Cari Blog Ini

Bidvertiser

Kamis, 20 Juni 2013

Asap yang Mengganggu Tetangga (Tajuk Rencana Kompas)

Asap di Sumatera dirasakan semakin mengganggu negara tetangga. Kita merasa aneh, asap yang menggejala sejak 1990-an belum bisa kita atasi.

Pemerintah Singapura melalui Badan Lingkungan Nasional (NEA) meminta Indonesia agar mengambil langkah serius untuk mengatasi asap akibat kebakaran (atau pembakaran) hutan di Sumatera. Wajar, Singapura mengeluarkan permintaan tersebut karena Indeks Standar Polutan NEA pada Senin sore naik ke angka 111, melampaui batas sehat di angka 100. Kabut asap dikabarkan memenuhi hampir seluruh wilayah Singapura.

Keluhan senada disampaikan Malaysia. Tidak kurang Perdana Menteri Najib Razak menulis komentar di akun Facebook-nya. Ia mengimbau rakyat Malaysia agar tidak keluar rumah jika tidak perlu untuk menghindari dampak asap yang membahayakan kesehatan. "Kabut asap memburuk dalam beberapa hari ke depan. Harap kurangi bepergian dan banyak minum air. Menjaga kesehatan harus menjadi prioritas utama setiap orang," tulis PM Malaysia.

Kemarin juga dikabarkan, kabut asap di Provinsi Riau, terutama sepanjang pesisir pantai timur, semakin parah. Kota Bagan Siapi-api, Dumai, dan Bengkalis tertutup asap hingga mengganggu aktivitas warga. Karena asap ini pula, maskapai penerbangan Sky Aviation yang melayani rute Pekanbaru-Dumai menghentikan penerbangan karena jarak pandang memendek hingga membahayakan penerbangan.

Kita mengelus dada melihat fenomena ini. Setidaknya ada dua hal yang bisa kita komentari. Pertama, kita tampak kurang becus menangani masalah yang sebenarnya sangat memalukan ini karena menyusahkan tetangga. Kedua, kita kurang peduli terhadap dampak asap bagi kesehatan warga kita sendiri, juga bagi penyelenggaraan kegiatan ekonomi, seperti layanan penerbangan.

Asap terjadi memang bisa karena hutan terbakar pada musim kemarau. Namun, kita juga tahu, asap terjadi karena adanya kegiatan pembukaan hutan untuk lahan bagi pertanian berpindah. Praktik ini, dengan tingkat berbeda, nyaris terjadi setiap tahun pada musim kemarau. Semestinya pemerintah proaktif menghadapi kejadian berulang ini dan menindak tegas manakala yang terjadi adalah pembakaran hutan secara sengaja untuk membuka lahan.

Kalaupun memang hutan terbakar akibat panas musim kemarau, sejak bertahun silam kita telah mengingatkan agar negara kita membeli pesawat pemadam kebakaran hutan seperti Canadair CL-215/415 buatan Kanada. Rusia punya tipe Beriev Be-200 dengan kemampuan serupa.

Hingga hari ini, negara tetangga masih mengeluh, dan pemimpin negeri jiran sampai menyindir melalui akun Facebook-nya, menggarisbawahi kekurangpedulian kita.

Semoga, meski terlambat, Pemerintah RI dapat mengerahkan sumber daya yang ada untuk menanggulangi masalah kabut asap yang mengganggu kesehatan dan merugikan aktivitas perekonomian ini.

(Tajuk Rencana Kompas, 20 Juni 2013)
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger