Cari Blog Ini

Bidvertiser

Selasa, 15 Juli 2014

Tajuk Rencana: Jadi Penonton Piala Dunia. (Kompas)

Kegairahan warga masyarakat Indonesia atas Piala Dunia 2014 di Brasil tergolong luar biasa, seperti juga ratusan juta bahkan miliaran penduduk dunia.

Sekitar satu bulan, masyarakat dunia mendapatkan hiburan Piala Dunia 2014, yang memuncak pada pertandingan final Jerman-Argentina dengan skor 1-0 hari Minggu malam atau Senin dini hari waktu Indonesia. Lebih dari jenis olahraga apa pun, permainan bola kaki memiliki pesona dan daya tarik luar biasa. Semua orang seperti tersihir dan dipersatukan dalam kegembiraan yang sama.

Dalam olahraga, semua orang memiliki derajat yang sama dengan posisi sebagai pemain atau penonton, tidak membedakan kaya-miskin, suku, keyakinan, atau golongan. Menang atau kalah juga dianggap biasa. Sama-sama menekankan nilai sportivitas dalam menggapai kemenangan dan menerima kekalahan.

Sekalipun pesta sudah selesai, perbincangan tentang Piala Dunia 2014 diperkirakan akan tetap berlanjut dalam beberapa hari mendatang di berbagai belahan dunia. Tidak setiap negara beruntung dapat mengirim tim kebanggaannya ke Piala Dunia. Meski demikian, khusus bagi Indonesia, setiap kali berlangsung Piala Dunia, senantiasa muncul pertanyaan, mengapa tidak pernah bisa mengirim tim untuk bisa berlaga di panggung sangat bergengsi itu.

Gugatan itu semakin kuat karena sejumlah negara Afrika atau Amerika Latin, yang penduduknya jauh lebih kecil dan tingkat kemajuan negaranya masih di belakang, justru bisa mengirim tim ke panggung tinggi Piala Dunia. Tidak berlebihan jika muncul pertanyaan, mengapa begitu sulit ditemukan kesebelasan sepak bola di antara 240 juta penduduk Indonesia untuk menjadi pemain hebat seperti terjadi pada sejumlah negara.

Mungkin saja ada yang berdalih, situasi sosial, ekonomi, dan politik Indonesia tidak terlalu kondusif untuk melahirkan pemain-pemain hebat. Namun, bagaimana menjelaskan tim Piala Dunia yang berasal dari negara-negara Afrika atau Amerika Latin, yang kondisinya tidak lebih baik, bahkan masih jauh lebih buruk, dari Indonesia.

Tidak bisa lain, Indonesia perlu melakukan evaluasi menyeluruh sebagai upaya bebenah diri. Tanpa ada terobosan, sulit diharapkan akan tercapai kemajuan dalam upaya pembentukan tim tangguh olahraga. Indonesia sudah memperlihatkan kemampuan dalam bulu tangkis, mengapa tidak di sepak bola dan jenis olahraga lain.

Jika tidak ada terobosan, bangsa Indonesia akhirnya tidak lebih sebagai penonton, yang hanya bisa mengagumi kehebatan permainan bola kaki bangsa lain. Banyak negara justru menggunakan olahraga sebagai bagian dari upaya pembangunan karakter bangsa. Lebih-lebih karena dalam olahraga sangat ditanamkan kedisiplinan, sportivitas, dan mental berkompetisi agar lebih kuat, lebih cepat, dan lebih tinggi, terutama dalam persaingan dengan bangsa lain.

Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000007855487
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger