Cari Blog Ini

Bidvertiser

Selasa, 16 Desember 2014

TAJUK RENCANA Pelambatan Ekonomi Tiongkok (Kompas)

PELAMBATAN ekonomi Tiongkok, sebagai perekonomian terbesar dunia, menjadi ancaman baru bagi pertumbuhan dan pemulihan ekonomi global.
Sebelumnya, dunia—khususnya negara berkembang—juga dihadapkan pada tekanan nilai tukar dan ancaman eksodus modal global dari negara mereka, sejalan dengan membaiknya perekonomian Amerika Serikat dan penguatan dollar AS.

Faktor utama pelemahan ekonomi Tiongkok adalah terpuruknya sektor properti, yang kemudian menyebar ke sektor lain dalam perekonomian. Juga melemahnya permintaan domestik dan kinerja ekspor. Ekspor Tiongkok melambat sejalan dengan keterpurukan perekonomian negara maju. Sejauh ini, stimulus untuk mendongkrak harga properti gagal menahan pelambatan yang terjadi.

Tiongkok diperkirakan hanya tumbuh 7,1 persen pada 2014, dari rata-rata dua digit kurun 1980-2010. Kekhawatiran terbesar kini: terjadinya pelambatan tajam (hard landing) dengan pertumbuhan hanya sekitar 6 persen. Jika itu terjadi, dampaknya akan sangat memukul dunia, mengingat posisi Tiongkok sebagai bagian integral dan lokomotif utama: menyumbang 34 persen PDB global, serta eksportir terbesar dan importir kedua terbesar dunia.

Pelambatan ekonomi Tiongkok juga berita buruk bagi negara berkembang, termasuk Indonesia, mengingat Tiongkok pasar utama ekspor Indonesia. Pertumbuhan kuat Tiongkok selama ini menjadi pengerek utama permintaan dan harga berbagai komoditas ekspor dari negara berkembang. Melemahnya Tiongkok menjadi faktor utama penyebab anjloknya permintaan dan harga komoditas global, termasuk minyak dan komoditas primer.

Dengan Tiongkok melambat, zona euro belum mampu keluar dari krisis utang, dan Jepang memasuki resesi; praktis lokomotif pertumbuhan global tinggal AS. Namun, AS juga baru mulai pulih dan saat ini pemulihan AS justru memunculkan risiko baru bagi negara berkembang.

Data IMF, sejak krisis finansial global 2008, sepuluh terbesar perekonomian dunia terus menunjukkan pelambatan. Pelambatan pertumbuhan ekonomi Tiongkok akan kian memperburuk kondisi ini. Banyak ekonom dunia meyakini pelambatan ekonomi Tiongkok bergerak ke arah lebih permanen, menandai tamatnya keajaiban ekonomi Tiongkok dengan pertumbuhan di atas dua digit selama tiga dekade sejak 1980. Sejumlah lembaga memperkirakan ekonomi Tiongkok tumbuh 4 persen pada 2020.

Pelambatan ekonomi Tiongkok, jika berlanjut, pada akhirnya juga bisa berdampak negatif terhadap pemulihan ekonomi AS yang baru dimulai. Semua kini tergantung langkah yang akan ditempuh Tiongkok.

Di dalam negeri, kita perlu serius mengantisipasi kemungkinan dampak faktor Tiongkok pada ekonomi dalam negeri, termasuk neraca transaksi berjalan dan nilai tukar. Penguatan fundamental ekonomi dibarengi berbagai langkah reformasi ekonomi menjadi kunci kembalinya sentimen positif dan mengalirnya investasi global ke Indonesia.

Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000010679939
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger