Cari Blog Ini

Bidvertiser

Sabtu, 08 Februari 2014

TAJUK RENCANA China Picu Ketegangan di Kawasan (Kompas)

KLAIM teritorial China di perairan Laut China Selatan, akhir-akhir ini, memicu ketegangan dalam hubungan Filipina dengan China.
Sesungguhnya, perairan Laut China Selatan sejak lama telah menjadi tumpang tindih klaim teritorial antara China, Taiwan, dan empat negara ASEAN, yakni Brunei, Filipina, Malaysia, dan Vietnam.

Sesekali hubungan antara China dan Filipina menegang karena China memprotes latihan militer bersama yang diadakan Filipina dengan sekutu terdekatnya, Amerika Serikat, di perairan Laut China Selatan. China menganggap latihan militer bersama Filipina dan AS itu sebagai upaya memprovokasi China.

Akhir-akhir ini, sejalan dengan semakin pesatnya tingkat kemajuan ekonomi yang dialaminya, China juga meningkatkan anggaran belanja angkatan bersenjata, terutama angkatan lautnya.

Dalam buku The Military Balance 2014 yang diterbitkan International Institute for Strategic Studies (IISS) disebutkan, anggaran pertahanan China tahun lalu mencapai 112,2 miliar dollar AS, tiga kali lipat anggaran militer India. Anggaran pertahanan China itu bahkan masih lebih besar dibandingkan gabungan anggaran pertahanan Korea Selatan, Jepang, Taiwan, dan Vietnam.

Peningkatan anggaran pertahanan China itu membuat China semakin agresif. Itu terlihat dari meningkatnya kehadiran kapal-kapal perang China di perairan Laut China Timur dan Laut China Selatan.

Hadirnya kapal-kapal perang China di perairan Laut China Selatan langsung memicu protes dari Filipina.
Pada 26 Januari lalu, kantor berita China, Xinhua, dan surat kabar Tentara Pembebasan Rakyat, melaporkan tiga kapal Angkatan Laut China melakukan patroli rutin di gugusan Karang Zenmu (Beting James), Kepulauan Spratly, Laut China Selatan, yang berjarak 1.800 kilometer dari daratan China dan 80 kilometer dari garis pantai Sarawak, Malaysia.

Perairan Laut China Selatan mempunyai peran yang sangat penting. Hampir separuh barang dan komoditas yang diperdagangkan di dunia diangkut melalui perairan tersebut. Itu sebabnya banyak negara yang berkepentingan akan keamanan di perairan itu, termasuk AS.

Rabu (5/2), AS mendesak China menjelaskan batas-batas klaim teritorialnya. Hal ini mengingat China mengklaim batas-batas teritorialnya berdasarkan acuan sejarah, tidak sesuai dengan aturan hukum internasional yang mengharuskan klaim atas kawasan maritim berdasarkan acuan pulau atau daratan.

Kita berharap China tidak memicu ketegangan di perairan Laut China Selatan dengan hadir di kawasan ini secara agresif sehingga ketenteraman dan kedamaian di kawasan ini tidak terganggu.

Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000004637309
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger