Cari Blog Ini

Bidvertiser

Senin, 30 Desember 2019

KOLOM BAHASA: KPST dan Kaidah Peluluhan Fonem (ANTON GALIH RUDANTO)


KOMPAS/SRI REJEKI

Kaidah KPST yang menyebabkan terjadinya peluluhan fonem.

Seorang teman yang bekerja di salah satu kementerian, Jumat (20/12/2019) petang, mengirim pesan Whatsapp. Isinya, menanyakan mana yang benar,menyinkronkan atau mensinkronkan.

Penulis dengan lugas menjawab,menyinkronkan. Selesai, tanpa ada komunikasi lebih lanjut, kecuali kiriman gambar yang tak berhubungan dengan pertanyaan kebahasaan tersebut.

Sudah jamak diketahui, lema atau kata apa pun klasifikasinya, seperti kata benda, kata sifat, dan kata kerja yang diawali huruf p, t, k, s, ketika mendapat awalan me-, akan mengalami peluluhan.

Misalnya, kata me- + pukul menjadimemukulme- + tabrak menjadimenabrakme- + kuat menjadimenguat, dan me- + sukses + kanmenjadi menyukseskan.‎

Saat ini, kita terbiasa dengan bentuk turunan kata-kata, seperti memegang, memelihara, memekakkan, atau memengaruhi.Lidah kita juga terbiasa dengan pelafalan yang secara morfologi kurang tepat, seperti mempengaruhi, memperkarakan, mempesona, memporak-porandakan,mempercayai, ataupun mensinyalir.

AFP/MIGUEL SCHINCARIOL

Bintang Brasil, Neymar Junior, merayakan gol pada pertandingan amal untuk kegiatan Neymar Junior Institute di Praia Grande, Sao Paulo, Brasil, 13 Juli 2019. Neymar harus berhadapan dengan polisi karena dituduh memperkosa model asal Brasil di Paris, Perancis.

Jarang kita dengar seseorang bertutur atau menulis kata memerkosa. Lebih sering kita temui pemakaian kata memperkosa. Lantas, apakah awalan mem- + per- bisa luluh menjadimemer-, ataukah awalan memer-memang ada, tapi jarang dipakai?

Awalan mem- + per- jika ditambahkan pada kata yang diawali huruf p, t, k, stidak membuat kata dasar itu luluh. Misalnya, mem- + per- + parahmenjadi memperparahmem- + per- + tegas menjadi mempertegas, mem- + per- kuat menjadi memperkuat, danmem- + per- + sembah + kan menjadimempersembahkan.‎

Namun, ada satu kata unik yang penulis temukan, yakni kata rata. Ada beberapa kata turunan dari kata ratayang ada di KBBI, yaknimemperatakan, menyeratakan, merata, merata-ratakan, meratai, meratakan, pemerataan, perata, perataan, purata, rata-rata, danserata. Namun, dalam KBBI juga muncul kata memeratakan.

Memeratakan terasa satu tarikan napas dengan kata-kata memegang, memesona, dan lain-lain pada alinea di atas. Hanya saja, kata turunanmemeratakan "hanya" muncul sekali sebagai bagian dari penjelasan atau definisi kata pemerataan,yakni proses, perbuatan memeratakan.

Dari mana pembentukan kata ini? Bukankah sudah ada katamemperatakan? Mana yang lebih tepat?‎

KOMPAS/SRI REJEKI

Makna kata memeratakan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga.

Sebelum membahasnya lebih lanjut, mari kita perhatikan kata perkara. Kata ini ketika mendapat awalanme- menjadi memerkarakan. Namun, di dalam KBBI versi daring, muncul juga kata memperkarakan. Apakah salah atau tidak konsisten?

Dalam pembentukan kata ada istilah "bentuk tidak baku". Katamemerkarakan masih ada di "hati" KBBI V, tetapi merupakan bentuk tidak baku dari memperkarakan.

Bentuk tidak baku didefinisikan sebagai bentuk yang tidak sesuai dengan pedoman atau kaidah, tetapi digunakan dalam bahasa tutur atau percakapan.

Kembali ke kata memeratakan. Dalam KBBI Edisi Ketiga terbitan Balai Pustaka, Jakarta, tahun 2005, masih termuat lema memeratakan dengan definisi: menjadikan merata; menyebarkan (menyiarkan) ke segenap penjuru.

Penulis menduga, kamus edisi ini masih menjadikan kata pemerataansebagai kata dasar yang mendapat awalan me + pemerataan + kansehingga menjadi memeratakandengan huruf mengalami peluluhan.

KOMPAS/SRI REJEKI

Makna kata memperatakan dalam KBBI daring.

Hal tersebut juga terjadi pada kata turunan memerhatikan, yang berasal dari me- + perhati + -kan dengan menganggap lema perhati sebagai kata dasar.

Pada perkembangannya, yakni pada KBBI V (versi daring), kata turunan yang sebelumnya memerhatikanberubah menjadi memperhatikankarena kata dasarnya telah berubah menjadi hati sehingga menjadimemper + hati + kan, memperhatikan.

Dari perkembangan tersebut, terlihat bahwa kata dasar tetap menjadi patokan sebagai pembentukan kata turunan. Konsistensi sudah mulai diberlakukan, bahasa khususnya lema dan kata turunannya pun diperbarui. Mari kita bersama memperatakankaidah bahasa yang tepat dan konsisten ke seluruh penjuru Tanah Air.

(ANTON GALIH RUDANTO,Penyelaras Bahasa Kompas)

Kompas, 28 Desember 2019

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger