Cari Blog Ini

Bidvertiser

Kamis, 16 Juni 2016

TAJUK RENCANA: "Brexit" dan Gejolak Pasar Global (Kompas)

Meningkatnya probabilitas Inggris keluar dari Uni Eropa mengguncang pasar global dan memicu keterpurukan poundsterling (Kompas, 14/6).

Berbagai hasil jajak pendapat terakhir memang menunjukkan kian menguatnya kubu yang menghendaki Inggris keluar dari UE, menjelang referendum bersejarah yang akan menentukan apakah Inggris akan keluar atau tetap bertahan di UE, Kamis (23/6) nanti.

Isu referendum sendiri memunculkan gejolak di Eropa beberapa bulan terakhir. Indeks volatilitas yang mengukur ketidakpastian investor berada di posisi tertinggi sejak krisis finansial 2008. Pergeseran dukungan responden, dari semula lebih banyak menolak menjadi mayoritas mendukung "Brexit", menyebabkan pasar kini cenderung melihat keluarnya Inggris sebagai hal tak terhindarkan.

Kekhawatiran "Brexit" akan memunculkan ketidakpastian yang bisa mengancam pertumbuhan global dan kejatuhan di pasar finansial, juga memicu kepanikan investor dan jatuhnya indeks saham di berbagai belahan dunia.

Posisi signifikan Inggris di UE dan dalam konstelasi global mengakibatkan dampak "Brexit" tak hanya dirasakan di dalam negeri dan UE. Yang paling terpengaruh langsung adalah Eropa mengingat Inggris salah satu perekonomian tersolid di UE. Isu "Brexit" sempat memicu arus keluar modal deras dari UE. Sekitar 50 persen perdagangan luar negeri Inggris adalah dengan UE. Sebagian melihat ini sebagai peluang, sebagian lain mencemaskan dampak negatif terhadap UE.

Aksi investor mencampakkan pound dan memburu instrumen investasi yang lebih aman (flight-to-safety) menyebabkan sejumlah mata uang seperti yen dan franc Swiss menguat tajam, demikian pula emas. Keluarnya Inggris dari UE juga akan memukul perbankan negara seperti Jerman yang memiliki eksposur besar terhadap London, tetapi sekaligus memunculkan peluang bagi kota seperti Frankfurt dan Paris mengambil alih posisi London sebagai pusat finansial penting di Eropa, bahkan global.

Keluarnya Inggris juga bisa memicu berpindahnya peluang bisnis dari Inggris ke negara-negara UE lain. Di AS, isu "Brexit" juga menjadi salah satu alasan The Fed menahan diri dari rencana kenaikan suku bunga di 2016.

Isu "Brexit" sempat memicu kekhawatiran terjadinya krisis finansial baru global, tetapi ini dibantah sejumlah ekonom. Gejolak dan ketidakpastian mungkin masih akan terjadi jika Inggris akhirnya keluar dari UE. Namun, kekhawatiran krisis finansial baru terlalu dibesar-besarkan.

Pound memang akan terpuruk, tetapi ini justru akan menguntungkan Inggris karena utang Inggris umumnya dalam denominasi pound. Melemahnya pound juga akan meningkatkan daya saing ekspor Inggris, dan ini baik bagi Inggris yang memiliki defisit neraca transaksi berjalan sangat besar. Kekhawatiran terbesar sebenarnya adalah "Brexit" akan mengancam kesatuan Eropa dan memicu eksodus negara lain-khususnya pengguna mata uang tunggal euro, lebih-lebih jika eksperimen Inggris ini berhasil.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 15 Juni 2016, di halaman 6 dengan judul ""Brexit" dan Gejolak Pasar Global".


Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger