Cari Blog Ini

Bidvertiser

Jumat, 22 Agustus 2014

TAJUK RENCANA: Mengantisipasi Investasi Global (Kompas)

SEJUMLAH lembaga ternama dunia menempatkan Indonesia sebagai negara paling menjanjikan dari sisi potensi investasi dan pertumbuhan (Kompas, 20/8).
Dengan posisi itu, Indonesia berpeluang besar menjadi tujuan utama dana global yang bakal mengalir keluar dari negara maju—dengan 50 persen lebih tertuju ke Asia—untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi dalam negerinya. Di satu sisi, ini kabar menggembirakan untuk Indonesia yang kini dihadapkan pada problem perlambatan ekonomi. Namun, di sisi lain juga membawa risiko sebab jika tidak diantisipasi dengan baik, serbuan dana global dalam skala masif berpotensi memunculkan gejolak atau instabilitas.

Penilaian sebagai negara paling menjanjikan ini sekaligus juga membalikkan posisi Indonesia yang pada awal 2014 oleh Morgan Stanley dimasukkan sebagai salah satu dari lima negara paling rentan (the fragile five) di dunia untuk mengalami eksodus modal asing dalam skala besar akibat kebijakan pengurangan stimulus di Amerika Serikat.

Kerentanan Indonesia saat itu dikaitkan dengan defisit transaksi berjalan yang besar, ketergantungan pada investasi asing, dan pemilu yang akan berlangsung. Indonesia sempat mengalami pelarian modal skala besar pada 2013 dan 2014, yang berdampak kian terpuruknya rupiah.

Tak sampai enam bulan setelah perekonomiannya diprediksi bakal rontok, kelima negara itu berbalik drastis dari negara paling dihindari menjadi negara paling diincar investor global. Indeks saham dan obligasi mereka masuk 10 terbaik dunia pada 2014, dengan IHSG di urutan pertama dengan tingkat keuntungan investasi hingga 30 persen.

Situasi di atas menggambarkan rentannya Indonesia pada gejolak eksternal. Termasuk di sini, kebijakan uang longgar negara maju yang dimaksudkan untuk mendorong pemulihan ekonomi dalam negeri mereka. Kebijakan uang longgar itu membuat suku bunga di hampir semua negara maju mendekati nol persen sehingga investor lari ke negara berkembang untuk memburu profit lebih besar.

Potensi arus modal global yang bakal menyerbu ke negara berkembang saat ini juga harus kita lihat sebagai bagian dari upaya reposisi aset investor global di tengah kondisi ekonomi global yang belum sepenuhnya kondusif. Sebab, sejalan dengan kian kuatnya pemulihan global, sangat rentan arus dana global itu berbalik begitu suku bunga di negara maju/di bagian dunia lain naik kembali.

Di sini pentingnya memanfaatkan momentum agar kita bisa mengambil manfaat sebesar-besarnya arus modal global untuk menggenjot ekonomi serta membangun basis pertumbuhan lebih tinggi dan solid ke depan. Salah satu pekerjaan mendesak adalah mengatasi sumber kerentanan ekonomi dan isu-isu yang menjadi penghambat investasi dan daya saing, khususnya ekonomi biaya tinggi, buruknya infrastruktur, perizinan, isu perpajakan, dan perburuhan.

Di luar itu, kita masih menghadapi kendala klasik keterbatasan instrumen investasi jangka panjang agar jangan sampai investasi yang masuk sekadar numpang lewat dan hanya berhenti di investasi portofolio, tak banyak berdampak ke sektor riil dan penciptaan lapangan kerja.

Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000008429740
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger