Cari Blog Ini

Bidvertiser

Sabtu, 09 Februari 2013

Pers Bermutu, Bangsa Maju

Demikian tema Hari Pers Nasional 2013 di Manado. Tema dan pesan yang klasik, tetapi juga ajakan mengembangkan industri pers yang bermutu.

Tantangan yang dihadapi tidak saja berat dari sisi bisnis, tetapi juga dari sisi idealisme. Khusus untuk Indonesia ada tambahan. Menjelang Pemilu dan Pilpres 2014 hadir godaan menggiurkan keterlibatan pemilik media dalam pusaran perebutan kekuasaan.

Kehadiran teknologi komunikasi mendorong wajah dunia media jadi berbeda dengan dua dekade sebelumnya. Internet dengan segala turunannya memaksa media cetak tak lagi bekerja dengan kultur kerja masa lalu. Media hadir setiap saat dalam bentuk digital, elektronik, dan sosial.

Strategi multimedia, multichannel, multiplatform menjadi hukum besi dunia media informasi. Media cetak terancam, tidak hanya terlihat dari turunnya oplah, tetapi juga gulung tikarnya beberapa penerbitan besar dunia. Tidak hanya hadir lebih cepat, media digital dan elektronik pun tampil lebih menarik. Kedalaman yang dulu dimiliki media cetak sudah pula dirambah media elektronik dan digital.

Ramalan Philliph Mayer bahwa media cetak akan mati tahun 2042 sudah ambruk, tetapi ramalan itu mengentakkan cara kerja industri media cetak berubah frontal. Walaupun pendapatan koran The New York Times di tahun 2012, misalnya, dari pembaca dan pelanggan lebih besar daripada iklan, hal itu menunjukkan teknologi digital tidak selalu menggusur media cetak.

Kenyataannya media cetak masih berpengaruh sebagai sumber informasi membangun tatanan kehidupan sosial masyarakat di banyak negara. Masih adanya 40 persen media cetak yang juga memiliki media digital membuktikan bahwa cetak, digital, dan elektronik memang harus saling melengkapi.

Kehadiran teknologi informasi dimanfaatkan semaksimal mungkin. Sedangkan yang tetap terpenting adalah konten yang terbangun sebagai pemaknaan atas fakta dalam konteks mencerdaskan kehidupan masyarakat agar lebih demokratis dan lebih human.

Mimesis, bergegasnya media tidak lagi mencukupi, dan harus disikapi dengan kemampuan media mengangkat masalah besar yang dihadapi orang kecil. Tema yang mengancam hancurnya manusia dan kemanusiaan. Di antaranya korupsi, kekerasan, penyalahgunaan kekuasaan, hilangnya rasa keadilan, dan terdistorsinya hak asasi.

Dalam koridor klasik itu, dalam proses pencarian bentuk dan cara masing-masing, media massa tetap bisa tampil sebagai jurnalisme kenabian (prophetic journalism); kegiatan jurnalistik yang tidak hanya memenuhi standar elementer, tetapi membawakan lentera bagi kehidupan masyarakat yang mengedepankan kemaslahatan bersama.

"Menyebarkan fakta dan gagasan melalui buku, majalah, dan koran merupakan salah satu cara terkuat belajar tentang kebenaran... dan kebenaran akan membuat kita bebas" (Gertrude Hartman, Builders of the Old World).

Pers bermutu, bangsa maju: berani menyuarakan kebenaran!
(Tajuk Rencana Kompas, 9 Feb 2013)
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger