Untuk lingkup religius, besar harapan, umat yang melaksanakannya meningkat ketakwaannya kepada Allah SWT. Seusai Ramadhan, insan yang mencapai kemenangan akan bertambah keimanannya. Laku kebaikan bertambah dan laku buruknya susut.
Di luar manfaatnya bagi diri pribadi yang menjalankan, Idul Fitri yang berdimensi sosiokultural ditandai dengan aktivitas mudik dan silaturahim. Sebagai fenomena, rutin tahunan ini juga setiap kali menggetarkan jiwa kita. Betapa tidak, pemudik rela menempuh perjalanan yang macet luar biasa, dari Jakarta ke kota di Jawa Tengah dan Jawa Timur, membutuhkan tak kurang dari dua hari. Pastilah ada dorongan batiniah yang bisa mengalahkan kelelahan menempuh perjalanan berat tersebut. Baik juga kita beri catatan lagi, mengapa infrastruktur transportasi kita masih selalu menjadi berita karena siapnya selalu mepet hari-H? Tak bisakah ia siap jauh hari sebelumnya?
Selebihnya, refleksi Idul Fitri tahun ini kita curahkan untuk menggemakan peranannya menguatkan (kembali) tali silaturahim, lebih-lebih ketika kita, bangsa Indonesia, baru saja merampungkan pemilihan presiden. Tak dapat disangsikan, pilpres banyak membelah persaudaraan bangsa karena kuatnya tarikan partisan yang emosional. Demi tekad kita menegakkan pilpres yang demokratis, jaring kebangsaan tersebut di sana-sini koyak. Kita tidak ingin yang robek menganga berkepanjangan, menjadi kayu arang yang memanaskan hati. Sebaliknya, kita ingin segenap gesekan yang menimbulkan perih dan pahit getir tersebut segera terobati. Urgensinya bukan mengada-ada karena di depan sana ada banyak persoalan bangsa, sosial dan ekonomi, yang membutuhkan sumbangsih setiap anak bangsa untuk mengatasinya. Justru karena itu bangsa membutuhkan revitalisasi.
Dalam momen yang baik di Idul Fitri inilah, kita berharap semua pihak yang bak hidup-mati bertarung di laga pilpres dapat kembali merajut jaring yang koyak. Bahkan, syukur jika dari momen silaturahim hari raya ini lahir komitmen bersama-sama membangun bangsa.
Kita bersyukur, pilpres dengan segala ekses yang terjadi berlangsung damai. Rakyat punya harapan besar, elite yang ambil bagian dalam pilpres dapat memperlihatkan kepada rakyat Indonesia, dan juga dunia, bahwa pilpres Indonesia menjadi proses yang bermartabat.
Sekali lagi, seiring dengan datangnya Idul Fitri, yang juga menandai Lebaran (berakhirnya ibadah saum Ramadhan), menandai usainya pahit getir pilpres. Mari kita manfaatkan momen fitri ini untuk merajut kembali persaudaraan kebangsaan.
Selamat Idul Fitri 1435 Hijriah. Mohon maaf lahir dan batin.
Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000008035757
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Tidak ada komentar:
Posting Komentar