Cari Blog Ini

Bidvertiser

Sabtu, 30 Juni 2018

BAHASA: Yahud (MULYO SUNYOTO)

Jemu bosan menyimak remah-remah informasi berseliweran lewat media sosial, awak kangen memanfaatkan saat senggang dengan mengulangi kegemaran kolot itu: membaca buku, yang maujud kertas, tak bergelombang pulsa.

Punya hobi beli buku lalu ditumpuk di rak, dibaca kapan-kapan bila ada kesempatan ternyata tak buruk-buruk amat. Begitu kau perlu bacaan, setumpuk kitab tersedia. Tinggal pilih. Karena selera tak bisa diperdebatkan, tak perlulah di sini dipertanggungjawabkan kenapa kali ini yang kuambil, dari belasan buku koleksi yang belum terbaca, adalah Semua Berawal dengan Keteladanan, Catatan Kritis Rosihan Anwar (Penerbit Buku Kompas, Mei 2007).

Ini kumpulan tulisan wartawan legendaris yang berpulang pada 14 April 2011 di usia 88 tahun. Kolom ini tak hendak bicara tentang substansi tulisannya. Cuma mengangkat kata seru yang menjadi judul di atas, yang berkali-kali digunakan Rosihan sebagai kata penutup sejumlah artikelnya. Yahud adalah interjeksi yang begitu memasyarakat bahkan sampai ke Balungpanggang, desa pelosok amat di Jawa Timur, dekade 70 sampai 80.

Setelah era itu, hampir tak ada yang mengujarkannya, kecuali Rosihan. Angkatan milenial bisa dipastikan tak mengenal ujaran itu. Mereka lebih akrab dengan wow, yang sekelas kata dan semakna dengan yahud: sama-sama mengungkapkan keterpersonaan. Ditilik dari segi etimologis, wow lebih gamblang asal usulnya, yakni dari bahasa asing. Sedikitnya Oxford Dictionarymerekamnya. Lalu dari mana si yahud, kata ungkapan kekaguman itu muncul? Kira-kira penciptaannya serupakah dengan pelahiran hebring (yang juga sekelas kata dan semakna dengan yahud) pelesetan adjektiva hebat, yang kerap diujarkan sebagai interjeksi pula?

Andaikan, sekali lagi andaikan, betul demikian, bahwa kata yang digemari pendiri pemilik harian Pedoman sebagai pengakhir tulisan itu adalah pelesetan, izinkanlah awak berhipotesis, atau sedikitnya berspekulasi bahwa kata pangkal yang menurunkan yahud tak lain dan tak bukan adalah Yahudi. Ha?

Meskipun ini sekadar spekulasi, adalah sedikit-sedikit argumen linguistiknya.Yahud yang oleh Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Edisi Keempat dimaknai sebagai 'hebat', 'luar biasa' paralel dengan pengarakteran ras yang sukses melahirkan nabi, rasul, mahapenemu, mahakreator, dan mahapemikir.
Musuh, pesaing, sahabat, netralis seiasekata Yahudi itu hebat, luar biasa. Kehebatan dan keluarbiasaannya seolah abadi. Dari awal zaman hingga kini, detik ini. Kau mesti berterima kasih, cukuplah di batin saja, kepada ras yang warganya memungkinkanmu ngakak terpingkal-pingkal di depan layar kaca, menghindarkanmu tersesat di jalan saat nyetir dan menuntunmu melewati jalan-jalan tikus saat jalan utama macet total.

Masih seabrek lain kenikmatan hidup, tentu dengan sekian banyak efek samping yang getir menjengkelkan, hadir di sini hari ini akibat kehebatan dan keluarbiasaan kaum yang pernah mengalami tragedi akibat pembasmian kolosal itu.

Baiklah, argumen itu rapuh. Sang linguis yang terlampau serius akan dengan enteng menggugurkan spekulasi bahwa Yahudi yang nomina menurunkan yahud yang adjektiva. Yang kaprah justru sebaliknya:yahud haruslah nomina, dan turunannya yang berjenis adjektiva, tinggal menambahkan huruf i pada nomina itu. Begitulah salah satu gejala derivasi kata dalam bahasa Indonesia. Ingat dari hewanke hewani! Jadi, yang logis: Yahud nomina lebih tua melahirkan Yahudi adjektiva. Hanya saja, yang logis tak selalu yang nyata, bukan?

Akhir kalam, pengomongan perihal yahudini sekalian penting buat mencela penyusun KBBI yang sembrono dalam menakrif sifat setiap lema. Tiga interjeksi:yahud, hebring, dan wow yang sekelas kata dan semakna, cuma yang pertama yang dipandang sebagai kata takbaku. Untunglah, Rosihan (rihat dalam damai, Bung!) memuliakan yahud menjadi kata baku dan tak perlu menuliskannya dengan huruf miring. 

Mulyo Sunyoto

Magister Pendidikan Bahasa

Kompas, 30 Juni 2018

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

PSIKOLOGI: Antusias Menjalani Kehidupan (AGUSTINE DWIPUTRI)

 

Selama bulan puasa, kebanyakan dari kita mengupayakan berbagai perilaku yang lebih positif dari sebelumnya. Namun, setelah Lebaran sebagian orang acap kali lupa dan kembali pada perilaku semula yang kurang baik. Hal ini tentunya bukan sesuatu yang diharapkan.

Kita semua justru ingin agar dengan bertambahnya hari dan usia, kita tetap dapat berbuat positif, bukan? Menurut hemat saya, salah satu sikap atau nilai hidup yang perlu kita kembangkan untuk memelihara perilaku positif yang sudah kita upayakan sebelumnya adalah sikap antusias.

Gambaran tentang antusiasme

Menurut Linda Popov (1997), antusiasme adalah tampilan yang membawa keceriaan dan kebahagiaan. Orang yang antusias melakukan sesuatu dengan sepenuh hati, dengan semangat dan penuh gairah. Antusiasme memberikan perhatian seratus persen dan yang terbaik pada apa pun yang sedang dilakukan dan kita menantikannya.

Jika dilihat dari asal katanya, enthusiasm, menurut Marc Cenedella (2012), 'en' berarti di dalam, 'thus' berasal dari bahasa Yunani 'theos' yang berarti Tuhan. "Enthusiasm" berarti spirit Tuhan di dalamnya. Tampaknya hal ini memang benar. Ketika kita menunjukkan antusiasme, kita menunjukkan apresiasi yang tepat bagi dunia yang indah di mana kita tinggal.

Antusiasme dipenuhi semangat positif. Popov menjelaskan, antusiasme bukanlah sesuatu yang Anda lakukan, melainkan cara Anda melakukannya. Anda bisa antusias mengajar, membersihkan rumah, atau bersedekah. Antusiasme bahkan membuat pekerjaan yang membosankan menjadi menyenangkan.

Tanpa antusiasme, segala sesuatu berjalan lambat dan tidak menyenangkan. Tidak ada kegembiraan, tidak ada gairah. Orang yang kurang antusias biasanya pasif, mereka menahan diri, melakukan hal-hal secara enggan, dan tidak memberi sepenuh hati.

Jika kurang antusias, Anda tidak akan menyelesaikan banyak hal. Semuanya menjadi membosankan baginya dan seseorang tanpa antusiasme menjadi membosankan juga bagi lingkungannya.

Tal Ben-Shahar (2012) menambahkan bahwa orang yang pesimistis menepis optimisme ataupun antusiasme sebagai tidak beralasan dan tidak realistis. Meskipun benar bahwa orang yang optimistis memiliki harapan yang tinggi dan mimpi yang luhur, berbagai harapan dan impian ini dapat menjadi ramalan yang terpenuhi dengan sendirinya, seiring waktu bisa menjadi kenyataan.

Pandangan yang pesimistis akan membuat masa depan menjadi suram; sedangkan kecenderungan yang penuh harapan akan membawa kesuksesan dan kesejahteraan. Jika optimisme dan antusiasme itu ada dasarnya, justru dapat meningkatkan kualitas hubungan sosial, membawa kesuksesan di tempat kerja, membantu kita mengatasi kesulitan, dan memberikan landasan penting untuk mewujudkan impian kita.

Bagaimana melatihnya?

Antusiasme adalah sebuah sikap yang berasal dari dalam diri. Anda membiarkan diri merasa bergairah dengan apa pun yang Anda lakukan dan telah rencanakan. Anda menjadi antusias dengan memikirkan betapa menyenangkannya sesuatu akan berlangsung atau memikirkan berbagai cara untuk membuatnya menyenangkan.

Memang, Anda tidak dapat membuat diri Anda bersemangat tentang semua hal, tetapi Anda dapat membantu dengan menggunakan berbagai kemampuan yang Anda miliki di dalam diri. Anda dapat menggunakan imajinasi Anda untuk menemukan kegairahan pada hal-hal yang Anda lakukan. Anda dapat memikirkan cara-cara baru dan orisinal untuk melakukannya.

Cara lain adalah membayangkan hasil dari apa yang Anda lakukan sebelum terjadi. Bayangkan, misalnya betapa senangnya anggota keluarga ketika melihat kondisi rumah yang rapi dan bersih karena Anda telah berhasil membereskannya.

Gunakan waktu untuk menikmati kesenangan yang sederhana, seperti memandangi bunga sepatu yang mekar di taman. Anda juga dapat menunjukkan antusiasme Anda terhadap orang lain, dengan merayakan bersama mereka ketika sesuatu yang luar biasa terjadi. Anda menunjukkan antusiasme dalam senyuman Anda, kegembiraan di wajah Anda, mengatakan hal-hal seperti, "Wow, keren!" "Ini hebat!". Jika Anda menunjukkan perasaan antusiasme, akan memberi dorongan juga kepada orang lain untuk bersikap sama.

Beberapa saran

Nicolas Cole (2016) menyampaikan bahwa kunci membangunkan antusiasme adalah menyadari bahwa Anda mengendalikan hidup Anda sendiri dan kegairahan itu harus dimulai di dalam diri Anda. Beberapa tips yang diajukan adalah:

1. Tetapkan tujuan pada malam sebelumnya.

Upayakan selalu ada sesuatu yang diucapkan untuk menjelaskan tujuan Anda esok hari sebelum tidur. Perencanaan semacam ini tidak hanya menyiapkan diri, tetapi dapat menanamkan tujuan Anda secara kuat di alam bawah sadar untuk dipertimbangkan sepanjang malam. Keesokan paginya, Anda akan kagum terhadap betapa cepatnya Anda berpikir tentang apa yang telah Anda katakan ingin Anda selesaikan. Setelah itu yang ada hanyalah masalah disiplin, bukan lagi keraguan.

2. Pasang jam weker di ruang sebelah.

Jika Anda memiliki jam weker tepat di samping tempat tidur, Anda membuat kesalahan besar. Letakkan jam untuk membangunkan tidur Anda di kamar sebelah sehingga Anda dipaksa untuk bangun dari tempat tidur untuk mematikannya. Dengan begitu, Anda menghilangkan kesempatan bagi diri Anda yang lelah untuk mengulurkan tangan, mematikan, dan segera tertidur lagi. Sebaliknya, jika Anda lalu berdiri, berjalan melintasi ruangan, mematikan weker, dan kemudian berjalan kembali ke tempat tidur, kantuk Anda biasanya sudah pergi dan Anda siap memulai kegiatan.

3. Hal pertama harus menyenangkan.

Cari dan pikirkan hal yang membuatmu tetap bisa berkegiatan, tidak peduli seberapa lelahnya Anda. Apakah suka dengan suatu acara di radio atau televisi? Bagaimana dengan membaca atau mendengarkan musik? Apa pun kegiatan yang membuat Anda terbangun, dapat digunakan sebagai motivasi luar biasa untuk menghadapi hari selanjutnya. Melakukan sesuatu yang Anda senangi selama kira-kira 30 menit sejak bangun tidur akan membangun landasan yang bagus untuk berbagai kegiatan di hari tersebut. Anda dapat melakukan hal-hal rutin yang membosankan, seperti mandi atau sarapan, tepat setelahnya.

4. Konsisten

Bagian tersulit dalam memantapkan rutinitas pagi yang efektif dan positif adalah dibutuhkan konsistensi. Anda harus melakukan sesuatu untuk waktu yang sangat lama agar menjadi sifat kedua Anda. Jika sejak bangun dan setiap hari ingin merangkul antusiasme dalam hidup, Anda perlu berkomitmen untuk berlatih dalam jangka waktu yang lama. Pada akhirnya, hal itu tidak akan lagi menjadi sesuatu yang harus "dipikirkan" setiap pagi. Antusias untuk terus berperilaku positif akan menjadi bagian dari siapa Anda, tidak perlu harus menunggu bulan puasa berikutnya.

Mari mulai berlatih sekarang, dan Anda akan memetik hasil nyata dalam beberapa bulan

Kompas, 30 Juni 2018

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

ESAI: Kisah Sapardi, Kasih Puisi (HANPUTRO WIDYONO)

KOMPAS/WAWAN H PRABOWO

Penyair Sapardi Djoko Damono 

Dulu Sapardi Djoko Damono kesengsem pada puisi-puisi WS Rendra yang terang dan jernih. Kesederhanaan diksi-diksi Rendra dalam buku Ballada Orang-orang Tercinta menjadi acuan berpuisi Sapardi. Sapardi tentu tidak menyangka bahwa di kemudian hari puisi-puisinya digemari banyak orang. Sapardi pun seperti merasakan keadilan alam: menggemari dan digemari.

Salah seorang penyair termasyhur Indonesia, Joko Pinurbo, mengakui bahwa buku puisi Sapardi yang berjudul duka-Mu abadi begitu penting dalam jalan kepenyairannya. Hal itu diungkapkan Jokpin sewaktu berbincang-bincang dengan Sapardi dan Najwa Shihab di acara ASEAN Literary Festival, 12 Mei 2016. "Saya beli sampai tiga kali. Sebelumnya hilang diambil orang. Persis yang saya tuliskan di cerpen saya 'Sebotol Hujan' itu kejadian betul. Itu buku puisi pertama dan saya belinya di Yogya. Padahal, saya sekolah di Magelang. Pas hari Minggu, saya ke Yogya buat beli bukunya. Harganya masih tertera. Itu dulu 25 rupiah. Ini versi Pustaka Jaya. Harganya Rp 200 atau Rp 500. Ini salah satu buku favorit. Bukan masalah bagus atau tidak. Menurut saya paling menginspirasi. Yang paling membuka jalan kepengarangan saya, ya duka-Mu abadi," kata Jokpin. Sapardi boleh mesem, sedetik.

Bukan hanya penting bagi Jokpin, buku duka-Mu abadi pun monumental bagi Sapardi. Duka-Mu abadi adalah buku pertamanya. Meski Sapardi mengaku kepada Bakdi Soemanto (2006) mulai menulis puisi pada 1957, buku duka-Mu abadi baru terbit pada 1969. Buku diterbitkan mandiri dengan biaya seutuhnya dari Jeihan Sukmantoro, salah seorang pelukis ekspresionistik Indonesia.

Jeihan menikmati sukses terlebih dahulu ketimbang Sapardi. Maka sesuai janji keduanya sewaktu bersekolah bersama, Jeihan pun membantu Sapardi untuk menerbitkan buku puisinya. Pada edisi awal buku duka-Mu abadi, sampul bergambar wajah Sapardi dibuat oleh Jeihan dengan teknik cungkil kayu. Kemonumentalan buku ini juga terbukti dengan penerbitan ulang oleh Pustaka Jaya, Bentang Pustaka, dan Gramedia dalam periode berbeda.

Pada 2003, buku duka-Mu abadi mendapat penghargaan Achmad Bakrie. Panitia menilai, puisi-puisi Sapardi dalam duka-Mu abadi memiliki nilai bersejarah. Puisi-puisi itu dianggap sebagai titik kelahiran puisi lirik di Indonesia. Penilaian ini mendapat ralat dari Bakdi Soemanto dengan mengajukan Goenawan Mohamad sebagai pengarang lain yang telah menulis puisi lirik di medio 1960-an. "Oleh karena itu, barangkali, yang paling tepat dikatakan bahwa Sapardi adalah seorang penyair yang ikut mengembalikan keberadaan lirik dengan teguh di tengah hiruk-pikuk perpuisian Indonesia pada waktu itu," kata Bakdi. Pernyataan itu juga dianggap Bakdi lebih mencandrakan kerendahhatian sosok Sapardi (dalam Sapardi Djoko Damono: Karya dan Dunianya, 2006).

Lekat dengan puisi

Sekalipun Sapardi juga menulis novel, cerita pendek, esai, buku-buku teori sastra, kata pengantar, nama Sapardi telanjur lekat dengan puisi. Pertama-tama, Sapardi itu penyair. Gelagat ini bisa kita lihat dalam narasi "Tentang Penulis" di setiap buku-bukunya.

Simaklah keterangan penulis di buku teori sastra, Alih Wahana (2018): "Sejak masih menjadi murid SMA, ia telah menulis dan menerjemahkan puisi, cerpen, novel, esai, dan drama yang beberapa di antaranya telah diterbitkan Gramedia Pustaka Utama." Sapardi selalu saja menyebut puisi di deretan pertama, sekalipun keterangan penulis itu untuk buku-buku nonpuisi.

Saking cintanya pada puisi, Sapardi pernah menulis "Kepada Sebuah Sajak": kulepas kau ke tengah pusaran topan/ dari masalah manusia, sebab telah dilahirkan/ tanpa ayah dan ibu./ Dari jemariku yang papa/ kau pun menjelma secara gaib, wahai nurani alam/ aku bukan asal-usulmu. Kutolakkan kepada dunia/ nama baik serta nasibmu.

Judul dari puisi yang pernah dimuat majalah Basis, No 8, Th XVI, Mei 1967 itu mirip persembahan sekaligus penghormatan Sapardi pada puisi.

Persembahan itu mungkin juga mewakili pandangan Sapardi tentang posisi pengarang terhadap puisi maupun karya sastra pada umumnya. Kalimat "dilahirkan tanpa ayah dan ibu" serta "aku bukan asal-usulmu" jelas mengatakan bahwa puisi itu hidup sendiri, lepas dari pengarangnya. Puisi pun boleh jika kemudian mesti bersenggama atau bertengkar dengan para pembaca. Sapardi sudah tidak berurusan. Ia sering mengelak ketika ditanyai maksud atau makna puisinya sewaktu mengisi acara seminar ataupun diskusi. Karena puisi dan interpretasi bisa melampaui hal-hal yang diketahui pengarangnya sendiri.

Puluhan tahun berlalu, Sapardi tetap rajin menulis (puisi). Ratusan puisinya telah beredar di koran-koran, majalah, buku, bahkan juga situs-situs internet. Pada 20 Maret 2017, untuk memperingati ulang tahun yang ke-77, Sapardi mencetak ulang enam buku puisinya secara bersama-sama. Sapardi seakan hendak berkata pada pembaca jika buku puisinya tak hanya Hujan Bulan Juni, tetapi ada pula duka-Mu abadiayat-ayat api; ada berita apa hari ini, Den Sastro?kolam; namaku Sita; dan sutradara itu menghapus dialog kita. Lewat buku-buku itu, cucu Sapardi jadi bisa membaca jalan kepenyairan sang kakek secara lebih komplet.

Kini, untuk merayakan ulang tahunnya yang ke-78, Sapardi merilis novel ketiga dari trilogi Hujan Bulan Juni yang berjudul Yang Fana adalah Waktu. Sapardi memang menulis novel, tetapi ia terasa sulit menghindari puisi. Di dalam novel Yang Fana Adalah Waktu, Sapardi menyisipkan buku puisi kecil berjudul Sajak-Sajak untuk Pingkan ciptaan Raden Sarwono Hadi, tokoh sontoloyo dalam trilogi itu (Kompas, 19 Maret 2018). Buku puisi Sarwono diterbitkan Gramedia dengan ilustrasi payung di sampulnya. Kita simak petilan salah satu puisi Sarwono yang berjudul "Tiga Sajak Kecil": bayang-bayang hanya berhak setia/ menyusur partitur ganjil/ suaranya angin tumbang// agar bisa berpisah/ tubuh ke tanah/ jiwa ke angkasa/ bayang-bayang ke sebermula.

Puisi itu memang tak dimuat dalam buku puisi Sajak-sajak untuk Pingkan. Tapi pembaca bisa menemukannya di novel Hujan Bulan Juni. Inilah puisi Raden Sarwono Hadi yang belum dibukukan! Pembaca buku-buku puisi Sapardi tentu tak asing dengan judul Tiga Sajak Kecil. Sapardi pun pernah menggunakan judul itu untuk puisinya yang termuat dalam buku Ayat-Ayat Api. Namun larik-lariknya berbeda. Ihwal puisi-puisi di buku kecil yang menjadi sisipan Yang Fana Adalah Waktu, Sapardi mengatakan bahwa Sarwono yang membuat puisi itu. Ia hanya membantu menuliskan. Ah, tentu saja kita menganggap pernyataan Sapardi sekadar kelakar. Dari premis "Sapardi menciptakan Sarwono" dan "Sarwono menciptakan puisi" akan menghasilkan simpulan, "Sapardi menciptakan puisi". Aduh, yang fana memang waktu. Sapardi dan puisi, abadi!

Hanputro Widyono, Redaktur Sebaran Katebelece, Tinggal di Kartasura

Kompas, 30 Juni 2018

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

KESEHATAN: Sehat Semasa Hamil (DR SAMSURIDJAL DJAUZI)

 

Tahun ini merupakan tahun yang membahagiakan bagi saya. Saya diterima bekerja setelah hampir setahun mencari kerja. Enam bulan yang lalu saya menikah dan baru saja sebulan ini saya dalam keadaan hamil. Saya sudah membaca beberapa tulisan tentang cara hidup perempuan yang bekerja sewaktu hamil. Saya telah berusaha makan lebih banyak termasuk makanan yang bergizi. Sesuai dengan anjuran dokter, saya juga telah minum vitamin. Saya tetap bekerja seperti biasa.

Sebagai karyawan sebuah bank swasta, saya cukup sibuk sehari-hari. Tak jarang baru dapat pulang setelah pukul 7 malam. Nafsu makan saya cukup baik meski saya merasa mual jika mengonsumsi makanan tertentu. Saya masih meneruskan kebiasaan saya bersama suami, jalan kaki pada pagi hari sekitar rumah sekitar 30 menit.

Saya juga meneruskan kebiasaan saya minum kopi saat pagi dan jika melihat makanan yang mengandung cokelat biasanya saya akan tergoda mengonsumsinya. Saya penggemar berat cokelat. Umur saya sekarang 28 tahun dan berat badan saya 62 kilogram dengan tinggi badan 165 sentimeter. Setiap akhir minggu biasanya saya makan dengan suami di luar rumah. Kami makan berpindah-pindah restoran untuk menikmati aneka ragam kuliner baik nasional maupun internasional.

Ibu saya mengingatkan saya untuk menghindari beberapa makanan selama hamil. Namun, saya belum yakin apakah anjuran tersebut sesuai dengan prinsip kesehatan. Saya ingin mendapat penjelasan perubahan pola hidup apa yang harus saya lakukan selama kehamilan ini agar saya dalam keadaan sehat dan janin yang sedang saya kandung tumbuh dengan baik. Mohon penjelasan dokter terutama mengenai makanan untuk ibu hamil. Apakah saya harus makan lebih banyak? Makanan apa saja yang perlu saya konsumsi dan makanan apa pula yang perlu dihindari? Terima kasih atas penjelasan Dokter.

S di J

Pertama-tama saya mengucapkan selamat atas kehamilan Anda serta berharap Anda akan sehat selama kehamilan ini sehingga janin yang dikandung dapat tumbuh dengan baik. Pada prinsipnya gaya hidup sehat harus diteruskan dalam masa hamil, artinya konsumsi makanan yang sehat dan mengandung gizi, menjaga kebersihan sehingga terhindar dari penyakit infeksi, berolahraga, tetapi sesuaikan olahraga dengan kehamilan Anda. Konsultasikan dengan dokter olahraga apa yang sesuai selama kehamilan. Berjalan kaki adalah salah satu olahraga yang baik bagi ibu hamil. Anda sibuk di kantor, tetapi jagalah suasana hati agar gembira dan penuh semangat. Anda juga perlu mempersiapkan diri menjadi ibu dengan mulai membaca dan mencari informasi mengenai kehamilan, persalinan yang aman, masa menyusui, serta tumbuh kembang bayi.

Untuk hidup sehat, ibu hamil dianjurkan mengonsumsi makanan yang sesuai dengan gizi seimbang. Makanan tersebut harus sesuai dengan kebutuhan tubuh, beraneka ragam, serta juga mempertimbangkan aktivitas sehari-hari. Tampaknya Anda juga telah memperhatikan gizi seimbang ini. Pada masa kehamilan kebutuhan gizi berbeda dengan masa sebelum hamil. Kebutuhan kalori, protein, maupun lemak meningkat. Berat badan ibu hamil bertambah dan janin dalam kandungan tumbuh karena itu konsumsi makanan juga harus disesuaikan pada masa hamil. Kebutuhan Kalori akan meningkat sesuai dengan masa kehamilan dapat mencapai peningkatan sampai 300 kalori. Kebutuhan protein juga bertambah untuk pertumbuhan jaringan. Dokter akan menganjurkan tambahan konsumsi vitamin dan mineral seperti zat besi dan asam folat.

Selama kehamilan perlu dilakukan pemantauan secara berkala termasuk berat badan, tekanan darah, pemeriksaan kadar hemoglobin, gula darah, protein dalam urine, dan sebagainya. Di samping itu, juga diperlukan screening (pemindaian) penyakit infeksi, seperti hepatitis, HIV, serta penyakit menular seksual. Semuanya itu untuk menjaga kesehatan ibu serta menjaga agar janin juga tumbuh dengan sehat. Banyak ibu hamil yang merasa sehat saja sehingga merasa tidak perlu menjalani pemeriksaan laboratorium yang dianjurkan. Perasaan sehat bukan jaminan tidak ada penyakit. Lebih teliti jika menjalani screening yang dianjurkan dokter. Pemeriksaan kehamilan di layanan kesehatan perlu dijalankan teratur sedikitnya 5 kali sebelum persalinan. Sekarang juga tersedia alat ultrasonografi yang dapat memantau pertumbuhan janin. Pemeriksaan selama kehamilan juga akan membantu dokter merencanakan persalinan yang aman.

Adakah makanan yang perlu dihindari selama hamil? Makanan yang mungkin mengandung kuman penyakit (tak dimasak secara matang) dan mengandung bahan pengawet harus dihindari. Konsumsi garam perlu dibatasi, jangan banyak makan-makanan yang mengandung garam tinggi, seperti kentang goreng (french fries), ikan asin. Hindari juga rokok, alkohol, serta zat adiktif lainnya. Anda rupanya penggemar kopi dan cokelat. Ada baiknya Anda mengurangi konsumsi kopi dan cokelat selama hamil. Anda tak dilarang mengonsumsi kopi dan cokelat, tetapi jangan mengonsumsinya secara berlebihan. Penambahan berat badan ibu hamil adakalanya melebihi yang seharusnya. Dokter Anda mungkin akan menasihati untuk menjaga agar pertumbuhan berat badan Anda sesuai dengan kehamilan. Berarti Anda harus berolahraga lebih banyak atau mengurangi konsumsi makanan tertentu. Itulah gunanya konsultasi pada masa hamil. Jika ditemukan hal-hal yang kurang sesuai dapat dilakukan perbaikannya. Cukup banyak ibu hamil di Indonesia yang mengalami kurang darah pada kehamilan. Keadaan ini tidak baik bagi sang ibu termasuk keamanan pada persalinan nanti. Keadaan kurang darah juga tidak baik untuk pertumbuhan janin.

Pada umumnya ibu hamil dianjurkan untuk makan 3 kali makan utama serta sedikitnya dua kali makanan tambahan seperti misalnya penganan kecil atau buah. Anda dapat berkonsultasi dengan ahli gizi untuk menyusun menu yang sesuai dengan kehamilan Anda. Anda juga harus cukup minum sedikitnya 8 gelas sehari. Sebagian ibu hamil yang bekerja membawa makanan dari rumah. Namun, jika prinsip-prinsip kebutuhan makanan pada ibu hamil telah dipahami, Anda dapat saja makan di kantin kantor dengan memilih makanan yang sesuai dengan kebutuhan Anda selama kehamilan dengan tetap memperhatikan kebersihan makanan yang akan Anda konsumsi. Sesuai dengan prinsip hidup sehat, Anda juga harus sering mencuci tangan apalagi sebelum mengonsumsi makanan. Jika terjadi diare pada ibu hamil, tentu akan merepotkan. Bahkan, jika diare hebat sang ibu perlu dirawat untuk mendapat terapi cairan dengan pemasangan infus.

Untuk mempersiapkan persalinan biasanya dokter akan menganjurkan Anda melakukan senam hamil. Anda juga perlu mehamai proses kehamilan serta tindakan yang dilakukan dokter jika persalinan tidak dapat dilangsungkan secara normal. Operasi caesar sudah dapat dilakuan di semua rumah sakit di Indonesia, tetapi operasi ini hanya dilaksanakan jika ada indikasi. Jika tidak, dokter akan menganjurkan persalinan normal, yaitu persalinan pervaginam. Kesiapan suami untuk mendukung istri yang sedang hamil serta membantu pada persalinan amat penting. Suami perlu membantu agar kebutuhan istri yang hamil dapat dipenuhi agar istri dan anaknya sehat.

Suami yang merokok tidak boleh merokok di dekat istri apalagi jika istrinya dalam keadaan hamil. Suami juga harus siaga jika pada waktunya membawa istri ke layanan kesehatan untuk bersalin. Saya berharap Anda sehat selama kehamilan dan tetap produktif dan bahagia

Kompas, 30 Juni 2018

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

INVESTASI: Investasi Dana Pendidikan (PRITA HAPSARI GHOZIE)

Prita H. Ghozie

 

Memberikan pendidikan yang baik bagi anak merupakan tanggung jawab para orangtua. Namun, karena biaya yang tidak sedikit, masih banyak masyarakat yang cukup terkejut saat tiba waktunya untuk membayarkan uang pangkal sekolah anak. Apalagi, tahun ini, momen tahun ajaran sekolah baru hampir bertepatan dengan berakhirnya libur Lebaran. Banyak orangtua yang mengeluh karena sudah kehabisan napas keuangan. Padahal, jika direncanakan dengan baik, dana pendidikan seharusnya tidak menjadi beban hanya pada bulan tertentu.

Dana pendidikan merupakan salah satu tujuan keuangan yang memiliki urutan prioritas tinggi bagi keluarga yang sudah memiliki anak ataupun tanggungan. Alasannya, pendidikan itu tidak bisa ditunda. Sedangkan, jika kekurangan uang saat pensiun, Anda masih bisa coba-coba cari penghasilan lagi. Pada saat anak sudah berusia 7 tahun, maka tiba saatnya untuk memasuki jenjang sekolah dasar terlepas orang tua siap dana atau tidak. Siklus ini akan terus berlanjut hingga anak berusia 21 tahun.

Perencanaan dana pendidikan merupakan solusi yang dapat dilakukan oleh setiap keluarga. Berdasarkan perencanaan yang baik, orangtua akan dapat menentukan sumber penghasilan yang tepat untuk menyisihkan dana pendidikan. Setelahnya, orangtua juga dapat memilih aset investasi yang tepat sasaran agar imbal hasilnya dapat sesuai keinginan. Ada beberapa langkah yang dapat diambil dalam perencanaan dana pendidikan.

Langkah pertama, menentukan pilihan sekolah bagi anak. Anda dan pasangan harus menentukan jenis sekolah yang akan dipilih untuk anak. Saat ini, orangtua memiliki pilihan berupa sekolah negeri, sekolah nasional dan sekolah nasional plus. Untuk kuliah, orangtua juga dapat memilih institusi pendidikan di dalam atau luar negeri. Anda bisa melakukan riset pribadi ke berbagai sekolah tujuan ataupun berkonsultasi dengan perencana keuangan yang pastinya punya riset kebutuhan dana pendidikan.

Langkah kedua, menghitung kebutuhan biaya dana pendidikan untuk sekolah yang dituju. Anda dapat menghitung berapa kebutuhan biaya pendidikan pada masa depan, saat anak Anda masuk sekolah. Pada umumnya, biaya pendidikan akan mengalami kenaikan setiap tahun dengan kenaikan yang bervariasi.

Sebagai contoh, sebuah universitas swasta di Jakarta mematok uang pangkal sebesar Rp 150 juta. Maka, jika usia anak saat ini masih 5 tahun, kebutuhan biaya pendidikan untuk membayarkan uang pangkal saja akan menjadi Rp 570 juta dengan asumsi tingkat kenaikan biaya 10 persen per tahun. Kebutuhan biaya ini masih mengesampingkan perhitungan dana semester, dana buku dan fasilitas, serta dana biaya hidup semasa anak menjadi mahasiswa.

Penghitungan dana pendidikan harus dilakukan untuk setiap anak dan untuk setiap jenjang pendidikan. Jadi, Anda akan harus melakukan penghitungan untuk memasuki jenjang SD, SMP, SMA hingga universitas.

Langkah ketiga, mengevaluasi aset investasi yang sudah dimiliki dengan tujuan dana pendidikan. Setelah mengetahui kebutuhan biaya pendidikan untuk anak di masa depan, ada baiknya Anda melakukan evaluasi terhadap aset-aset investasi yang telah dimiliki saat ini. Sebagai contoh, untuk kebutuhan dana pendidikan universitas swasta di ilustrasi sebelumnya, investor telah memiliki aset berupa tabungan pendidikan senilai Rp 150 juta. Dengan demikian, investor akan dapat mengetahui bahwa ternyata dana yang sudah dipersiapkan kemungkinan besar tidak akan cukup mendanai kebutuhan pendidikan anaknya kelak saat memasuki masa kuliah 14 tahun mendatang.

Tabungan atau Asuransi Pendidikan?

Banyak pertanyaan konsultasi yang masuk kepada saya di ZAP Finance yang menanyakan bahwa mana yang lebih baik, punya tabungan pendidikan atau asuransi pendidikan? Kedua produk ini punya fungsi yang agak berbeda. Tabungan pendidikan lebih fokus pada unsur menabung, namun punya fitur jaminan jika Anda tidak sanggup meneruskan setoran. Sementara asuransi pendidikan lebih fokus pada penggantian uang pertanggungan, namun memberikan fitur pembayaran uang pada periode tertentu.

Jika anak akan bersekolah dalam jangka waktu di bawah 2 tahun, tabungan pendidikan tepat digunakan. Namun, jika jangka waktu di atas itu, potensi imbal hasil yang diberikan tabungan pendidikan sepertinya tidak sanggup melawan inflasi pendidikan yang super tinggi. Berikut ini saya berikan pilihan instrumen investasi yang tepat untuk kebutuhan dana pendidikan di atas 2 tahun.

Pertama, ORI dan Sukuk Ritel. Produk ini sangat cocok untuk Anda yang sudah punya modal untuk biaya sekolah 3-4 tahun lagi, tetapi ingin mendapatkan return yang lebih tinggi dari tabungan. Risiko kehilangan modal sangat kecil jika ditahan hingga jatuh tempo. Kedua, logam mulia. Bisa dibeli dengan satuan 1 gram, sangat cocok untuk Anda yang mempersiapkan dana pendidikan untuk 3-5 tahun lagi. Anda bisa membeli rutin per bulan persis seperti menabung. Ketiga, reksa dana campuran. Pembelian reksa dana yang bisa dimulai dengan Rp 500.000 per bulan, sangat cocok untuk kebutuhan dana pendidikan 5-10 tahun lagi. Keempat, reksa dana saham. Dengan potensi return yang bisa mencapai 20 persen per tahun, produk ini tentu saja sangat sesuai untuk melawan inflasi pendidikan untuk kebutuhan di atas 10 tahun lagi.

Patut dipahami bahwa aset investasi berbasis saham dan obligasi nilainya bisa fluktuatif. Jangan sampai, saat dana dibutuhkan ternyata nilai investasi yang dimiliki sedang jeblok sehingga evaluasi terhadap kinerja aset investasi sebaiknya dilakukan setiap tahun. Jika Anda memilih mengatur sendiri dana pendidikan anak, jangan lupa untuk membeli asuransi jiwa bagi pencari nafkah utama. Tujuannya untuk memproteksi penghasilan bulanan, jika pencari nafkah meninggal dunia dalam jangka waktu menabung. Live a beautiful 


Kompas, 30 Juni 2018

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

ARTIKEL OPINI: HAM sebagai Arena (DINNA WISNU)

"Kami menginginkan kupu-kupu, jadi kami tidak ingin membubuh- kan lipstik pada ulat bulu dan menyebutnya suatu sukses (sebagai kupu-kupu)." Demikian John Bolton, Duta Besar AS untuk PBB 2005- 2006 ("The Economist", 2006). Bolton kini penasihat bidang keamanan nasional AS.

Ia menyatakan itu dalam proses pembubaran Komisi HAM PBB (United Nations Commission on Human Rights/UNCHR) yang kemudian berujung pada pembentukan Dewan HAM PBB (The United Nations Human Rights Council/UNHRC) 12 tahun lalu. Dewan HAM PBB dibentuk sebagai lembaga antar-pemerintah dengan 47 anggota per tiga tahun periode keanggotaan berdasarkan perwakilan kawasan. Saat itu AS dan negara-negara Eropa setuju membubarkan UNCHR karena dianggap terlalu memusuhi Israel dan negara-negara Barat serta membiarkan negara-negara dengan catatan buruk HAM sebagai anggota. Mereka berharap badan yang baru akan lebih "adil" terhadap Barat dan Israel.

Saya tak terlalu terkejut jika AS di bawah kepemimpinan Trump keluar dari Dewan HAM PBB karena orang sama yang pernah merekomendasikan pembubaran UNCHR kini menjadi penasihat bidang keamanan nasional AS.

Mundurnya AS dari Dewan HAM PBB bukanlah tiba-tiba. Sejak awal kampanye dan bulan-bulan pertamanya sebagai presiden, Trump memang tak terlalu tertarik politik multilateral. AS hingga saat ini sudah mundur dari kesepakatan Kemitraan Trans-Pasifik (TPP), keluar dari anggota ECOSOC di PBB, keluar dari kesepakatan nuklir dengan Iran, dan keluar dari Kesepakatan Paris tentang perubahan iklim. Pertimbangannya sederhana. Politik multilateral terlalu mahal, tidak cocok dengan pendekatannya sebagai pengusaha yang mengedepankan solusi praktis dan berdampak cepat. Ia lebih menghendaki pendekatan yang bilateral, seperti dalam kasus Korea Utara dan mungkin akan ia lakukan di beberapa kasus lain.

Pendekatan ini yang mungkin membedakan motivasi sesungguhnya ketika AS membubarkan UNCHR dan keputusannya saat ini untuk mundur dari Dewan HAM PBB yang sebetulnya dibentuk oleh AS dan sekutu-sekutunya sendiri. Meski sama-sama menggunakan bias anti-Israel sebagai dasar pengunduran dirinya, saya melihat AS melakukannya demi kepentingan dalam negerinya sendiri ketimbang demi menyelamatkan proyek politik hegemoninya di tingkat internasional. Secara politik, khususnya di dalam Dewan HAM PBB, AS adalah mitra yang terus mendukung Israel dalam setiap resolusi yang mengecam negara tersebut. Mundurnya AS dari Dewan HAM PBB justru berpotensi merugikan Israel karena tak ada lagi negara kuat yang menjadi penyambung lidah Israel. Dalam sejarahnya, AS hanya pernah memboikot Dewan HAM PBB pada masa Presiden George Bush, tetapi kembali lagi saat Obama berkuasa.

Keluarnya AS dari Dewan HAM membuka interpretasi teoretis baru karena fenomena ini "menyimpang" dari tradisi konflik kepentingan di Komisi/Dewan HAM antara negara-negara maju yang berhadapan dengan negara-negara berkembang (Third World/Dunia Ketiga). Dikotomi ini sendiri sebetulnya menimbulkan persoalan karena tak selamanya negara maju selalu bertindak bertentangan dengan Dunia Ketiga dalam masalah HAM dan tak selamanya Dunia Ketiga juga kompak dalam menyikapi masalah HAM yang terjadi di salah satu dari mereka.

Dalam praktik, khususnya ketika membicarakan sebuah resolusi atau situasi HAM di sebuah negara, tak selalu pertarungan antar-kepentingan, seperti dalam hipotesis/perspektif realisme, yang mengarahkan perdebatan, tetapi juga dapat didorong oleh asosiasi gagasan seperti dalam liberalisme. Kontras ini terlihat ketika membandingkan dukungan/penolakan negara maju dan Dunia Ketiga terkait resolusi-resolusi Komisi/Dewan HAM tentang pelanggaran HAM yang dilakukan Israel dan yang non-Israel periode 1992-2008. Seligman (2011) mengategorikan negara-negara maju di penelitiannya adalah negara-negara Uni Eropa dan anggota NATO, sementara Dunia Ketiga adalah negara yang bergabung di Gerakan Non-Blok. Dalam periode waktu itu terdapat 89 resolusi yang mengutuk Israel, 39 di antaranya ditolak negara maju dan sebagian besar didukung Dunia Ketiga.

Sementara pada periode yang sama terdapat 74 resolusi yang mengutuk pelanggaran HAM oleh negara di luar Israel, seperti di Myanmar, Yugoslavia, Kuba, Kongo, Irak, dan Kamboja. Pada saat resolusi menyasar negara non-Israel, polanya berubah. Ada beberapa resolusi di mana negara maju bersatu, ada pula yang tidak. Demikian pula Dunia Ketiga.

Simon Hug (2015) yang melanjutkan penelitian Seligman untuk periode waktu 2006-2012 menemukan pola-pola yang masih sama terjadi di Dewan HAM. Apa yang terjadi di Komisi HAM kini juga terjadi di Dewan HAM PBB. Israel masih terus mendominasi diskusi dan resolusi. Dari sisi jumlah nominal, isu terkait Israel sebetulnya menurun. UN Watch mencatat mulai 2010-2016 turun dari 73 persen menjadi 36 persen (2015) dan 42 persen (2016). Penurunan ini tak mencerminkan ada perbaikan konflik Israel-Palestina. Sebaliknya, fakta belakangan ini justru mencerminkan keadaan yang memburuk.

Melihat perbandingan jumlah resolusi di atas, masalah HAM yang terus-menerus menjadi sumber perselisihan antara negara maju dan Dunia Ketiga adalah pelanggaran HAM oleh Israel. Jumlah resolusi mengutuk Israel yang lebih banyak dibandingkan yang lain tak dapat menghindarkan terbangunnya persepsi di antara negara maju bahwa ada bias anti-Israel dalam Komisi/Dewan HAM PBB. Saya sendiri memandang pelanggaran HAM Israel dalam agenda teratas Komisi/Dewan HAM PBB sebagai konsekuensi perubahan demografi politik dunia yang kini dipenuhi Negara Ketiga yang relatif mandiri dalam politik internasional yang lebih memprioritaskan penghormatan kedaulatan dalam negeri ketimbang intervensi terhadap negara lain. Hal ini terlihat dalam dinamika yang terjadi di Komisi HAM (UNCHR) sebelum dibubarkan menjadi Dewan HAM (UNHRC).

Awalnya, Komisi HAM yang didirikan pada 1946 adalah bagian dari Economic and Social Council (ECOSOC) yang bertugas membuat draf Deklarasi Universal HAM. Komisi ini tak memiliki otoritas menerima keluhan atau laporan tentang pelanggaran HAM yang dilakukan negara-negara anggota PBB. Kondisi itu bukan tanpa sebab. Kekuatan AS dan Barat sebagai negara-negara kolonial di PBB masih cukup kuat. Barat secara konsisten memberikan suara menentang dalam setiap upaya oleh Komisi untuk menempatkan masalah HAM yang paling penting saat itu sebagai agenda pembahasan, yaitu diskriminasi rasial, apartheid, dan realisasi hak untuk menentukan nasib sendiri negara-negara terjajah (Rajagopal 2007).

Perubahan ini terjadi ketika negara-negara Dunia Ketiga banyak memerdekakan diri sejak 1950-an. Kemerdekaan itu termasuk dalam menentukan politik yang mandiri. Dunia Ketiga kemudian menjadi anggota PBB dan mulai berpartisipasi di dalam badan-badan PBB, termasuk di ECOSOC yang bertugas memilih anggota Komisi HAM. Sejak itu, agenda komisi mulai berubah atau bisa dikatakan bertambah. Pada awalnya hanya berkutat di perkara demokrasi dan hak sipil, tetapi dengan masuknya Dunia Ketiga bertambah pada perkara diskriminasi rasial, kolonialisme, apartheid di Afrika Selatan, dan pendudukan Israel atas tanah Arab.

ECOSOC pun kemudian memberikan mandat kepada Komisi HAM untuk menyelidiki pelanggaran HAM melalui ECOSOC Resolutions 1235 (1967) and 1503 (1970). Resolusi 1235 adalah resolusi yang memberdayakan Komisi HAM untuk secara publik menjalankan politik naming and shaming (mempermalukan) suatu negara yang memiliki masalah HAM, sementara Resolusi 1503 memperkuat Komisi HAM dengan memberikan wewenang untuk secara rahasia menyelidiki praktik pelanggaran HAM negara anggota. Investigasi dapat hanya berdasarkan komunikasi dari individu ke komisi dan mereka dimaksudkan untuk pengumpulan informasi (Edwards et al, 2008).

Sejak resolusi tersebut, perselisihan politik dan kepentingan di dalam UNCHR menjadi semakin tajam. Kredibilitas Komisi HAM dipertanyakan, baik oleh Barat maupun Negara Ketiga. Barat menuduh Komisi HAM menjadi incaran negara-negara pelanggar HAM untuk mencegah agenda HAM meluas. Barat menyoroti keanggotaan Arab Saudi, Sudan, Suriah, China, Kongo, dan negara lain yang masih dianggap tak menghargai HAM. Sementara Dunia Ketiga menuduh negara-negara Barat dan AS melindungi rezim otoritarian di beberapa negara seperti di Amerika Latin. Sebagian analis dan pengamat menilai perselisihan di antara negara-negara yang menjadi target dari resolusi justru menjadi bukti imparsialitas UNCHR dalam menegakkan HAM.

Sikap kita

Sebagai wakil Indonesia di Komisi HAM Antar-Pemerintah ASEAN (AICHR), saya mendukung pernyataan Menlu Retno Marsudi yang menyayangkan keluarnya AS dari Dewan HAM PBB. AS semestinya mendorong Dewan HAM PBB bergerak maksimal sebagai wadah kerja sama multilateral dan penegak komitmen masyarakat internasional untuk memajukan perlindungan HAM. Konflik Palestina-Israel tak mungkin dapat dilepaskan dari agenda di Dewan HAM PBB karena konflik itu telah bermutasi menjadi proxy war dari berbagai kepentingan yang ada. Perangnya bukan lagi Palestina-Israel, melainkan antarnegara pendukung. Indonesia sebagai negara yang mendorong kemerdekaan Palestina tentu tak dapat lepas untuk terus-menerus mengangkat masalah Palestina agar dapat perhatian dunia.

Meski demikian, Indonesia juga tidak boleh "lesu" dan mengendurkan agenda penegakan HAM, baik di tingkat internasional maupun regional. Kerja Dewan HAM PBB memang belum maksimal dan mungkin akan menjadi lebih berat di masa depan, mengingat politik internasional yang tengah bergejolak. Kita perlu selalu positif dalam memandang masalah. Misalnya, dalam konflik Palestina-Israel, kita dapat melihat negara maju tak selamanya menolak mengutuk pelanggaran HAM oleh Israel. Dari 84 resolusi mengutuk Israel, hanya 39 ditolak oleh negara maju, sementara sebagian didukung.

Bulan lalu, bahkan semua negara maju setuju adanya penyelidikan pelanggaran HAM. Fakta ini menunjukkan, ada potensi negara maju juga bisa bergerak bersama dengan Dunia Ketiga terkait upaya perdamaian dalam konflik Palestina-Israel saat kontribusi Indonesia bisa diberikan. Di sisi lain, Indonesia juga harus mendorong Dunia Ketiga lain yang sudah total mengutuk pelanggaran HAM Israel untuk juga mengutuk pelanggaran HAM di negara lain, seperti di Myanmar, Yaman, dan Suriah. Pelanggaran HAM yang perlu kita dorong tidak hanya yang berkaitan dengan hak sipil dan politik, tetapi juga hak ekonomi, sosial, dan budaya di mana pelanggaran umumnya terjadi oleh aktor-aktor non-negara.

Indonesia perlu lebih gigih mengangkat isu HAM karena pada dasarnya isu HAM menyangkut identitas bangsa Indonesia yang cinta damai, menjunjung demokrasi yang berkualitas, pemerataan pembangunan, pengakhiran diskriminasi dan rasa takut, kesamaan di muka hukum, anti-penyiksaan, penghapusan kejahatan lintas batas secara bersama-sama, perlindungan tenaga kerja, perempuan, anak, penyandang disabilitas dan kelompok rentan di mana pun mereka berada, perlindungan masyarakat atas perusakan lingkungan hidup, serta masih banyak lagi. Dalam perekonomian dunia yang makin mengglobal, HAM sudah menjadi bagian dari mata uang kerja sama antarnegara.

Barang-barang yang dijual ke pasar global perlu memenuhi standar perlindungan HAM tertentu. Pemotongan kontribusi AS ke Dewan HAM PBB masih dapat dicari "gantinya" dalam kegiatan penegakan hukum, tata kelola pemerintahan yang baik, ketahanan masyarakat, dan program- program pemberdayaan masyarakat.

Yang penting memang kerja-kerja HAM tak lagi terpusat pada pembuatan resolusi, penyusunan standar hukum, atau pelaporan upaya-upaya nasional di bidang HAM, tetapi mengarah pada implementasi bersama segala komitmen yang telah dibuat secara lintas batas demi kualitas kerja sama yang lebih baik dan saling menghargai. Di situlah Indonesia dapat kembali berkontribusi nyata menjadi kekuatan penyeimbang bagi pergerakan politik negara-negara yang mengedepankan kepentingan material yang sempit.

Dinna Wisnu Wakil Indonesia untuk ASEAN Intergovernmental Commission on Human Rights, Dosen Jurusan HI Universitas Bina Nusantara

Kompas, 30 Juni 2018

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

ARTIKEL OPINI: Danau Toba: Mitos dan Tragedinya (FRIETZ R TAMBUNAN)

TOTO SIHONO

                                         

Tenggelamnya Kapal Motor Sinar Bangun di Danau Toba, Senin (18/6/2018), menghasilkan tragedi memilukan karena dari sekitar 200 korban, hanya 18 orang yang selamat (Kompas, 21/6/2018). Ternyata pasca-tsunami 2004 di Aceh, upaya pencegahan bahaya (disaster prevention) dan pengurangan risiko bencana (disaster risk reduction) masih tetap retorika.

Misteri dan tragedi menyertai Danau Toba sejak dulu, berkelindan dengan mitos dan legenda.  Legenda Danau Toba bermula dari kisah seorang laki-laki bernama Toba, yang menikah dengan jelmaan seekor ikan mas. Toba yang murka kepada anaknya, Samosir, sampai berucap bahwa ia adalah anak seekor ikan. Samosir pun sakit hati dan melapor kepada ibunya. Sedih karena Toba, suaminya, telah mengingkari janji pranikah untuk tak pernah mengungkapkan identitasnya, sang istri kembali menjadi ikan dan banjir besar pun terjadi. Danau Toba pun terbentuk.

Mitos tercipta karena manusia tak mampu menjelaskan realitas secara rasional. Mircea Eliade(1968) menggambarkan kuasa di luar diri manusia sebagai tremendum et fascinosum (menakutkan dan menakjubkan) serta manusia harus taat dan hormat. Mitos Danau Toba adalah salah satu contohnya dan apa saja yang terjadi di danau besar itu—khususnya tragedi besar—akan dikaitkan dengan kuasa mistis itu. Segera setelah KM Sinar Bangun tenggelam dan menewaskan banyak penumpangnya, muncullah kisah tertangkapnya ikan mas besar di hari sebelumnya, yang menurut keyakinan orang-orang setempat seharusnya dilepas kembali ke dalam danau.

Kendati irasional, mitos berfungsi menyampaikan ajaran sehat yang berlaku umum, seperti perlunya  menjaga kesetiaan pada janji dan kesepakatan bersama, rasa hormat kepada orang lain, alam semesta, serta kepada Sang Pencipta. Ketika KM Sinar Bangun tenggelam, orang lantas mengungkit berbagai perilaku yang kurang pas: massa yang tak memiliki sense of crisis, pengusaha yang mengutamakan keuntungan, otoritas pelabuhan yang lalai, dan tiadanya sistem penanggulangan bencana. Danau Toba yang begitu luas dan ramai pengunjung terpapar begitu saja, bak sebuah lahan peternakan penuh domba tanpa gembala serta dikelilingi oleh predator ganas.

Sejak masa penjajahan, masyarakat di sekitar Danau Toba telah mengecap pendidikan. Namun, sepertinya karakter masyarakat masih sarat dengan primordialisme. Pemerintah telah berupaya mentransformasikan perilaku yang lebih mencerahkan dengan mengintroduksi ide pengembangan wisata lewat konsep Badan Otorita Danau Toba
(BODT) dan Geopark Kaldera Toba, tetapi masih terganjal patok-patok primordialisme tadi.

Konsep perubahan yang sesungguhnya merupakan hukum alam masih terus digugat dan dipertanyakan. Padahal, kita semua tahu bahwa orang dan masyarakat yang tidak berubah dengan mengubah pola pikirnya akan tergilas oleh perubahan itu sendiri. Akibatnya, Danau Toba menjadi keajaiban murni nature serta tragedinya adalah belum menjadi karya intelektual dan
keterampilan kultural yang menguntungkan manusia sekitarnya.

Mungkin salah satu cara cerdas mengubah kondisi ini adalah merancang pembangunan berbasis "kerja". Pada zaman big data saat ini, orang punya akses ke segala sumber data, termasuk data pembangunan. Kepemimpinan nasional saat ini yang tak lagi retorik seperti sebelumnya telah melakukan pembangunan berbasis ganda ini (big data dan "kerja besar") serta rakyat sudah dapat melihat, menikmati, merasakan dan bersyukur, seperti pada saat masyarakat Sumut menikmati jalan tol Medan-Tebing Tinggi. Sebaliknya, di sekitar  Danau Toba masyarakat masih sibuk mengomel atas dermaga-dermaga yang tak layak, kapal-kapal tua serta berbagai infrastruktur dan sarana yang minim, juga pelayanan umum yang buruk.

Tentunya tidak hanya pemerintah yang harus mengubah diri demi mengakhiri tragedi ini. Sudah saatnya masyarakat di sekitar Danau Toba mengubah cara pikir yang bertentangan dengan perubahan. Pemerintah lokal sebaiknya bergegas menciptakan pembangunan berbasis ganda ini karena masyarakat sudah cerdas menganalisis, mengakses, meminta bukti, dan juga menikmati apa yang dipentaskan dalam panggung pembangunan.

Masyarakat akan lebih terbuka pada ide pembaruan dan pembangunan jika di Danau Toba berseliweran kapal-kapal yang lebih baik, feri penyeberangan yang cukup, dermaga-dermaga yang kokoh, rasa aman dan pelayanan yang prima, serta para pejabat yang setia melayani. Proyek raksasa BODT dan Geopark Kaldera Toba perlu diset lebih down to earth—menyentuh rasa, hati, dan pikiran masyarakat sekitar. Prevensi dan upaya pengurangan risiko bencana sudah perlu diselaraskan dengan proyek pembangunan infrastruktur. Sebab, jika pembangunan tak menciptakan rasa syukur dan aman, BODT dan Geopark Kaldera Toba akan jadi tragedi baru Danau Toba. Danau Toba hendaknya tidak lagi hanya keajaiban alam yang indah, tetapi juga menjadi keajaiban kultural, hasil olah pikir serta tangan masyarakat dan pemerintah.

Frietz R Tambunan Rektor Universitas Katolik Santo Thomas, Tinggal di Medan

Kompas, 30 Juni 2018

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

ARTIKEL OPINI: Jendela Peluang Urbanisasi (RAZALI RITONGA)

KOMPAS/WISNU WIDIANTORO

Penumpang Kereta api Tawang Jaya Premium jurusan Semarang-Jakarta tiba di Stasiun Pasar Senen, Jakarta Pusat, Selasa (19/6/2018). Arus pemudik kembali ke Jakarta terus mengalir lewat stasiun ini.

Kegembiraan pemudik menuju kampung halaman, boleh jadi membuat pemerintah kota cemas pada saat arus balik mudik. Pasalnya,  arus balik mudik kerap disertai tambahan anggota yang ingin mengadu nasib di kota.

Penduduk perkotaan kini semakin padat. Pada 1971, misalnya, penduduk kota di Tanah Air baru mencapai 17,29 persen, lalu meningkat menjadi 49,79 persen pada 2010. Diperkirakan pada 2035,  penduduk kota akan menjadi 66,6 persen (BPS, Bappenas, Proyeksi Penduduk 2010-2035). Secara faktual, urbanisasi di Tanah Air  mengikuti fenomena universal yang terus mengalami peningkatan. Secara global, pada 1900 penduduk kota baru mencapai 15 persen, dan  meningkat cepat sejak 1950, lalu  60 tahun kemudian setengah penduduk Bumi tinggal di perkotaan (Bank Dunia, 2009).

Kekhawatiran pemerintah kota dalam menghadapi cepatnya pertambahan penduduk akibat pendatang ialah dalam soal penyediaan kebutuhan penduduk, seperti lapangan kerja, perumahan, pendidikan, dan kesehatan. Selain itu, pertambahan penduduk kota dicemaskan berpotensi memicu aneka persoalan sosial, terutama ketertiban dan keamanan.

Namun, dari aspek ekonomi, urbanisasi dapat menciptakan jendela peluang dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pendapatan penduduk. Laporan Bank Dunia (2009) menyebutkan hampir seluruh negara yang mengalami pencapaian status pendapatan kelas menengah umumnya disertai peningkatan urbanisasi hingga ke level 50 persen. Sementara untuk menuju negara pendapatan tinggi level urbanisasinya sekitar 70-80 persen.

Kontribusi produktivitas

Salah satu faktor pengungkit (leverage) meningkatnya pertumbuhan ekonomi dan pendapatan penduduk perkotaan akibat urbanisasi  ialah pada peningkatan produktivitas. Hal itu dimungkinkan karena efisiensi dari kelengkapan infrastruktur dan aplikasi teknologi  di perkotaan yang jauh lebih baik dibandingkan dengan di perdesaan.

Diperkirakan, rata-rata produktivitas pekerja di perkotaan 3-5 kali lebih besar dibandingkan dengan produktivitas pekerja di perdesaan, atau di sektor tradisional (Bank Dunia, 2009).

Meski kesempatan bekerja dan berusaha di perdesaan cukup besar, tetapi peluang untuk meningkatkan produktivitas terbatas. Lahan pertanian kian menyempit akibat konversi lahan sehingga penggunaan teknologi kurang efisien.

Selain itu, petani kerap mengalami tekanan hidup, terutama akibat fenomena kurang menguntungkan pada saat musim tanam dan panen.  Kerap terjadi, pada saat musim tanam harga input pertanian meningkat, bahkan kadang mengalami kelangkaan, sementara pada saat panen harga produk pertanian turun.

Adapun indikasi cukup banyaknya kesempatan kerja di perdesaan, antara lain, tecermin dari  rendahnya angka pengangguran di perdesaan dibandingkan dengan angka pengangguran di perkotaan.  Hasil Sakernas Agustus 2017, misalnya, menunjukkan angka pengangguran di perdesaan sebesar 4,01  persen, sedangkan angka pengangguran di perkotaan 6,79 persen.

Namun, celakanya, rendahnya angka pengangguran di perdesaan tidak sebanding dengan tingkat kesejahteraannya, tecermin dari angka kemiskinan di perdesaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan angka kemiskinan di perkotaan. Hasil Susenas September 2017, misalnya,  menunjukkan angka kemiskinan di perdesaan sebesar 13,47  persen, sedangkan angka kemiskinan di perkotaan 7,26 persen.

Karena itu, urbanisasi ditengarai bukan akibat  kelangkaan kesempatan kerja di perdesaan, tetapi terutama diakibatkan kecilnya peluang untuk meningkatkan kesejahteraan.  Meski disadari untuk meraih kesempatan berusaha dan bekerja di perkotaan bukan perkara mudah, tetapi tingkat kegagalan untuk  meraih kesempatan untuk hidup lebih baik di perkotaan ditengarai rendah, terbukti dari tidak adanya gelombang penduduk kota pindah ke perdesaan, atau ruralisasi.

Kontribusi pemerintah

Celakanya, kesulitan hidup di perdesaan tampaknya belum menjadi perhatian cukup serius dari pemerintah, antara lain, terekam dari target pembangunan yang belum dipilah menurut  perdesaan dan perkotaan, melainkan masih berupa angka total.  Target  penurunan angka kemiskinan pada 2018, misalnya, masih berupa angka total, yakni penurunan angka kemiskinan  menjadi satu digit (single digit), atau sebesar 9,5 persen.

Padahal, jika dipilah menurut perdesaan dan perkotaan, pencapaian angka kemiskinan satu digit itu diperoleh daerah perkotaan sejak September 2010 dengan angka kemiskinan sebesar 9,87 persen, dan keadaannya terus menurun hingga mencapai 7,26 persen pada September 2017.

Sebaliknya, angka kemiskinan di perdesaan hingga September 2017 masih bertahan dua digit (13,47 persen).

Maka, masih kurangnya perhatian pemerintah ditambah kecilnya peluang peningkatan kesejahteraan penduduk di perdesaan, diperkirakan akan kian meningkatkan urbanisasi hingga pada tingkat yang tidak terkontrol.  Padahal, jendela peluang pengembangan ekonomi perkotaan akan optimal jika tingkat urbanisasi berada pada tingkat yang terkontrol.

Peluang

Kembali ke soal kekhawatiran pemerintah kota atas fenomena urbanisasi, justru sepatutnya tidak perlu terjadi, seperti yang diungkap oleh Mohan dan Das Gupta.

Pemerintah kota hanya perlu mengubah tantangan urbanisasi menjadi peluang untuk kemajuan daerahnya, antara lain, dengan berinvestasi terhadap para pendatang dalam kegiatan ekonomi dan menopang kebutuhan hidup pendatang.

Dalam konteks ini, Rosenthal dan Strange (2004) mengungkapkan bahwa investasi untuk memperbesar skala kegiatan ekonomi  sebesar 3-8 persen di perkotaan berpotensi meningkatkan produktivitas 0,3-0,8 persen.  Bahkan di Bangladesh, pertumbuhan penduduk sangat  tinggi  mencapai 6 persen per tahun akibat urbanisasi, dapat menurunkan angka kemiskinan di negara itu sebesar 14 persen pada 1990-an (Bank Dunia, 2007).

Razali Ritonga Pemerhati Fenomena Sosial-Kependudukan; Alumnus Georgetown University, AS

Kompas, 30 Juni 2018

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.
Powered By Blogger