Cari Blog Ini

Bidvertiser

Selasa, 05 Agustus 2014

TAJUK RENCANA: Bersiap Menghadapi Ancaman Ebola (Kompas)

WABAH ebola yang berjangkit di barat Afrika belum mereda. Lebih dari 1.300 kasus terkonfirmasi atau terduga adalah virus mematikan ini.
Kekhawatiran virus ini menyebar ke Benua Eropa dan Asia dibicarakan serius. Hal tersebut mengingat belum ada langkah jelas menangani penyakit ini. Selain itu, belum ada obat ataupun vaksin untuk melawan virus dalam keluarga filovirus yang tampak seperti pita di bawah mikroskop itu.

Sudah 729 orang meninggal selama Maret-Juli 2014. Virus ini tidak pandang bulu. Dokter yang menangani pusat perawatan korban ebola di Sierra Leone, Sheik Umar Khan, meninggal Juli lalu karena tertular ebola. Dua pekerja kesehatan asal Amerika Serikat juga tertular.

Meski tempat berjangkitnya wabah ebola tahun ini adalah di Guinea, Sierra Leone, dan Liberia di barat Afrika, potensi penularan ke wilayah lebih luas sangat besar. Pertama kali ditemukan tahun 1976 di Kongo, sampai tahun lalu ebola ditemukan di lima negara Afrika Tengah.

Menurut kantor berita Deutsche Welle, ebola berasal dari hutan tropis di Afrika Tengah dan Asia Tenggara. Penularan terjadi melalui hewan liar atau penderita. Salah satu hewan yang diduga kuat menjadi inang virus ebola adalah kelelawar buah yang kerap menjadi santapan warga di sana. Kelelawar ini terdapat di bagian barat, tengah, dan selatan Afrika.

Gejala awal tampak seperti flu, yaitu demam parah dan nyeri otot. Namun, virus ini merusak organ penting, seperti ginjal, hati, dan sel darah merah, sehingga menyebabkan perdarahan tak terbendung.

Salah satu penyebab utama korban jiwa jatuh begitu besar, dalam laporan The Economist (2-8 Agustus), adalah karena rendahnya modal sosial. Rakyat Sierra Leone tidak memercayai pemerintahnya.

Ketika kasus ebola muncul di distrik di timur Sierra Leone akhir Mei, alih-alih rakyat menganggap serius peringatan untuk menghindari terpapar darah, ludah, keringat, dan jasad korban. Rakyat justru curiga pemerintah dan lembaga asing sengaja menyebarkan virus ini. Rakyat juga mencurigai ada upaya mengurangi jumlah penduduk di bagian timur negara itu yang merupakan basis oposisi. Korupsi dan pemerintahan yang tidak transparan menyebabkan hilangnya kepercayaan masyarakat.

Di tingkat internasional, terutama negara-negara maju, perhatian pada penyakit ini rendah. Perusahaan farmasi negara maju yang memiliki kemampuan teknologi dan dana tidak tertarik meneliti obat atau vaksin bagi penyakit di negara berkembang karena tak memberikan keuntungan untuk membiayai penelitian yang mahal.

Indonesia tidak dapat beranggapan tidak akan terpapar virus ini. Pemerintah perlu menaruh perhatian sejak dini. Tingkat perjalanan lintas negara yang tinggi bukan tidak mungkin akan membawa virus yang memerlukan masa inkubasi tiga minggu di tubuh manusia itu.

Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000008171537
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger