Cari Blog Ini

Bidvertiser

Jumat, 08 November 2013

Perlawanan Baru di China (Tajuk Rencana Kompas)

LEDAKAN bom—sebanyak delapan kali—di luar markas Partai Komunis China di Taiyuan, Provinsi Shanxi, menimbulkan teka-teki.
Apalagi ledakan di Taiyuan, yang menewaskan satu orang dan melukai delapan orang—satu luka parah dan tujuh luka ringan—terjadi hanya sepekan setelah peristiwa di Beijing yang menewaskan lima orang.

Sepekan yang lalu, sebuah mobil jenis SUV menyelonong menerjang para pejalan kaki persis di depan pintu masuk Forbidden City, kawasan Lapangan Tiananmen, Beijing. Setelah menabrak para pejalan kaki, mobil terbakar dan tiga penumpangnya tewas. Peristiwa tersebut juga menyebabkan tak kurang dari 40 orang luka-luka.

Pemerintah, dan tentu aparat keamanan, dengan cepat menyatakan bahwa mobil tersebut dikemudikan ekstremis Uighur yang berasal dari wilayah Xinjiang, China bagian barat. Beijing menganggap etnis ini sebagai pembangkang, atau malah pemberontak. Namun, sebaliknya, etnis Uighur berjuang untuk mendapatkan hak-hak asasi mereka, antara lain kebebasan beragama.

Muncul pertanyaan, dan biasanya dalam keterbatasan fakta dalam sebuah peristiwa, segera berlakukan teori konspirasi. Namun, apakah peristiwa di depan Forbidden City dan di luar kantor PKC Taiyuan ada hubungannya? Yang lebih menarik lagi, kedua peristiwa itu terjadi di kawasan atau tempat yang simbolik.

Orang juga mengaitkan kedua peristiwa itu dengan hajatan yang akan segera digelar Komite Sentral PKC. Komite Sentral PKC akan menggelar sidang pleno ketiga, sebuah sidang penting karena diperkirakan dalam sidang itu akan dibicarakan atau bahkan disusun program ekonomi China untuk dekade mendatang.

Apakah ada hubungannya peristiwa di Forbidden City dan Taiyuan dengan sidang pleno Komite Sentral PKC? Tentu pemerintah akan dengan tegas menyatakan, tidak ada. Kedua tindakan itu dilakukan kelompok ekstremis atau teroris. Namun, kalau sejenak kita lihat peristiwa sebelumnya, rasanya tidak bisa serta-merta peledakan atau aksi di depan Forbidden City dikategorikan sebagai aksi terorisme. Bisa jadi, aksi itu sebagai ungkapan ketidakpuasan terhadap pemerintah.

Pada tahun 2011 terjadi tiga ledakan di kantor pemerintah di kota Fuzhou, Provinsi Jiangxi. Ledakan itu menewaskan dua orang dan melukai tiga orang. Pelaku peledakan yang tewas marah karena rendahnya kompensasi yang diterima atas rumah mereka yang digusur untuk jalan bebas hambatan. Dua aksi belakangan ini pun dicurigai sebagai ungkapan ketidakpuasan atas kondisi sosial yang tidak sama, mahalnya harga rumah, dan korupsi yang merajalela. Pembangunan ekonomi dirasakan semakin memperkaya orang kaya dan mempermiskin orang miskin. Inilah tantangan baru China.

Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000003040442
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger