Cari Blog Ini

Bidvertiser

Jumat, 23 Desember 2011

Seputar Kisruh di Universitas Indonesia




From: Al Faqir Ilmi <alfaqirilmi@yahoo.com>
Subject: Seputar Kisruh di Universitas Indonesia
To:
Date: Friday, December 23, 2011, 12:16 PM

Seputar Kisruh di Universitas Indonesia

Tweet from @ratu_adil
-----------------------------
Bersepeda Dari Pati Untuk Kuliah Di UI, Beasiswa Malah Terancam Dicabut http://t.co/EbJx37Fw

JurNas: Mahasiswa FIB UI Demo Terkait Rencana Dekanat Cabut Beasiswa http://t.co/XuvBuY5s

Rektor UI Enggan Komentari Sanksi Pencabutan Beasiswa http://t.co/dlHqQabo

Mahasiswa FIB UI Kecam Ancaman Pencabutan Beasiswa untuk Maba http://t.co/X5V3DYxN

Kebohongan Rektor dan Skandal Penyadapan http://t.co/TsKmqUtW

@ratu_adil: Yiha, jelang akhir tahun, ada pergolakan di UI #BeasiswaUI

Kemarin lagi main-main ke UI untuk pantau2 situasi disana, #Eh gak taunya lagi ada pergolakan. Ternyata UI yang katanya universitas paling bergengsi, birokratnya masih pakai 'ancaman psikologis' untuk kendalikan mahasiswa. Hasil kasak-kusuk di UI kemarin, para mahasiswa penerima beasiswa mengaku diancam akan dicabut beasiswanya jika langgar aturan

Menurut mereka, Dekanat UI telah membelenggu hak berserikat dan berkumpul dengan ancaman cabut beasiswa. Selain itu, Dekanat UI juga mengancam skorsing bagi kegiatan himpunan mahasiswa yang tidak 'sejalan' dengan visi misi UI

"Maksudnya tidak sejalan?" tanya saya pada para mahasiswa

UI selalu mengijinkan acara dr organisasi2 Tarbiyah, sedangkan acara himpunan mahasiswa yg 'berbeda' cenderung dilarang" ujar mereka. "dan cara mereka (UI) mengekang kami sering dengan ancaman, misalnya ancaman cabut beasiswa, skorsing dan sebagainya" ujar mahasiswa

Ooh, itu mah memang begitu. UI kan memang sudah dikuasai Tarbiyah," ujar saya pada mahasiswa UI

Rupanya banyak juga yg minat sama topik kisruh UI. Oke, kl gitu saya akan ceritakan soal seluk beluk UI dr hasil investigasi saya

Pasca kejatuhan Soeharto 1999, akan digelar pemilu dimana UI rencananya akan menjadi TPS (tempat pemungutan suara). Bakin (sekarang BIN) mengadakan riset tentang siapa partai yg paling diminati mahasiswa UI. Hasilnya mengejutkan, ternyata UI memilih PK (partai Keadilan/sekarang PKS) dan PRD (partai rakyat demokratik)

Bakin pun melapor pada negara, dan negara pun memutuskan batal menjadikan UI sebagai TPS di pemilu 1999

Kenapa demikian?

Karena, UI adalah representatif kaum intelektual Indonesia, sehingga membuka UI jadi TPS akan mengangkat pamor PRD dan PK (skrg PKS). Dan kalau kemenangan PRD dan PK di UI terpublikasi, tentu dana investasi asing ke parpol akan beralih sebagiannya ke PK dan PRD

Negara via Bakin pun memutuskan melancarkan operasi infiltrasi divide et impera, yakni untuk memecah belah PRD dan PK dari dalam. PRD pun, terpecah belah, dalam internal PRD muncul dua kubu (PRD kiri dan PRD kanan). PK pun terbagi dua kubu, yang akhirnya menjadi PKS dan Hizbut Tahrir. Operasi ini terjadi tak hanya di UI, tapi juga di seluruh lini PRD dan PK di indonesia

Berusia singkat, PRD pun bubar, pentolannya kini gabung PDIP. Sedangkan PK jg terbagi menjadi PKS dan Hizbut Tahrir. Di UI, PKS lebih dominan 'menguasai' mahasiswa dan birokrasi ketimbang Hizbut Tahrir. Dan hingga saat ini, negara tidak pernah lagi mengizinkan UI atau kampus lain menjadi TPS dalam pemilu

Sebagai catatan, baik PK dan PRD itu salah satu motor penggeraknya adalah anak jurusan sejarah UI dari fakultas Sastra (skrg FIB UI). So, jangan heran kalau dari dulu sampai sekarang, Fak Sastra atau FIB UI selalu menjadi sumber pemikiran kritis di UI

Hasil pengamatan saya, gejolak pemikiran di UI itu lebih dipacu oleh anak2 Fak Sastra atau FIB UI ketimbang Fisip UI. Itulah sebabnya banyak aktivitas intelijen di FIB UI (termasuk saya)

Bagi yg belum tahu, anak dari Mayjen Gerungan (Rocky Gerung) mantan petinggi Permesta, skrg jadi dosen FIB UI. Dan Rocky Gerung kini menjadi salah satu pionir terdepan Partai SRI bersama beberapa senior2 FIB UI

Organisasi RMS (republik maluku serani) juga tercatat sudah 'memasukkan' sejumlah mahasiswa ke FIB UI

Gerakan Aceh Merdeka (GAM) tak ketinggalan, beberapa 'agen' GAM juga disusupkan ke FIB UI

Data intelijen yg disimpan di Deplu menyebutkan ada sekitar 14 aktivitas intelijen di FIB UI. Dari kelompok kiri, kelompok kanan, kelompok separatis, ikutan memantau FIB UI. Maka tak heran @sudjiwotedjo ketika mampir ke FIB UI salah satu pada pagelaran teater kampus terbesar di Indonesia berkata iri pada FIB UI

Jika anda membandingkan gelora mahasiswa di UI, anda tidak akan menemui gairah pembangkangan yang lebih besar dari FIB UI. Itulah sebabnya saya bilang, UI hanya terbagi 2 kubu, Tarbiyah yg menguasai hampir seluruh Fakultas, versus FIB UI. Tarbiyah UI selalu mencoba menundukkan FIB UI, namun terus dilawan oleh gerakan solidaritas FIB UI

Bagi yg mengetahui, mungkin pernah dengar mahasiswa UI perang lawan Tarbiyah di ajang pemilihan ketua BEM UI. Kejadiannya sekitar tahun 2003-2004, perang yg saya maksud dalam arti harfiah. Pemukulan, lempar batu terjadi di FIB UI. Kemudian pada pemilihan ketua BEM UI tahun berikutnya, mahasiswa FIB UI membakar kotak suara karena menemukan adanya kecurangan Tarbiyah UI

Tahun 2008, seluruh mahasiswa FIB UI bersatu menghadang Dekanat UI lantaran Dekanat membelenggu kebebasan berkumpul mahasiswa non Tarbiyah. Kejadian serupa terulang kemarin, mahasiswa FIB UI bahu membahu mengepung Dekanat karena larangan berserikat dan berkumpul, Dan #LagiLagi, Tarbiyah UI berada di belakang pelarangan berkumpul itu. Tarbiyah UI memang sudah 'menyusup' ke birokrasi UI, dosen-dosen UI hingga BEM UI

Pada peristiwa FIB UI kemarin, kepala jurusan sejarah bernama Abdurahman yg aktif sebagai anggota PKS adlh salah satu dalang pelarangan itu. Pelarangan ini didukung oleh salah satu petinggi Dekanat FIB UI bernama Albert Roring yg menurut cerita mahasiswa selalu menopang Tarbiyah. Albert Roring bahkan mengancam akan mencabut beasiswa mahasiswa baru (Maba), suatu tindakan yang sangat keji yg pernah dilakukan o/h 'Guru'

Untungnya, Roring mengancam seorang Maba Sejarah UI bernama Jalaludin yg namanya sempat ngetop di media massa. Jalaludin ini unik, dia naik sepeda dari Jawa Tengah ke Depok (harfiah) karena diterima di UI. Media sempat ramai memberitakan ini. Ancaman kepada Jalaludin rupanya menjadi 'batu kerikil" bagi Tarbiyah UI. Mahasiswa FIB UI pun memanfaatkan 'keuntungan' itu dengan menggalang aksi protes yg melibatkan media massa

Pantauan saya, pemberitaan itu menjadi salah satu senjata kuat mahasiswa FIB untuk memenangkan pertarungan vs Dekanat-Tarbiyah FIB UI. Kun fayakun! Mahasiswa FIB UI memenangkan pertarungan. Dekanat/Tarbiyah FIB UI batal mencabut beasiswa Jalaludin

Bravo ! Salute buat FIB UI yang #LagiLagi berhasil memukul mundur Tarbiyah UI

Hingga saat ini, satu-satunya fakultas di UI yg masih 'berani' melawan Tarbiyah adalah FIB UI. Tapi tetap perlu diwaspadai, kekuatan Tarbiyah UI disokong oleh Manajoer Kemahasiswaan Rektorat UI bernama Kamaruddin. Melalui Kamaruddin inilah, orang2 Tarbiyah UI berhasil menyusup di birokrasi UI, Albert Roring merupakan salah satu orangnya Kamaruddin

Kekuatan Tarbiyah UI paling kuat di Fakultas MIPA. Nama kantinnya Fakultas MIPA saja DALLAS yg merupakan kependekan dari 'di bawah lindungan Allah SWT'. Nah, pertanyaannya kemudian adalah apakah ada hubungannya antara kisruh rektor UI Gumilar Sumantri dengan Tarbiyah UI?

Ya, betul. Keduanya memang berkaitan. Ada pihak yg ingin menggoyang kekuatan Tarbiyah (PKS) di UI yg disokong oleh Gumilar

Siapakah yg ingin menjatuhkan dominasi Tarbiyah (PKS) di UI via Gumilar?

Ada beberapa pemain disini. Tapi singkatnya, mereka adalah gerakan yg disokong para intelektual UI dari fakultas Kedokteran, Ekonomi, Fisip. Sayangnya, mereka ini memiliki agenda politik tingkat tinggi yg sebetulnya juga tidak memperjuangkan hak-hak mahasiswa UI. Dugaan sementara dari tim intelijen di lapangan, ada kepentingan global di balik gerakan Save UI, juga Pelita UI

Saya belum bisa buka datanya, karena masih harus konfirmasi lebih lanjut soal ini. Tapi sedikit indikasi, ada kelompok mafia berkeley di balik gerakan Save UI juga Pelita UI

Kita mendengar nama Emil Salim (kelompok berkeley) aktif di gerakan Save UI. Kemudian ada nama Gadis Arivia (aktivis partai SRI), istri dari Rick Pollar (petinggi World Bank yg menjembatani Sri Mulyani ke World Bank). Banyak lagi nama yg belum bisa saya buka disini. Sejumlah tim intelijen dari berbagai kepentingan sedang memantau perkembangan kisruh UI

Dua kekuatan besar sedang tarik menarik di UI. Yg satu merapat ke MWA untuk jatuhkan Gumilar, sdgkan Tarbiyah back up via M Nuh (Mendiknas). We'll see lah bagaimana hasil akhirnya. Entah kelompok Berkeley atau Tarbiyah yg menang. Yang jelas, mahasiswa tetap ditunggangi

Mungkin sedikit yang tahu, bahwa setiap pemilihan ketua BEM UI, dana partai berseliweran menyokong kampanye sang calon. Nilai sokongan dana partai ke ketua BEM itu mencapai miliaran lho. Tentunya ada deal antara sang kandidat dengan partai

Lantas, jika saya mahasiswa UI, apa yang harus saya lakukan untuk menghadapi permainan dua kelompok besar ini?

Stay calm, pantau perkembangan isu dan jangan mudah terpengaruh isu yg diboyong dua kelompok ini

Kelompok Berkeley, umumnya menggunakan bahasa2 yg seolah memperjuangkan kebebasan dan demokrasi untuk gaet massa di UI. Sedangkan kelompok Tarbiyah UI (PKS), tentu saja memperjuangkan langgengnya kekuasaan mereka sendiri dgn mengekang hak mahasiswa. Tapi berdasarkan pantauan saya, isu pergolakan yg muncul di FIB UI masih lebih murni berasal dari keresahan terhadap otoritas yg mengekang. Itulah kenapa sejak dulu, sulit bagi kelompok-kelompok yg berkepentingan menguasai UI untuk menduduki FIB UI secara utuh.

Mahasiswa FIB UI boleh bangga dengan semangat yang dimilikinya, meski Tarbiyah UI terus berupaya kuasai, FIB UI tetap tegak.

Menurut cerita mahasiswa FIB UI, ketika seluruh kampus UI melarang merokok di kantin fakultas, hanya FIB UI yg bertahan diperbolehkan. Ketika seluruh kantin fakultas melarang mahasiswa main kartu, hanya FIB UI yang masih bebas. Ketika acara-acara budaya perlahan-lahan dihalangi, FIB UI bergerak secara bawah tanah dan independen

Dahulu sekali, jam kuliah di FIB UI dibuka hingga pukul 21.00 WIB. Sama seperti fakultas-fakultas lain. Jam kuliah yang berlangsung sampai malam, membuka peluang terjadinya konsolidasi kelompok kebebasan di UI untuk rapatkan barisan. Acara-acara digelar hingga lewat tengah malam dan seringkali menjadi wadah penghujatan terhadap ketidakadilan kampus UI. Gerakan kiri pun 'mendompleng' mahasiswa melalui tongkrongan malam di UI

Gelora pembangkangan mengepul dari kantin-kantin di UI. Memang tidak semua, tapi di sejumlah fakultas UI terjadi 2 pengelompokan, kubu kantin (pembangkang) dan musholla (Tarbiyah/PKS). Dan hampir setiap pemilihan ketua senat, terjadi tarik menarik antara kubu Kantin yg mengusung calon non Tarbiyah. Dengan kubu Musholla yang mengusung Tarbiyah UI

Saat ini, hampir semua senat fakultas di UI dipegang Tarbiyah UI, termasuk FIB UI. Tapi, kebanyakan fakultas akhirnya legowo menerima kenyataan Tarbiyah tak terkalahkan di UI. Fisip UI, yg dulunya jadi basis perlawanan mahasiswa UI pun kini cenderung 'nrimo'. Psikologi UI, dulu juga sempat jadi basis perlawanan terhadap Tarbiyah dipimpin salah satu tokohnya 'Bagus Takwin', kini layu

Pantauan saya selama 10 tahun terakhir ini terhadap pergerakan mahasiswa di UI, hanya FIB UI yang masih punya peluang melawan secara nyata. Maka bagi mahasiswa FIB UI, lekaslah bersatu, mumpung Tarbiyah lagi digoyang oleh kelompok Berkeley via gerakan Save UI juga Pelita UI

Saya menyaksikan sendiri bagaimana mahasiswa FIB UI berhasil memukul mundur bentrok, fisik maupun pemikiran melawan kedaulatan Tarbiyah UI. Tapi ingat agar selalu tetap waspada.. belasan aktivitas intelijen di FIB UI masih memantau

Temans2, saya sudahi dulu laporan singkat (namun panjang :p) seputar UI ini

http://www.radaronline.co.id/berita/pembaca/3641/2011/Seputar-Kisruh-Universitas-Indonesia


Selasa, 13 Desember 2011

"Lonely Song" of SBY


 
From: Al Faqir Ilmi <alfaqirilmi@yahoo.com

LONELY SONG OF SBY

SBY
semakin bingung harus bersikap apa. Kejadian demi kejadian tidak ada
yang terselesaikan. Malahan bertambah kejadian baru yg makin
mengenaskan.

Sementara skandal Bank Century dimati-surikan, skandal petinggi2 Demokrat mencuat.

Tanggal 23 Mei 2011 ternyata Nazarudin sudah menghadap SBY dan melaporkan semuanya, termasuk keterlibatan Ibas dan Anas, dkk.

Rakornas
Demokrat di Sentul pun berlangsung alot hingga hampir subuh. Keputusan
diambil walau berat. Anas dilengserkan
untuk membersihkan nama PD. Ditugaskan dua orang. Andi Malarangeng
untuk menghadap SBY dan Ahmad Mubarok untuk menyampaikan kepada Anas
sekaligus mencari format yg elegan n bijak bagi semua pihak. Tentu ini
kemauan kubu Marzuki Ali dan Andi Malarangeng yang mau membalas dendam
atas
manipulasi uang yang memenangkan Anas sebelumnya.

Subuh, Andi
Malarangeng sudah di Cikeas. Sarapan pagi bersama SBY dan kebetulan ada
Ibu Sarwo. Baru satu kalimat Andi menyampikan keputusan Rakornas soal
dilengserkannya Anas, tiba-tiba Bu Sarwo nyeletuk: "Nek iku
dilaksanakan, putuku mlebu bui" (Kalau langkah itu diambil, cucuku masuk
penjara). Gagal lah tugas Andi Malarangeng. Semua juga tahu, SBY itu
jongos di keluarga besar Sarwo Edhi, makanya sama sekali tidak bergeming
atas celetukan mertuanya itu.

Konon, akhir2 ini, SBY sering
terdiam merenungi nasibnya yang demikian tragis. Ditinggalkannya istri
(keturunan Filipina) dan kedua anak perempuannya demi meraih cita-cita
masa depan gemilang, namun apa dikata jatuh ke pangkuan ibu Ani yang
menempatkan SBY kayak jongos seumur-umur. Sempat selingkuh sebentar
dengan Sri Mulyani Indrawati, namun terhempas skandal Century yang
mengharuskan SMI diusir ke luar negeri atas perintah Ibu Ani yang
cemburu habis kepada SMI yang cantik dan cerdas. SBY kembali salah
langkah dan kembali ke ketiak Ibu Ani.

Apalagi kalau SBY
merenungi pilihannya pada skenario manipulasi pemilu, yang waktu itu
diambilnya tanpa banyak pemikiran mendalam, SBY makin stres.

Sebagaimana
kebiasaan seorang jongos yang sudah mengabdi kepada isterinya puluhan
tahun, sudah terbiasa tidak bisa menolak, demikian pula waktu memutuskan
skenario pemenangan pemilu itu, hanya pesan Ani Sby yang terngiang2:
"Kalau incumbent tidak menang mutlak, itulah sebodoh2nya orang. Kan
semua kekuasaan ada di tangan". Memang menang mutlak, menghalalkan
segala cara. Sekarang, ibarat nasi sudah menjadi bubur.
Kalau stres, kompensasinya dia mengarang lagu.

"SBY
sudah ditinggalkan kroni2nya. Lebaran tahun sebelumnya, antrian masih
amat, panjang, tapi lebaran kemarin, di ruang VIP, hanya ada saya dan
seorang menteri, itupun kami buru2 pulang, makanan utuh tidak
tersentuh", demikian
seorang jenderal bintang empat, kerabat dekat cikeas menggambarkan.

Di
lingkaran satu pun sudah tinggal beberapa sosok oportunis yg
mengelilinginya, seperti Hartati Murdaya, yg bakalan hancur bersama
hancurnya kekuasaan SBY. "Hartati Murdaya itu yang selalu menyampaikan
yang bagus2 kepada Bu Ani dan Pak Sby shg informasi versi lain dari
kami-kami yg lebih obyektif sudah tidak ada gunanya", demikian salah
seorang kepercayaan Cikeas.

Awalnya, Ani Sby tidak menyetujui
Aliya sebagai menantu. Pacar Ibas di Australia, yg dibelikan Ferari oleh
Anggoro, ketika sama-sama kuliah, dianggap lebih tepat untuk
mendampingi putranya. Aliya dianggap terlalu mandiri dan kurang
"njawani".

Namun apa yang membuat Ani Sby berubah pikiran? Segra meminang Aliya Rajasa?
Pertama,
adalah diagnosa tumor otak di kepala SBY, yg membuatnya pingsan dan
lalu diinfus vitamin C, karena memang tidak ada obatnya. Kalau
dikemoterapi di kepala akan amat
berbahaya.

Maka, tidak heran kalau kemudian RS kecil di dekat
Cikeas segra dibeli dan diperlengkapi dg peralatan tercanggih dg dokter
jaga kepresidenan, untuk berjaga-jaga kalau setiap saat terjadi sesuatu.

Kedua,
tidak ada yg lebih kuat dari ikatan keluarga, apabila terjadi sesuatu.
Apalagi Hatta Rajasa sudah terbukti menyetorkan suara poros tengah
secara bulat. Buy 1 Get 1. Beli Hatta Rajasa dapat juga Amien Rais.
Demikianlah kalkulator di kepala Ani Sby segra bekerja. Tapi kalau tidak
diikat bisa saja menjadi bumerang.

Hatta Rajasa bagai disambar
petir. Untung rambutnya sudah putih semua, seandainya masih ada yg
hitam, kontan langsung jadi putih total. Bagai menghadapi buah
simalakama. Dimakan mati, tidak dimakan ibu mati. Aliya Rajasa, gadis
cerdas itu, akhirnya harus menyetujui dijodohkan dengan Pangeran Teler,
yang diajak ngomong saja tidak nyambung. Adalah Amien Rais yang
menghibur, mungkin saking penginnya berkuasa: "Ambil
saja hikmahnya. Siapa tahu ini Jalan Allah SWT untuk mendapatkan amanah
memimpin NKRI selanjutnya".

Padahal, seandainya tidak ada ikatan
keluarga, jelas manuver Hatta Rajasa dan Poros Tengah akan bisa lebih
leluasa di masa depan. Namun takdir sudah diterima sebagai besan.

Adalah
Hartati Murdaya yang sibuk. Seperti biasa. Bagaimana mengamankan
bisnisnya secara nyata dengan menaruh orang-orang kunci. Seperti Dahlan
Iskan yang sudah membuktikan diri berbakti mengamankan kepentingan
Murdaya di PLN, tugas selanjutnya adalah agar Dahlan mengamankan
kepentingan Murdaya di Telkomsel yang sempat gonjang ganjing.

Apalagi,
kembalinya kroni2 lama Aburizal Bakrie, seperti Djan Faridz dan Cicip
Syarif Sutardjo dalam Kabinet membuat gerah Kelompok Murdaya.

Karena
katakutan kepada ARB, maka langkah beberapa konglomerat menggandeng
Arifin Panigoro untuk menjual Sri Mulyani dengan Partai SRI nya pun
didanai besar2an. Yang digerakkan adalah
para profesional dan akademisi kampus2. Lalu di Jatim mulai masuk ke
Pesantren2 untuk memenangkan Gub Jatim sebagai exercise. Mau mengulangi
keberhasilan Demokrat melalui ujicoba manipulasi sistem pilgub jatim
(Cak Karwo vs chofifah). Termasuk mendorong kakak kandung SMI, yaitu
Nining Susilo untuk maju sbg Ketua IA ITB. Namun kalah.

Hanya
saja, usaha menjual SMI dgn PSRI memang agak berat, karena ada gerakan
tandingan yg begitu santer untuk KPK segra menangkap TRIO perampok Bank
Century dan Pajak Fiktif Puluhan Trilyunan (Boediono, SMI, Darmin
Nasution) yg disponsori oleh Jenderal Sutanto (mantan Ka BIN) yang
dijanjikan oleh SBY untuk menjadi capres PD setelah SBY tidak bisa maju
lagi. Tugasnya menghambat agar SBY bisa aman sampai 2014 atau setidaknya
TRIO itu saja yang diseret. Jangan sampai menyentuh Cikeas.

Kesulitan
menjual SMI dan PSRI, sempat dicoba dilansir dagangan baru oleh kubu
konglomerat yakni menjual Dahlan Iskan. Sempat panas
sebentar, namun ternyata hanya euforia karena banyak kalangan yang tahu
rekam jejak Dahlan Iskan ketika menghabisi Grup Koran ternama di Jatim
dengan mendirikan Jawa Pos yang didukung beberapa pihak yg terganggu
oleh pemberitaan Koran ternama tersebut yang tidak mau berkompromi. "Ini
orang dari dulunya sudah jadi boneka, masak mau dijadikan presiden,
yang bener saja lah. Apa tidak mengulang episode SBY di rewind",
demikian sumber BIN mengatakan.

Bingung mencari jago, akhirnya
beberapa meminta Hutomo Mandala Putra Suharto untuk tampil di 2014.
Hanya saja, HMP tidak ada komentar sampai kini. Usaha membuat Partai
Nasrep yg dimotori Mayjen Edi Waluyo juga tidak menggelora, malah
seperti setengah hati.

Selain Sutanto, Prabowo juga dijanjikan
oleh SBY. Bahwa PD akan bersama Gerindra di 2014 untuk mencalonkan
Prabowo sbg capres. Hanya saja, selain menjanjikan, juga secara
bersamaan, semua bank dikunci agar tidak mengucurkan kredit kepada
Prabowo,
sehingga likuiditas Prabowo tersendat. Ini yg membuat Prabowo takluk
dan mendukung Panja Pajak Pro Demokrat.

Joko Suyanto, sang
Jenderal AU, seangkatan SBY, juga dijanjikan. Namun dia tidak tinggal
diam. Apalagi dia, bersama Hatta Rajasa, sudah jelas sebagai distributor
dana Skandal Century. Selain mau menyelamatkan diri, juga sedang
memanuver agar kekuasaan SBY jatuh sebelum waktunya. Sehingga jatuhnya
ke tangan Menko Polhukam. Untuk selanjutnya akan memudahkan urusan.

Tak
pelak lagi, beberapa Jenderal AD yang dekat kekuasaan menjadi berang
karena berbagai macam isu dilansir untuk menjauhkan SBY dari teman2nya
yang AD. Dengan isu Dewan Jenderal AD, SBY berhasil diisolasi oleh Djoko
Suyanto, sehingga teman2nya Jenderal AD tidak lagi dekat dengan SBY.
Djoko Suyanto bersama para perwira tinggi AU yang siap menduduki Jakarta
melalui jalur udara, sudah menyiapkan skenario semacam "supersemar"
agar jatuhnya kekuasaan SBY ke tangan Djoko
Suyanto. Krn kalau lewat Pemilu normal tidak ada jaminan, nasib dirinya
akan aman. Mengingat semua bisa saling mengkhianati untuk menyelamatkan
diri.

Hal "siaga 3" ini pulalah yang dibahas dalam rapat
terbatas para Jendral purnawirawan AD baik senior maupun yang masih
aktif, karena merasa dikhianati oleh Djoko Suyanto, yang berhasil
mengisolasi SBY. Tidak ada satupun Jenderal AD yang dulu hotline dg SBY,
sekarang semua lewat Djoko Suyanto. Shg bisa discreening.

"Inilah
kebodohan SBY, krn dia orang yg tidak tahu terima kasih. Semua hubungan
selalu berdasar kepentingan semata, dia buta, tidak bisa membedakan
mana kawan, mana lawan. Tidak sedikit orang setia yg dia korbankan. Spt
Kolonel Azis kasus Kedutaaan Indonesia di Korea, Bachtiar Chamzah malah
SBY memilih oportunis/pedagang Si Suryadarma Ali, Hafidz Anshari ketua
KPU sudah disuruh manipulasi macam2 dan sekarang dikorbankan, dll.
Padahal dalam saat kritis dan krisis, kuncinya adalah
teman sejati, dan ini dia tidak punya. Dia kira semua orang punya
kepentingan. Celakalah SBY", demikian seorang Jenderal senior yang
mengenal SBY sejak jaman dulu.

"Memangnya Djoko Suyanto tolol.
Untuk menjadikan dirinya pahlawan, ya kemudian SBY yang akan diadili di
depan rakyat, sekaligus untuk membersihkan diri", demikian lanjutnya
berapi-api.

Bagaimana kekuatan dukungan untuk SBY di POLRI
Jenderal? Dijawab sbb: "POLRI yang penting untung saja. Lihat saja kasus
Gayus. Ito Sumardi sudah ditugaskan oleh SBY, sampai Ito menjemput
Gayus ke Singapore, namun dalam perjalanannya, dengan amat mudah kendali
operasi diambil alih oleh Salempang (wakilnya), sehingga Tim nya Ito
dan Deny Indrayana hancur berantakan, sedangkan Gayus kan bicaranya
tergantung siapa yang menang pertempuran saat itu, ya diatur saja
kalimatnya sesuai pesanan. Polisi itu yang penting dapat Job, ya jalan,
tapi juga harus jelas mengawalnya agar tidak belok kalau dapat
tawaran yg lebih tinggi/ lebih baik. Bohirnya Polisi itu banyak. Tidak
hanya SBY",demikian Sang Jenderal Senior.

Ruhut Situmpul dan
Sutan Butogana yang biasa muncul sebagai corong SBY pun mulai kendor.
Dimintai komentar soal para tokoh DEPAN yang meluncurkan buku berisi
daftar abused pemerintahan SBY-BOED, reaksinya adem ayem saja: "ya
silahkan saja, ini negara demokrasi, semua bebas berekspresi, tidak
seperti biasanya yang banyak membela disana sini. Lebih jelas lagi
adalah Marzuki Ali, sang Ketua DPR yang merasa sbg pendiri Demokrat dari
sejak awal, namun selalu disingkirkan oleh SBY dalam penentuan posisi
menteri, ditambah didzalimi ketika bersaing melawan Anas, sudah siap
siaga berperan sebagai layaknya Harmoko di tahun 1998. Miring sedikit,
akan segera menyeberang. Lebih baik jadi pahlawan daripada sebagai
bersama masuk jurang. Lain lagi Taufik Kiemas. Dia memang oportunis.
Siapa yg menang pasti ikut, apalagi kalau diberi peran. Segra saja
siap beraksi. Yg penting dagangannya (Puan Maharani) jangan
ditinggalkan.

"Jenderal Marciano itu tadinya komandan paspampres.
Hampir tidak punya latar belakang pengalaman dunia intelejen. Di
seluruh dunia, dipahami bahwa dunia intelejen adalah seperti negara
dalam negara. Tidak peduli pemerintah ganti berkali-kali, dunia
intelejen jalan terus. Dan harus dipimpin oleh yang berpengalaman di
bidang intelejen, by training dan by expereince, tidak bisa ujug-ujug.
Kalau ini sih sudah pertanda siaga 3, yang penting Pak Marciano siap
melarikan presiden n keluarganya kalau terjadi apa2. Itu saja fokusnya.
Kalau memimpin BIN, sulitlah. Kalau soal pengamanan presiden n keluarga,
beliau sudah teruji. Ditaruh di BIN krn info A1 adanya di BIN, jd bisa
cepat siap2", salah seorang intel muda menjelaskan.

Kini, kembali
SBY dibikin pusing. Mau berkata apa lagi. Semua langkahnya sudah salah
lagi dan salah lagi. Tiba-tiba dunia dihentakkan seorang mahasiswa
semester akhir Fakultas Hukum UBK yang membakar diri di depan
istananya. Nyawa TKW yang dipancung tidak ada harganya, nyawa korban
jembatan Kutai, tsunami, longsor, tanggul jebol, gempa demi gempa,
gunung meletus, tabrakan, terus korban nyawa, sampai dijuluki Susilo
Bambang Nyudo Nyowo (mengurangi nyawa).

Adalah amat sangat mudah
untuk Abraham Samad menepati janjinya, karena semua bukti2 sudah
komplit. Century tinggal panggil Boed, SMI, Darmin, sebelum mengarah ke
SBY. Bukti2 skandal Petinggi PD juga sudah komplit, tinggal panggil Anas
n Ibas. Nunun juga sudah tertangkap. Cuma butuh keberanian saja. Semoga
arwah Sondang Hutagalung si pemberani, merasuk ke dalam jiwa Abraham
Samad.

Kini SBY menyesali nasibnya tanpa tahu harus berbuat apa, ini salah itu salah:

Sendiri......
Kini aku, sendiri lagi.......

Tiada kawan, tiada teman kutemui
Semua orang menghindari
Siap-siap menyelamatkan diri.
Tinggallah ku
sendiri

Sendiri.........
Kini aku, sendiri lagi ..........

Judul "The Lonely Song of SBY"

DEPAN NEWS
Disarikan dari obrolan informal para tokoh DEPAN dengan berbagai kalangan (Sipil, Militer, Polisi, Intelejen, Cikeas, dll).

Mengutip
pernyataan Prabowo kepada SBY: "Jakarta ini sempit. Kita tahu sama tahu
lah. Ngapain pakai jaim-jaim, sampai kolorpun kita saling tahu. Ndak
usahlah begitu".

__,_._,___

Rhenald Kasali: Perbaiki Sekolah

Perbaiki Sekolah
Rhenald Kasali
Hari Rabu kemarin saya diminta berbicara di hadapan para guru SMA-SMP Kanisius tentang apa yang harus disikapi untuk membentuk generasi baru. Sebelumnya, saya juga sudah berbicara hal yang sama di SMA Al Izhar, High Scope, dan SMAN 1 Gianyar. Apa yang menjadi keprihatinan orang tua dan guru?
Pertama, mereka ingin mengklarifikasi benarkah pendidikan di Indonesia adalah yang terberat di dunia?.
Kedua mereka ingin mengetahui mengapa anak-anak kita hanya berhenti sampai di level juara Olimpiade matematika (dan fisika) saja?
Dan ketiga, apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan mutu pengajaran dan tingkat keberhasilan anak didik.
Terberat – tersarat
Meski tidak tahu apakah kita masuk kategori "ter", saya harus menyampaikan bahwa pendidikan dasar dan menengah kita memang berat.
Saking beratnya, seorang ketua yayasan pada sebuah pendidikan swasta sempat memeriksa isi tas anak-anak TK dan SD Kelas 1 di Jakarta dan ia mengatakan rata-rata seorang bocah kecil membawa beban berupa buku dan alat tulis seberat 2,5 Kilogram.
Selain jumlah pelajaran yang diwajibkan Undang-undang Sisdiknas terlalu banyak (16-20), buku-buku pelajaran yang harus dibeli orang tua dari sekolah rata-rata juga terlalu tebal, dengan kualitas isi yang masih perlu dipertanyakan. Pengalaman saya sebagai orang tua yang membimbing anak sendiri dalam belajar menemukan rumus-rumus yang tidak konsisten dan membingungkan antara halaman yang satu dengan halaman-halaman berikutnya pada buku yang sama. Sudah begitu, sebagian besar guru ternyata mengaku kesulitan memilih rumus mana yang benar?
Jadi rumus yang benar dan salah seringkali sama-sama diajarkan.
Tak banyak guru yang menyadari bahwa 80% isi sebuah buku, intinya hanya berada pada 20% dari jumlah halamannya. Akibat ketidaktahuan ini  jelas fatal, seluruh isi buku dijejalkan pada kepala anak didik. Meski dari 16-20 mata pelajaran yang diajarkan di SMU (seorang tua murid SMK menyebutkan anaknya diberi 28 mata pelajaran) hanya 6 mata pelajaran yang diujikan pada ujian nasional, kesepuluh hingga 14 guru pada mata pelajaran lainnya berebut masuk ke dalam otak anak-anak dengan cara yang sama. Mereka semua ingin mata ajarnya berperan sama kuatnya dengan mata pelajaran yang diuji secara nasional.
Lengkaplah sudah penderitaan anak-anak sekolah Indonesia. Semua guru menganggap pelajarannya penting. Sepenting itulah mereka bisa membuat anak tidak naik kelas hanya karena nilai mata pelajaran geografi di bawah 6, atau harus mengulang. Ada banyak guru yang beranggapan mengulang berarti bodoh, dan nilainya harus di bawah rata-rata murid lainnya. Kalau rata-ratanya 6, yang mengulang otomatis diberi nilai di bawah 6 tanpa diperiksa. Guru-guru kita masih beranggapan kalau murid ditekan maka anak-anak akan menjadi lebih respek, lebih rajin, atau lebih hebat. Padahal itu hanya mencerminkan ego-nya yang teramat besar dan dapat berakibat buruk bagi setiap anak-anak didik.
Mata pelajaran-mata pelajaran yang maaf, harus saya katakan dapat dibuat lebih relax dan fun, telah dirubah menjadi momok  yang menakutkan. Ia dijadikan setara dengan ilmu pasti yang sarat rumus dan adat. Ia berebut perhatian yang sama dengan mata pelajaran–mata pelajaran yang diuji secara nasional. Disajikan terlalu serius dan berakibat hilangnya esensi yang mau dicapai. Untuk mengatasi hal ini saya menyarankan guru-guru pandai memilih esensi dari sebuah buku dan mulai membuat pelajaran-pelajaraNnya disampaikan dengan cara yang lebih fun dan menyenangkan.
Juara Olimpiade
Ini tentu kabar yang menggembirakan. Meski sering kalah dalam bidang-bidang lain, kita sering menyaksikan anak-anak asuhan Prof Yohannes Surya membawa medali emas olimpiade Matematika dan Fisika. Tetapi pertanyaannya kemana setelah itu? Apakah mereka akan mendapatkan hadiah Nobel? Menemukan teori-teori baru?
Meski semua itu dicapai dengan kerja keras, harus saya kabarkan bahwa beban ilmu yang kita berikan di sini memang sangat tinggi. Sekedar Anda ketahui saja, aljabar yang kita pelajari di level SMP di sini, ternyata baru diajarkan pada level SMA di negara-negara lain. Bahkan sewaktu saya mengambil program S3 di Amerika Serikat dan menjadi Asisten Professor dengan mengajar di program S3, saya melihat anak-anak di Amerika Serikat baru mendapatkan differensial dan Integral di tingkat Universitas. Kita mengajarkan topik itu, bersama dengan topik mengenai matrix sejak di bangku SLTA.Seringkali saya ingin mengulangi kalimat yang pernah saya sampaikan bahwa saya tidak komplain kalau sampai dengan ilmu yang sangat tinggi itu kita sudah sampai di Bulan atau di Venus, dan bisa membuat otomatis kelas dunia. Kenyataannya ternyata tidak demikian.
Untuk menjadi penerima hadiah Nobel atau menjadi ahli matematika yang hebat, anak-anak itu harus memiliki keterampilan menulis yang hebat dan kemampuan mengelola rasa frustasi yang kuat. Sayangnya, beberapa sekolah yang sering juara olimpiade malah melarang guru-gurunya mendalami keterampilan menulis. Kalau anak-anak itu hanya jagoan mengolah rumus dan otak kanannya tidak dilatih, mereka juga tidak akan menjadi orang hebat untuk diri mereka sendiri. Mereka akan frustasi, karena tidak ada pengakuan.
Menjadi Manusia Hebat
Akhirnya saya harus menutup tulisan ini dengan mengajak para guru memeriksa kembali, benarkah cara-cara yang ditempuh sekarang akan melahirkan manusia-manusia hebat?
Manusia hebat bukanlah manusia yang memperoleh nilai mata pelajaran yang tinggi-tinggi, melainkan manusia berkarakter kuat, dapat dipercaya, mudah diterima, memiliki growth mindset, berjiwa terbuka, dan pandai mengungkapkan isi pikirannya dengan baik. Kalau ini sudah jelas, buat apa membuang waktu sia-sia?
 (SINDO)
__,_._,___

Senin, 12 Desember 2011

Puluhan buruh siap bakar diri


Puluhan buruh siap bakar diri
Tanggal : 12 Dec 2011
Sumber : Harian Terbit
JAKARTA - Aksi nekad bakar diri karena kecewa dengan pemerintahan SBY mengatasi kemiskinan dan menghabisi koruptor bakal berlanjut. Setelah Sondang Hutagalung, mahasiswa Universitas Bung Karno, puluhan aktivis pembela rakyat tengah siap-siap untuk melakukan aksi tersebut dalam waktu dekat. Mereka siap jadi martir lewat bom bunuh diri.

Demikian pengakuan sejumlah tokoh dan aktivis kepada Harian Terbit di Jakarta, Senin (12/12). Hal ini dibernarkan aktivis Petisi 28, Harsya M dan Indro Tjahyono, keduanya mengaku mendengar puluhan aktivis tengah bersiap melakukan aksi yang sama. Alasannya, mereka kecewa dengan pemerintahan SBY yang tidak prorakyat tapi pro kepada koruptor.

Di samping itu, lanjut Indro, saat ini banyak yang sudah tidak lagi memikirkan dirinya atau rela mengorbankan nyawanya untuk menjadi martir. "Daripada hidup susah di negeri sendiri, apalagi setiap hari menyaksikan penderitaan rakyat, saya kira akan banyak aktivis dan orang-orang biasa yang nekat bunuh diri demi kesejahteraan rakyat," ujar Indro.

Hartsa Mashihul juga membenarkan akan ada puluhan aktivis buruh yang siap melakukan aksi bakar diri seperti yang dilakukan Sondang. Hal itu dilakukan merupakan bentuk kekecewaan dan protes kegagalan SBY memberangus korupsi dan kemiskinan.

"Saya dengar mereka akan melakukan aksi gila karena selama ini SBY buta dengan matanya dan telinganya tuli. Aksi yang dilakukan selama ini tidak didengar dan tidak digubrisnya, sehingga mereka mau mengorbankan diri dan jiwanya dengan membakar diri. Ada juga yang mau melakukan aksi bom bunuh diri," kata Hartsa.

Namun, Hartsa dan Indro lebih setuju dengan tidak membakar diri. Untuk menggulingkan SBY, ujar keduanya, lebih baik dilakukan dengan cara mencegat mobilnya di tengah jalan dan menduduki Istana.

Kecewa
Secara terpisah, psikolog Mintarsih A Latief menjelaskan, di tengah kebingungan mencari jalan keluar atas masalah bangsa yang makin parah, diperkirakan banyak orang yang akan mengikuti jejak Sondang.

"Sama seperti Sondang, mereka akan mengirimkan pesan tragedi bahwa negara dianggap tak lagi bisa diandalkan karena tak mampu menyelesaikan masalah bangsa. Pemimpin negara, terutama presiden, dinilai gagal mengelola negara dan tak bisa mengatasi penderitaan rakyat," kata Mintarsih.

Dihubungi terpisah, Ketua Umum Kongres Aliansi Serikat Buruh Indonesia Nining Elitos mengemukakan, aksi yang dilakukan Sondang merupakan bentuk kekecewaan gerakan rakyat atas pemerintahan SBY yang sudah tidak peduli dan berpihak kepada rakyat.

"Pemerintah dan DPR selama ini telah merampok uang rakyat dan pihak pengusaha mengambil sumber daya alam Indonesia. Aksi bakar diri itu merupakan suatu kewajaran. Kaum buruh akan terus melakukan aksi kekecewaan terhadap pemerintah. Aksi bakar diri lebih efektif untuk melawan pemerintah," papar Nining.

Patriot perubahan
Sementara itu, Dewan Penyantun Universitas Bung Karno, Dr Rizal Ramli mengatakan, aksi bakar diri Sondang merupakan wujud kegeraman seorang warga atas ketidakmampuan pemerintahan SBY-Boediono mengentaskan kemiskinan dan memberantas korupsi.

Rizal berharap dengan aksi Sondang yang berujung pada kematian itu, menjadi pelajaran bagi pemerintah untuk bisa memerhatikan rakyat kecil.

Menurutnya, Sondang adalah ahasiswa yang memiliki cita-cita mulia. "Bapaknya seorang sopir taksi. Dia berani mengorbankan diri untuk cita-cita perubahan untuk Indonesia bisa lebih baik. Setiap perjuangan ada pengorbanannya, banyak pahlawan seperti Bung Karno, mengorbankan jiwa raga. Reformasi 98, adik-adik mahasiswa dan terjadi perubahan, kami ingin menyatakan, bahwa Sondang a-dalah patriot perubahan," kata Rizal Ramli di Auditorium Universitas Bung Karno, Jakarta Pusat, Minggu (11/12).

Dia menambahkan, Sondang bukanlah mahasiswa yang bodoh. "Mengucapkan bela sungkawa, saya terharu, prestasinya bagus. IPKnya 3,7," tukas-nya dihubungi Senin pagi.

Rizal meminta agar perjuangan Mahasiswa tidak berhenti sampai di sini. "Kita lanjutkan perjuangan, untuk Indonesia yang lebih jaya dan hebat," tandasnya.

Civitas akademika Universitas Bung Karno (UBK), Ahad (11/12), memberi penghormatan terakhir kepada Sondang. Setelah aksi bakar diri yang menghanguskan hampir seluruh tubuhnya, Rabu silam, Sondang meninggal Sabtu kemarin, tepat di saat masyarakat penggiat hak asasi manusia memeringati Hari HAM Sedunia.

Aksi ini ditanggapi Sekretaris Kabinet Dipo Alam. "Aksi Sondang tidak ditirukan oleh pemuda atau mahasiswa lain. Saya menyesalkan aksi mahasiswa UBK itu. Itu cara berjuang yang keliru. Pemuda berjuang harus berani hidup. bukan berani mati," kata mantan Ketua Dewan Mahasiswa Universitas Indonesia di era Presiden Soeharto itu.
(junaedi/dodo)


__,_._,___

Sri Mulyani, SBY dan Kelompok 9 Naga


 
From: Al Faqir Ilmi <alfaqirilmi@yahoo.com>

Tweet from @ratu_adil
-----------------------------
@ratu_adil: Mari mengingat kasus pajak Paulus Tumewu (bos Ramayana) yang kewajiban pajaknya 'diputihkan' oleh Sri Mulyani di 2006-2007. #MenolakLupa

Bos Ramayana (Paulus Tumewu) itu, kebetulan bagian dari para pemimpin 9 Naga, berhutang pajak Rp 399 miliar (nilai pokok). Jika dihitung dengan denda pajak 4 kali lipat (Rp 1,6 triliun), total kewajiban pajak Paulus Tumewu mencapai Rp 2 Triliun 

Paulus Tumewu 'sengaja' tidak mengisi SPT Pajak dgn benar untuk 'memangkas' nilai pajaknya dan merugikan negara Rp 399 Miliar. Ketika itu (2006), penyidikan pajak Paulus Tumewu (Bos Ramayana) sudah mencapai level P21 alias siap maju ke pengadilan. Mendadak, Sri Mulyani (Menkeu) mengeluarkan 'surat sakti' yang kemudian menghentikan penyidikan pajak Paulus Tumewu. Alhasil, pada 27 Januari 2007, Kejaksaan Tinggi Jakarta   pun menghentikan kasus pajak Paulus Tumewu. Thanks to Sri Mulyani

Negara pun kehilangan potensi penerimaan pajak dan denda dari Paulus Tumewu senilai Rp 2 Triliun. Paulus Tumewu pun hanya dikenakan total kewajiban pajak senilai Rp 40 miliar saja. Pertanyaannya, kenapa Sri Mulyani 'melindungi' kasus pajak Paulus Tumewu? 

Dan tahukah kamu, Paulus Tumewu (Bos Ramayana) adalah adik ipar Eddy Tansil si Buronan Rp 1,3 triliun. Dan Paulus Tumewu adalah bagian dari 9 naga yang memang memiliki 'perjanjian khusus' dengan kelompok Demokrat

Perjanjian khusus itu adalah 9 Naga support dana ke Partai Demokrat, sebaliknya Demokrat melindungi bisnis 9 Naga. Itulah kenapa Sri Mulyani begitu melindungi bisnis dan sengketa klan 9 Naga seperti pada kasus pajak Paulus Tumewu 

Sri Mulyani juga telah 'menolong' kasus pajak Asian Agri milik Sukanto Tanoto (Raja Garuda Mas) Dan Sukanto Tanoto yang bernama asli Tan Kang Hoo adalah bagian dari klan 9 Naga. Sukanto Tanoto via Asian Agri memiliki tunggakan pajak senilai Rp 2,6 triliun yang kemudian ditolong Sri Mulyani. Setelah Sukanto Tanoto menghadap SBY pada 2007, semua beres. SRi Mulyani memutihkan pajak Asian Agri 

Tak hanya itu, Sri Mulyani juga telah menyelamatkan aset-aset milik Budi Sampoerna di Bank Century senilai Rp 900 M. Dari dana nasabah senilai Rp 1 T di Bank Century cabang Surabaya, 90% milik Budi Sampoerna. Ketika Bank Century dalam masalah, Budi Sampoerna 'minta tolong' ke SBY dan Sri Mulyani tentang dana Rp 900 M itu. Alhasil, Sri Mulyani mendesak bail out Bank Century dgn alasan 'Takut terjadi rush', padahal utk selamatkan dana Budi Sampoerna 

Dan jangan lupa, pertanyakan alasan pemerintahan SBY kekeh lindungi Sinarmas dalam kasus ilegal logging versus GreenPeace

Sri Mulyani & SBY telah memberikan perlindungan kpd Paulus Tumewu, Sukanto Tanoto, Budi Sampoerna, Eka Tjipta (Sinarmas)

Eits, tunggu dulu, masih ada lho hubungan Sri Mulyani, SBY dan 9 Naga

Mochtar Riady (Lippo) dan Eka Tjipta (Sinarmas) masuk dalam Daftar Orang Tercela (DOT) Bank Indonesia. DOT Bank Indonesia diberikan pada bankir2 yang bikin negara ini hancur pada krisis 1998. Dan berdasarkan aturan, orang2 yang masuk DOT tidak boleh memiliki bank hingga 20 tahun (tahun 2023) .

Anehnya, Mochtar Riady kini memiliki lagi bank bernama Bank Nobu, atas seizin pemerintah. Eka Tjipta (Sinarmas) pun memiliki lagi bank Sinarmas setelah mengakuisisi Bank Shinta, seizin pemerintah 

Heran?? Biasa ajah, memang ada perjanjian khusus kok antara Sri Mulyani, SBY dengan 9 Naga 

Masih ada lagi doong... Indofood milik grup Salim jangan dilupakan. Grup Indofood milik Salim Grup juga punya kasus pajak Rp 1 Triliun, yang juga 'ditolong' SRi Mulyani. Sejak mulai diselidiki, nggak pernah kedengaran lagi tuh kasus pajak Indofood pas jaman Sri Mulyani jadi Menkeu 

So, sudah berapa Naga tuh yang 'ditolong' kasus pajak dan pengamanan bisnisnya oleh Sri Mulyani?

Mari kita hitung ! 

Paulus Tumewu (Ramayana), Sukanto Tanoto (Asian Agri), Budi Sampoerna (Sampoerna Grup), Eka Tjipta (Sinarmas). Lalu ada Mochtar Riady (Lippo), Keluarga Salim (Indofood), huhuhu.. Banyak yah yang ditolong kasus2nya o/h Sri Mulyani

Oh iya, jangan lupa grup Artha Graha milik Aguan dan asistennya Tommy Winata. Ditolong oleh Sri Mulyani juga lho. Masih ingat kan kasus penangkapan Erik, analis Bahana Securities gara2 proyeksikan 10 bank dalam keadaan bahaya 

Masih ingat kan kasus penangkapan Erik, analis Bahana Securities gara2 proyeksikan 10 bank dalam keadaan bahaya. Erik, menganalisa bank Artha Graha, Century dsb dalam keadaan bahaya dan bisa kolaps (Sebelum kasus Century) Tiba2, kepolisian langsung menangkap Erik karena analisanya itu, tentunya atas perintah Tommy Winata. Padahal, 8 bank dari 10 bank yang dianalisa Erik akan kolaps, BETUL KOLAPS ! termasuk Century 

Jadi, Erik seharusnya tidak DITANGKAP, karena analisanya 80% BETUL. Di tahanan, Erik menolak revisi analisanya karena ia yakin betul secara kelimuan itu akan terjadi. Dan Tommy Winata pun 'hanya' meminta Erik minta maaf dan mencabut analisanya. Erik Bahana tolak minta maaf dan Sri Mulyani pun tidak bisa apa2 dan memilih 'MENDUKUNG' Tommy Winata 

Akhirnya, istri Erik Bahana langsung minta maaf kepada grup Artha Graha, Erik pun dibebaskan asal tdk banyak bicara 

So, jangan heran kalau 9 Naga bisa hidup enak karena dilindungi oleh Sri Mulyani dan SBY. Enak yah jadi anggota klan 9 Naga, selalu dilindungi oleh Sri Mulyani and the gank heheheheh


__,_._,___
Powered By Blogger