebak ”FOMO” di Bursa Saham (JOICE TAURIS SANTI)


Memuat data...
HANDINING

Anastasia Joice Tauris Santi, wartawan Kompas

Kecenderungan takut ketinggalan, fear of missing out atau FOMO, tidak hanya terkait dengan liburan ke tempat yang sedang hipe, makan di restoran terbaru, atau nonton film yang sedang in di Netflix. FOMO juga terjadi di pasar saham.

Sama seperti tempat liburan atau restoran yang hangat menjadi percakapan setelah diunggah di media sosial, saat ini semakin banyak orang yang membicarakan saham-saham tertentu sehingga kemudian membuat orang lain penasaran.

Ada tokoh terkenal yang mengatakan memperoleh keuntungan besar dari pembelian saham PT ABCD Tbk. Ada juga yang mengatakan harga saham PT ABDC Tbk akan melonjak karena kejadian ini dan itu.

Baca juga: Strategi Melindungi Modal di Bursa Saham

Bagi investor yang baru mengenal bursa saham, pernyataan-pernyataan seperti itu sangat menarik perhatian. Tidak sedikit yang kemudian membeli  saham-saham yang sedang ramai diperbincangkan itu, tanpa mengecek lebih jauh lagi.

Padahal, bisa jadi saham-saham itu secara teknis sedang berada dalam tren penurunan atau sudah terlalu banyak yang dijual (oversold). Akibatnya, kita terjebak membeli saham-saham yang ramai dibicarakan itu di harga puncak dan biasanya setelah itu harga saham tersebut akan anjlok berhari-hari.

Di kalangan investor bursa saham, menyebut-nyebut saham tertentu akan naik biasa disebut "pompom". Sebenarnya, ada beberapa kemungkinan mengapa sebuah saham di-"pompom".

Memuat data...
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO

Pergerakan indeks terpantau pada layar elektronik di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (5/2/2021).

Bisa jadi, memang ada aksi korporasi bagus yang dilakukan sehingga dapat mendorong kenaikan harga. Bisa juga orang yang melakukan pompom itu akan menjual saham yang dimilikinya sehingga ia memerlukan partisipasi publik lebih banyak lagi untuk membuat harga sahamnya naik.

Meski demikian, tidak semua "endorser" saham harus dijauhi atau dibenci. Investor masih dapat mengambil keuntungan dari saham-saham yang di-pompom. Jika memang ingin membeli, pastikan telah memeriksa aspek teknikal grafik dan candle saham tersebut terlebih dahulu.

Baca juga: Cepat Kaya dari Saham?

Jika secara teknikal memang terlihat ada peluang akan naik harganya, saham itu dapat dibeli lalu cepat dijual kembali. Belilah pada saat pertama kali saham itu disebut-sebut. Mengapa?

Karena jika telah berhari-hari, sudah banyak orang membeli yang mendorong kenaikan harga, tetapi setelah itu harga akan cenderung turun. Saham-saham seperti ini harus dipantau ketat setelah dibeli dan diambil keuntungan secukupnya saja sesegera mungkin.

Memuat data...
Kompas/Priyombodo

Foto pemidang tilik ganda (double exposure) pergerakan indeks pada perdagangan sesi pertama di Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Rabu (27/1/2021).

Mengapa terjadi FOMO?

FOMO terjadi karena investor terlalu banyak menerima informasi. Arus informasi yang deras sekali saat ini menyebar melalui berbagai platform. Informasi yang terlalu banyak justru akan menimbulkan kebingungan. Padahal, tidak semua informasi itu benar.

Mengikuti terlalu banyak grup saham atau Instagram investor akan membuat aliran informasi tidak terbendung. Dengan demikian, sebaiknya cukup mengikuti satu atau dua komunitas saham saja yang dapat dipercaya.

FOMO dapat dicegah dengan disiplin mengikuti rencana perdagangan (trading plan).

FOMO dapat dicegah dengan disiplin mengikuti rencana perdagangan (trading plan). Dalam tahapan membuat rencana perdagangan, investor dapat terlebih dahulu membuat stock universe, yaitu saham pilihan yang akan dipantau.

Stock universe tersebut berisi, misalnya, hanya saham-saham syariah, saham-saham incaran kecuali saham milik konglomerasi tertentu, dan sebagainya. Jika saham yang disebut-sebut di media sosial berada di luar stock universe kita, ada baiknya tidak perlu diperhatikan. Salah satu patokan umum untuk membuat stock universe adalah memilih saham-saham yang kita kenal.

Baca juga: Kesalahan Investor Pemula

Tidak semua saham yang naik harganya harus dibeli. Jika memang tidak masuk dalam stock universe, apalagi tidak mengenalnya, ada baiknya abaikan saja. Percaya diri dengan sistem perdagangan sendiri akan membuat kita terhindar dari FOMO.

Namun, ketika telanjur FOMO dan investasinyangkut pada saham tertentu, apa yang harus dilakukan? Jika nilai investasi tidak banyak, kita dapat melakukan jual rugi alias cut loss. Tetapi, jika investasi yang nyangkut sudah telanjur banyak dan memakan porsi terbesar alokasi investasi saham kita, tunggulah dengan sabar hingga terjadi kenaikan harga secara teknis.

Memuat data...
Kompas/Priyombodo

Pergerakan indeks pada perdagangan sesi pertama terpantau di Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Rabu (27/1/2021).

Menurut teori, setelah harga saham jatuh, saham akan memantul mencapai setengah angka penurunannya. Namun, kapan hal ini akan terjadi, sangat bergantung pada banyak faktor. Sembari menunggu saham memantul, ada baiknya mengevaluasi diri dan memperbaiki lagi sistem trading, juga psikologi trading kita agar tidak terjebak lagi pada FOMO.



Kompas, 8 Februari 2021



Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.
Powered By Blogger