Cari Blog Ini

Bidvertiser

Jumat, 30 Juni 2017

TAJUK RENCANA: Keamanan Global TI (Kompas)

Pengalaman Deputi Perdana Menteri Ukraina, Selasa (27/6), dramatis. Ia tulis di Twitter, di layar komputer tertulis "One of your disks contain errors".

Lalu, seperti dikabarkan The Washington Post hari itu, ada lagi ancaman untuk tak mematikan komputer karena kalau proses dibatalkan, semua data bisa rusak.

Itulah salah satu wujud serangan virus komputer—juga sering disebut sebagai serangan siber—yang kembali melanda dunia. Ini terjadi hanya sekitar dua bulan setelah serangan siber masif yang disebabkan oleh program komputer pemeras (ransomware) WannaCry. Seperti serangan terdahulu, virus yang kini dinamai Petya juga mengunci komputer sehingga tidak bisa digunakan. Komputer bisa digunakan lagi hanya jika pengguna membayar tebusan, waktu itu, setara 300 dollar Amerika Serikat (AS).

Ukraina, yang kena serangan terparah, harus menerima kenyataan, jaringan di kantor pemerintahan, perbankan, dan layanan publik terdampak. Sebagai negara yang memiliki hubungan buruk, khususnya setelah pencaplokan Crimea oleh Rusia tahun 2014, Ukraina menduga Rusia berada di balik serangan itu. Namun, Ukraina salah duga. Rusia juga ikut mengalami serangan. Bahkan, banyak juga negara lain, seperti Denmark, Spanyol, Norwegia, Inggris, Perancis, dan AS, yang terdampak.

Seperti Mei lalu, serangan kali ini dikaitkan dengan program peretasan Badan Keamanan Nasional AS (NSA) EternalBlue yang bocor dan dimanfaatkan oleh orang jahat untuk melumpuhkan komputer yang menggunakan sistem operasi Windows. Sebenarnya, setelah menyadari ada kelemahan, Microsoft sebagai pembuatnya, Maret lalu, mengambil langkah pengamanan dengan menutup celah pada sistem operasi yang rentan dieksploitasi EternalBlue.

Kenapa masih banyak komputer yang terkena serangan Petya, dan variannya yang bernama GoldenEye? MenurutTheWashington Post, faktor pertama adalah kesadaran tentang keamanan jaringan belum menjadi prioritas. Bisa juga tak cukup ada dana untuk meningkatkan sistem keamanan jaringan komputer dengan sistem perlindungan paling mutakhir. Faktor lain, sebagian instansi berpikir, sistem yang ada masih jalan. Pembaruan dipandang kurang perlu. Sebagian lainnya terdampak karena menggunakan perangkat lunak tidak orisinal.

Menanggapi terjadi kembali serangan siber, kita kembali memetik hikmah. Tersedianya komputer dan jaringannya dalam banyak hal membantu kelancaran kerja. Namun, pada sisi lain, terintegrasinya sistem secara global melalui jaringan internet juga membuat kita tersandera.

Mau tak mau harus ada ongkos yang dikeluarkan untuk membangun sistem keamanan. Itu pun bukan jaminan 100 persen karena peretas juga terus meningkatkan kemampuannya.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 30 Juni 2017, di halaman 6 dengan judul "Keamanan Global TI".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger