Cari Blog Ini

Bidvertiser

Sabtu, 08 Februari 2014

TAJUK RENCANA Independensi Profesional Media

RENCANA masalah independensi media termasuk pers tahun ini niscaya seru terkait tahun 2014 sebagai tahun politik.
Fokus wacana tidak pada teori idealistis, tetapi kenyataan sejumlah pemilik media adalah pemain politik. Tema "pers sehat, rakyat berdaulat" tidak hanya faktor kemandirian finansial, tetapi juga kemandirian (kebebasan) mengumpulkan bahan, memilah dan memilih, termasuk menyampaikan. Pendek kata, kebebasan dalam mengambil sikap. Itulah independensi, jati diri pers yang diperjuangkan dan diaktualkan masyarakat.

Masalah independensi media pada perayaan Hari Pers Nasional (HPN) tahun lalu jadi topik pembahasan. Fokus permasalahan berkisar pada kebebasan media atas dominasi pemilik yang kepentingannya berseberangan, terutama menyangkut kepentingan bisnis. Namun, bobot "konflik"- nya belum seberat sekarang. Independensi yang menjadi jati diri industri media terkontaminasi kepentingan politik praktis.

Regulasi media diuji kekuatannya. Sebab, sejatinya industri media hanya dependen pada kepentingan umum. Kalau tidak, yang terjadi adalah benturan kepentingan. Profesionalitas media terletak pada seberapa dalam dia menempatkan diri sebagai perwakilan pembaca. Sebagai wakil pembaca, media memperjuangkan kepentingan pembaca, bukan kepentingan pemilik. Bukan kepentingan sekelompok orang, melainkan kepentingan umum. Independensi semacam ini menyatu dengan profesi media.

Pengalaman menunjukkan, ketika media dependen pada kelompok tertentu untuk kepentingan politik praktis pemilik, media bersangkutan sebenarnya tidak profesional. Tidak dalam arti dipenuhinya fasilitas untuk hidup, tetapi ketidaksetiaannya sebagai wakil rakyat atau sebagai anjing penjaga (watchdog).

Adu kuat antara kinerja media sebagai wakil rakyat dan anjing penjaga dengan sebagai industrialis media ibaratnya industri media tidak lebih daripada pabrik sepatu demi kepentingan bisnis atau industri pamflet demi kepentingan sempit. Ketika pamflet itu adalah sarana perjuangan—pada dasarnya pers itu pamflet, kata Noam Chomsky—justru memperoleh nilai tambah kalau konsisten sebagai wakil rakyat sekaligus anjing penjaga. Secara konsep sekaligus kredo profesional media, industri media bukanlah pabrik yang hanya mementingkan keuntungan sebagai kriteria utama. Industri media adalah industri idealisme sekaligus bisnis.

Independensi profesional media tidak beku dari penafsiran ulang, tetapi dalam merepresentasikan selalu didialogkan dengan realitas, termasuk cara mengumpulkan, memilih dan memilah, serta menyampaikan. Dalam merayakan HPN 2014, bukankah semakin kencang bertiup gugatan independensi media tersebut? Tema "pers sehat, rakyat berdaulat" bisa bermuara di sana. Namun, dalam kondisi serba transparan, bukankah konflik kepentingan itu ada di depan mata, tetapi seolah-olah terbiarkan dan masyarakat pers mempersilakan konsumen tahu sendiri?

Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000004637263
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger