Rapat Dewan Gubernur BI Kamis pekan lalu kembali menaikkan suku bunga acuan, kali ini 25 basis poin, untuk menstabilkan nilai tukar rupiah dan menurunkan inflasi. Dalam empat bulan sejak Juni 2013, BI telah menaikkan suku bunga acuan sebesar 1,5 persen.
Langkah itu akan menaikkan suku bunga pinjaman dan suku bunga simpanan di perbankan. Suku bunga simpanan yang tinggi diharapkan menarik uang masyarakat masuk ke perbankan di dalam negeri. Begitu juga investor dan pemilik uang di luar negeri. Inflasi dengan begitu dapat ditekan dan nilai tukar rupiah membaik.
Di sisi lain, kenaikan suku bunga pinjaman akan mengerem pertumbuhan ekonomi. Ketika nilai rupiah merosot tajam mulai pertengahan Agustus dan pada saat bersamaan inflasi tinggi setelah kenaikan harga BBM, muncul perdebatan mengenai kebijakan yang harus segera diambil pemerintah dan BI.
Pilihannya, menstabilkan nilai tukar rupiah dan menurunkan inflasi lebih dulu atau mendorong pertumbuhan seperti keinginan pemerintah melalui pidato Presiden saat mengantar RAPBN 2014 di DPR 16 Agustus lalu.
Langkah BI kembali menaikkan suku bunga acuan mempertegas sinyal bahwa pilihan kebijakan jangka pendek adalah menstabilkan nilai tukar rupiah. Langkah ini harus konsisten agar memberi kepastian.
Pilihan-pilihan kebijakan itu bukan hal mudah, masing- masing memiliki konsekuensi. Kenaikan suku bunga pinjaman akan mengerem kegiatan ekonomi. Membuka mata dan telinga atas masukan berbagai pihak akan membantu dalam mencari keseimbangan yang tepat.
Perbankan harus hati-hati dan selektif melakukan penyesuaian agar tak terjadi kredit macet. Konsumen properti dan otomotif, misalnya, segera merasakan dampak perubahan suku bunga acuan tersebut.
Namun, langkah BI tersebut hanya satu bagian dari upaya menyehatkan defisit transaksi berjalan dengan menyeluruh. Tugas pemerintah yang tidak boleh putus oleh kegiatan Pemilu 2014 adalah meningkatkan ekspor nonmigas bernilai tambah dan berbahan baku lokal, mengembangkan energi alternatif untuk mengurangi impor minyak bumi, meningkatkan produksi pangan, dan mendorong investasi, terutama yang berorientasi ekspor.
Pelemahan ekonomi nasional tak boleh dianggap remeh. Dari sisi eksternal, belum terlihat tanda-tanda meyakinkan perbaikan ekonomi dunia. Artinya, pemerintah dan BI tidak boleh lengah mengelola keseimbangan stabilisasi nilai tukar, inflasi, dan pertumbuhan ekonomi.
Banyak resep disampaikan berbagai kalangan. Yang ditunggu adalah pelaksanaan di lapangan. Hanya kerja keras, kejujuran, dan konsistensi kerja yang memberi hasil. Rakyat akan menilai dan menentukan sikapnya di kotak suara tahun depan.
(Tajuk Rencana Kompas, 16 September 2013)
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Tidak ada komentar:
Posting Komentar