Cari Blog Ini

Bidvertiser

Jumat, 25 Juli 2014

TAJUK RENCANA: Persoalan Mudik Selalu Terulang (Kompas)

ARUS mudik di Jawa dihadang oleh kerusakan jembatan Comal di jalur utara, sementara jalur selatan terkunci oleh kerusakan jembatan di Ciamis.
Kerusakan jembatan Comal di Jawa Tengah dan jembatan di Ciamis, Jawa Barat, membuat mobilitas jutaan pemudik sungguh terhambat. Belum lagi berbagai kerusakan badan jalan, ditambah gangguan pasar tumpah. Sungguh merepotkan dan melelahkan!

Tantangan macam itu praktis berulang meski mudik Lebaran merupakan peristiwa tahunan, yang sudah diagendakan pada kegiatan nasional. Persoalan kemacetan, kerusakan jalan, dan minimnya angkutan seperti berputar- putar di tempat, tidak ada terobosan dan perbaikan.

Banyak orang yang suka berseloroh dengan mengaitkan persoalan tahunan yang berulang-ulang itu dengan hukum sejarah yang terulang. Namun, ada cerdik cendekia yang secara dramatis dan kritis menyatakan, pengulangan tanpa perubahan dan perbaikan tidak lebih sebagai dagelan, kekonyolan, dan bahkan tragedi.

Tidak habis pikir, mengapa tidak ada keseriusan melakukan perbaikan. Praktis menjadi kisah klasik atas kerusakan jalur pantai utara (pantura) Jawa. Proyek perbaikan menjadi fenomen tahunan yang menghabiskan dana dan waktu. Segera terlihat pula tidak ada antisipasi dalam menangani mudik Lebaran.

Tidak seperti bencana yang datang tiba-tiba, manajemen mudik Lebaran sesungguhnya dapat dipersiapkan dengan baik dalam siklus waktu 11 bulan. Kasus kerusakan jembatan Comal dan jembatan di Ciamis tidak hanya mengundang pertanyaan soal konstruksi dan pemeliharaan prasarana yang kedodoran, tetapi juga keprihatinan tentang lemahnya manajemen persiapan mudik Lebaran.

Sudah sering dikemukakan, makna pelayanan publik akan semakin tinggi nilainya ketika warga masyarakat sedang membutuhkannya. Sepanjang mudik Lebaran dan arus balik, masyarakat sangat membutuhkan kemudahan bergerak di jalan yang mulus, tidak berlubang-lubang. Juga prasarana dan sarana angkutan yang aman dan nyaman.

Sebaliknya, pemerintah tidak boleh menyia-nyiakan momentum mudik Lebaran dan arus balik sebagai salah satu saat terbaik untuk memperlihatkan secara demonstratif semangat pelayanan dan pengabdian terhadap kepentingan warga masyarakat.

Ekspresi sikap pelayanan dan pengabdian itu dilakukan antara lain dengan mengurai kemacetan, memoles jalan bergelombang dan berlubang-lubang, serta menyediakan angkutan yang nyaman. Sejauh ini, masyarakat mengeluh atas kondisi perjalanan mudik yang melelahkan, tetapi tidak banyak yang peduli.

Sangatlah diperlukan pemimpin yang mampu melakukan terobosan dalam lompatan perbaikan. Tanpa terobosan, keruwetan hanya akan terus terulang dan berputar- putar di tempat sebagai dagelan, kekonyolan, bahkan drama yang hanya menyesakkan dada.

Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000008021248
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger