Cari Blog Ini

Bidvertiser

Senin, 22 Januari 2018

Surat Kepada Redaksi: Harga Beras, Siapa Untung?//Rakyat Menunggu//Tertahan Lama di Bea dan Cukai (Kompas)


Harga Beras, Siapa Untung?

Begitu harga beras naik, langsung saya kontak keluarga petani di Indramayu dan Subang, lumbung beras nasional, meminta mereka cerita dampak kenaikan harga beras. Terbayang wajah bahagia mereka.

Ternyata kenaikan harga seperti angin sejuk yang cuma lewat. Mereka tak diuntungkan karena tidak ada padi di tangan. Panen sudah lewat dan beras sudah dijual. Beras ada di tangan pedagang. Padi yang sekarang ditanam baru siap panen dua bulan lagi. Belum tentu harga beras masih bagus.

Harga gabah kering giling (GKG), yang biasanya Rp 420.000 per kuintal, saat ini Rp 700.000 per kuintal. Harga yang seharusnya bisa mengangkat kehidupan petani ternyata bukan mereka yang menikmati keuntungan.

Mereka hanya berharap pemerintah hadir saat mereka menghadapi masalah: ada hama tikus, wereng, pengairan yang tidak merata, pupuk langka, bulir padi yang tanpa isi, dan sebagainya. Tolong dampingi mereka.

Kita bangga kepada Kementerian Pertanian yang telah bekerja keras. Namun, kenyataannya kesejahteraan petani belum sepenuhnya datang, malah yang datang Kementerian Perdagangan: bersiap membuka keran impor beras dari Vietnam dan Thailand. Jadi, kalau harga beras naik, siapa yang diuntungkan? Memang bukan pertanyaan yang perlu dijawab. Sekian dan terima kasih.

JIMMY SANDJAJA, Tanjung Duren Selatan, Jakarta

Rakyat Menunggu

Dalam rubrik "Surat kepada Redaksi" edisi 23 Desember 2017 ada surat yang ditulis Bapak L Wilardjo dari Salatiga, berjudul "Berandai-andai".

Sungguh mulia isi tulisan tersebut karena mendukung para penegak hukum agar berani beradu kecerdikan melawan terdakwa yang kaya akal dan muslihat. Intinya, hukum harus ditegakkan.

Dalam berbagai acara diskusi di televisi, banyak ahli hukum diwawancarai dan mereka mengemukakan pengetahuan masing-masing. Topiknya beberapa waktu lalu masih soal korupsi KTP elektronik.

Yang jelas, rakyat mengharapkan sistem peradilan bekerja dengan tegas terhadap perkara korupsi yang merugikan rakyat banyak ini. Kita tahu, baik yang mengadili maupun yang diadili sama-sama milik Tuhan, yang senantiasa mengamati setiap makhluk-Nya.

Semoga peradilan berlangsung damai, jujur, dan tegas dalam memberi hukuman sekaligus mendapat petunjuk dari Tuhan Yang Mahabijaksana dan Mahabenar. Rakyat menunggu.

TITI SUPRATIGNYO, Pondok Kacang Barat, Pondok Aren, Tangerang Selatan, Banten

Tertahan Lama di Bea dan Cukai

Surat Nina Carina dalam rubrik ini, edisi 28 Desember 2017, berkisah tentang pengalamannya belanja daring di underarmour.co.id. Janji pengiriman barang yang dibeli 2-5 hari kerja, tetapi sampai sebulan lebih barang belum diterima. Setelah dicek, layanan pelanggan underarmour.co.id menginformasikan bahwa barang sudah tiba di Jakarta, tetapi tertahan di Bea dan Cukai.

Pengalaman Nina tampaknya sering terjadi pada pebelanja di toko daring luar negeri. Barang yang dikirim dari luar negeri sudah sampai di Indonesia sesuai estimasi durasi pengiriman yang ditentukan penjual, tetapi pemeriksaan di pihak Bea dan Cukai terlalu lama.

Saya juga sering mengalami hal serupa. Saya belanja daring barang dari Amazon.com (Amerika Serikat) atau YesAsia (Hong Kong), dengan perkiraan pengiriman barang 7-14 hari kerja. Lewat penelusuran pengiriman, saya bisa memantau perjalanan barang yang saya beli.

Biasanya barang tiba sesuai estimasi, tetapi terlambat diserahkan karena tertahan di pihak Bea dan Cukai. Beberapa kali barang sudah tiba seminggu setelah dikirim, tetapi sampai di tangan saya lebih dari satu bulan, bahkan pernah tiga bulan.

Saya pernah mengecek barang kiriman untuk saya di Kantor Pos Besar Juanda, Sidoarjo. Paket itu ditemukan, tetapi belum bisa diserahkan karena belum diperiksa Bea dan Cukai.

Waktu itu saya lihat ada seratusan paket dari luar negeri yang ditumpuk di suatu tempat, menunggu diperiksa satu per satu oleh petugas Bea dan Cukai yang hanya satu orang. Padahal, paket terus berdatangan. Rupanya keadaan serupa berlangsung sampai sekarang.

DANIEL THIE, Jl Satelit Indah, Surabaya

Kompas, 22 Januari 2018

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger