Cari Blog Ini

Bidvertiser

Selasa, 19 Agustus 2014

TAJUK RENCANA: Mendekatnya AS dan Vietnam (Kompas)

BENARLAH ungkapan "tiada musuh yang abadi karena yang abadi kepentingan". Ungkapan ini kiranya berlaku dalam hubungan Amerika Serikat dan Vietnam.
Apa latar belakang bagi terjadinya perkembangan itu, dan apa tanda-tandanya? Salah satu yang bisa menjadi acuan adalah kunjungan Kepala Staf Gabungan AS Jenderal Martin E Dempsey, pekan lalu, ke Vietnam. Ia menjadi pejabat tingkat itu yang melakukan lawatan ke Hanoi dalam kurun 40 tahun terakhir.

Mengapa dua bangsa yang pernah bermusuhan hebat itu kini saling mendekat, bahkan AS melihat Vietnam sebagai mitra? Hal ini terkait dengan visi AS yang akhir-akhir ini sering berseberangan dengan Tiongkok dalam isu-isu terkait Laut Tiongkok Selatan, yang merupakan salah satu rute perdagangan dunia yang paling vital.

Dalam hal ini, tulis International Herald Tribune (18/8), posisi Vietnam amat strategis karena berbatasan dengan Tiongkok. Garis pantainya yang menyatu dengan Laut Tiongkok Selatan juga panjang.

Selain Jenderal Dempsey, tokoh AS yang berkunjung ke Vietnam adalah Senator John McCain, republiken dari Arizona. Ia berpandangan, saatnya telah tiba untuk meninjau ulang embargo senjata terhadap Vietnam sehingga AS bisa membantu negara ini dalam meningkatkan kemampuan pertahanannya.

Perkembangan di atas tak dapat dilepaskan dari kejadian dalam beberapa waktu terakhir. Mei lalu, Tiongkok memasang anjungan minyak laut dalam canggih di laut yang jadi sengketa di lepas pantai Vietnam. Langkah ini memicu terjadi kerusuhan anti Tiongkok di Vietnam dan gesekan di laut antara kapal Tiongkok yang berperlengkapan maju dan kapal Vietnam yang lebih ketinggalan.

Meski ada perubahan situasi, Vietnam yang diperintah Partai Komunis dan punya ketergantungan ekonomi kepada Tiongkok tak bisa begitu saja menafikan tetangga di utaranya. Ini disadari AS, dan juga diamati Tiongkok.

Vietnam, meskipun merasakan ada kebutuhan untuk memutakhirkan sarana pertahanan yang bisa dipasok oleh AS, tampaknya menempuh langkah hati-hati. Untuk memenuhi kebutuhan alat utama sistem persenjataan, seperti kapal selam, Vietnam lebih memilih dari Rusia.

Atas dasar itulah, beragam perkembangan ini patut menjadi perhatian kita. Meski Indonesia bukan termasuk negara pengklaim kedaulatan atas wilayah yang dipersengketakan di Laut Tiongkok Selatan, setiap perkembangan yang terjadi di sana sedikit banyak akan memengaruhi kondisi strategis di kawasan.

Dari yang dilaporkan, kita mengamati, meski ada faktor kondusif memajukan hubungan AS-Vietnam, ada perbedaan sistem politik dan relasi ekonomi antara Vietnam dan Tiongkok, mengharap perubahan orientasi yang drastis di pihak Vietnam sebagai hal yang kurang realistis.

Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000008398147
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger