Cari Blog Ini

Bidvertiser

Selasa, 22 April 2014

TAJUK RENCANA: Pemborosan Dikecam (Kompas)

KERAKUSAN dan pemborosan, yang menguras sumber daya dan dapat memasung hak hidup sesama, menimbulkan keprihatinan mendalam.
Ekspresi keprihatinan antara lain disampaikan Paus Fransiskus dalam pesan Paskah hari Minggu, 20 April. Paus bahkan mengecam keras atas gejala pemborosan yang cenderung merebak luas saat ini di seluruh dunia. Gejala kerakusan dan pemborosan semakin merisaukan karena berlangsung di tengah sebagian warga masyarakat dunia yang mengalami kelangkaan pangan, kekurangan gizi, dan bergulat dengan kemiskinan kronis.

Dunia memang sedang menghadapi ketimpangan sosial luar biasa. Sebagian warga dunia hidup dalam kegelimangan kemewahan, sementara tidak sedikit yang menderita kekurangan. Kekayaan bagi segelintir orang menjadi kemiskinan bagi yang lain. Paling tidak, satu miliar dari sekitar tujuh miliar penduduk dunia, yang umumnya hidup di Afrika dan sejumlah negara Asia, hidup dalam kemiskinan. Mereka menderita kekurangan pangan dan terus mengelola rasa lapar hampir setiap hari.

Posisi mereka semakin tertekan akibat daya dukung hidup semakin terbatas oleh proses perusakan lingkungan yang masif. Alam dieksploitasi untuk menjamin kepentingan hidup mereka yang telanjur enak dan mewah, tanpa menyadari ekologi terancam kondisi sangat kritis. Lebih celaka lagi, orang-orang yang hidup dalam kelimpahan tidak pernah merasa cukup karena kerakusan. Bukan hanya haknya yang diambil, melainkan sering juga merampas hak hidup sesama dan hak hidup alam.

Sudah sering disinggung, pemimpin spiritual Mahatma Gandhi pernah mengingatkan, alam sesungguhnya menyediakan kebutuhan yang cukup bagi seluruh penghuninya, tetapi tidak pernah cukup bagi yang rakus. Gejala kerakusan sangat menggila saat ini, yang dipacu oleh kapitalisme vulgar dan perilaku pemborosan.

Terlihat jelas betapa pemujaan terhadap kapital dan materi cenderung meningkat, yang menisbikan nilai kemanusiaan. Paus Fransiskus pernah menyindir, dunia langsung terguncang jika harga saham turun, tetapi tidak ada kehebohan ketika seorang sekarat karena kekurangan pangan. Semangat kepedulian terhadap sesama memang cenderung surut. Kritik terhadap ketimpangan sosial ekonomi juga hanya terdengar sayup-sayup.

Masalah ketimpangan pertama-tama berlangsung di tingkat global antara negara kaya dan miskin. Tidak kalah seriusnya ketimpangan di dalam negara, terutama di dunia berkembang. Ketimpangan di dalam negara antara lain disebabkan oleh distribusi pendapatan yang tidak adil. Jauh lebih memprihatinkan lagi, negara yang sesungguhnya bertugas untuk menciptakan kesejahteraan bagi masyarakat justru terjerumus dalam tindakan korupsi oleh dorongan kerakusan dan gaya hidup penuh pemborosan.

Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000006198549
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger