Cari Blog Ini

Bidvertiser

Minggu, 20 Juli 2014

TAJUK RENCAN:A Ujian bagi Demokrasi (Kompas)

TAHAPAN pemilihan presiden segera memasuki babak akhir. Komisi Pemilihan Umum merencanakan mengumumkan capres terpilih 22 Juli 2014.

Pada Jumat dan Sabtu ini, rekapitulasi penghitungan suara dilakukan pada tingkat provinsi. Kita bersyukur penghitungan suara berjenjang berlangsung mulus. Keberatan terhadap hasil penghitungan suara dicatat dan diselesaikan melalui mekanisme demokrasi. Apresiasi harus disampaikan kepada masyarakat, tim sukses capres, serta aparat kepolisian dan TNI yang telah berkontribusi ikut menjaga situasi dan kondisi tetap kondusif.

Dengan transparansi yang dikembangkan KPU dengan cara mengunggah hasil rekapitulasi suara pada tingkat TPS (formulir C1), rekapitulasi kecamatan (DA1), dan rekapitulasi kabupaten (DB1), semua pihak sudah bisa memperkirakan hasil pemilu presiden sebelum diumumkan secara resmi oleh KPU tanggal 22 Juli. Masyarakat juga terbantu memperkirakan hasil pemilu melalui situs www.kawalpemilu.org yang dikerjakan anak muda Indonesia. Apa yang dicapai bangsa Indonesia dalam Pemilu Presiden 2014 adalah lompatan demokrasi. Belum pernah dalam sejarah pemilu Indonesia ada kelompok masyarakat yang aktif dan terlibat dalam pengawasan pemilu.

Situasi sekarang ini tak bisa dilepaskan dari keterbukaan KPU, iklim politik terbuka yang didorong terus oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, serta kenegarawanan capres-cawapres Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan Joko Widodo-Jusuf Kalla. Dalam upaya menuju negara yang matang dalam demokrasi itulah, kita menggarisbawahi harapan Presiden Yudhoyono agar semua pihak bisa berjiwa besar menerima hasil pemilu pada 22 Juli. Keberatan terhadap hasil pemilu bisa disalurkan melalui Mahkamah Konstitusi. Inilah ujian bagi demokrasi.

Kita sependapat dengan Presiden Yudhoyono bahwa mata dunia sedang tertuju ke Indonesia. Keberhasilan kita melalui tahapan demokrasi hingga transisi kekuasaan damai pada 20 Oktober 2014 akan membawa bangsa Indonesia masuk dalam kelompok negara dengan demokrasi matang. Ini sangat membanggakan.

Kita yakin Presiden Yudhoyono, termasuk kedua capres, Prabowo Subianto dan Joko Widodo, juga berkehendak memulai tradisi politik baru di Indonesia, yakni transisi kekuasaan yang mulus dan dilanjutkan dengan rekonsiliasi nasional. Dalam sejarah bangsa Indonesia, transisi kekuasaan dari satu presiden ke presiden lain (tahun 1965, tahun 1998, tahun 1999, tahun 2004) kurang berjalan mulus dan selalu menyimpan ganjalan. Pemilu 2014 adalah kesempatan emas untuk memulai tradisi politik baru.

Dengan sikap kenegarawanan Presiden Yudhoyono, capres Prabowo, dan capres Joko Widodo, publik meyakini transisi kekuasaan yang damai pada 20 Oktober 2014 diawali dengan penyikapan terhadap hasil pemilu pada 22 Juli. Keberhasilan transisi kekuasaan yang mulus adalah kemenangan rakyat, sekaligus menjadi legacy pemerintahan Presiden Yudhoyono sendiri.

Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000007920338
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger