Cari Blog Ini

Bidvertiser

Jumat, 12 April 2013

Pesan dari Papua Barat (Tajuk Rencana Kompas)

Dalam suasana gaduh dengan persoalan besar, terutama Jakarta, kisah mengenaskan Merkah Yebron (25) di Papua Barat ada di luar orbit wacana.

Boro-boro masuk orbit, diwacanakan dan menjadi acuan kebijakan serta agenda kerja terdengar sayup-sayup juga tidak. Seperti topik besar luar Jawa lainnya, taruhlah Papua, Aceh, dan Sulawesi Tengah, masalah selalu berkisar masalah politik. Eksesnya pun bergaung nasional, terutama menyangkut ekses konflik dan kekerasan.

Indonesia bukan hanya Jawa, apalagi Jakarta. Keluasan wilayah dengan keragaman segala hal, beragam pula persoalan dengan kerumitan dan kekhasan masing-masing. Kisah Merkah Yebron yang dimuat harian ini kemarin, terbaring lemah di atas selembar daun pisang dengan anaknya yang baru berumur tiga hari, hanya salah satu.

Kisah Merkah Yebron tidak hanya menyangkut ketidaksediaan fasilitas kesehatan dan fasilitas melahirkan, tetapi juga sarana kehidupan lain. Tercukupinya pangan, papan, dan sandang terdengar sayup-sayup, persyaratan hak-hak dasar manusia yang terasa amat sangat mewah.

Seruan kemanusiaan seharusnya mengusik kita, terutama para pengambil keputusan. Bahwa hak hidup layak adalah bagian dari HAM yang terbebas dari faktor latar belakang, agama, dan asal-usul. Apalagi realisasi hak-hak asasi paling mendasar itu adalah haluan dan tujuan hadirnya negara Indonesia merdeka.

Sesuai Undang-Undang Dasar, negara dengan perangkat institusionalnya paling bertanggung jawab mengatasi kemiskinan, pengangguran, dan keterpencilan berikut segala eksesnya. Suatu kejahatan moral menempatkan orang miskin hanya berhak atas rembesan. Bantuan langsung tunai, pun yang dilatarbelakangi kepentingan politis itu baik, tetapi belum cukup.

Kalau selama ini pembangunan dikonsep sebagai memperbesar kue berlanjut upaya membagi kue secara adil, upaya itu perlu dilengkapi praksis jenis kue dan cara memproduksinya. Di sana terletak bagaimana hak bekerja sinkron dan satu kesatuan dengan hak asasi terpenuhinya pangan, papan, dan sandang setiap warga Indonesia.

Dalam suasana gaduh dengan persoalan besar, terutama di bidang politik dan ekonomi, mengurangi kondisi kemiskinan dan keterpencilan warga sifatnya imperatif secara legal, moral, dan etis. Keharusan mutlak fungsi negara dan pemerintahan untuk dan demi kebaikan umum (bonum commune).

Kisah menyedihkan Merkah Yebron hanya salah satu dari ratusan, bahkan ribuan, kisah serupa yang bisa terjadi sehari-hari. Tidak hanya di daerah terpencil dan terisolasi secara geografis dan perhatian, tetapi juga di kantong-kantong kemiskinan dalam kota metropolitan Jakarta.

Kisah Merkah Yebron adalah wakil dan potret umum menyampaikan seruan dan pesan: Indonesia bukan Jawa, Jawa bukan Jakarta. Indonesia bukan hanya urusan segelintir orang yang masuk dalam orang terkaya dunia, bukan juga demi kepentingan politik, melainkan milik mereka yang terengah-engah meraih kehidupan lebih layak.
(Tajuk Rencana Kompas, 12 April 2013)
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger