Cari Blog Ini

Bidvertiser

Selasa, 05 Agustus 2014

TAJUK RENCANA: Moda Transportasi Inovatif (Kompas)

MEMBACA pengalaman mudik masyarakat, kita tak habis tercenung. Lepas dari kerelaan mereka, perjalanan tersebut sungguh lama.
Ada dua hal yang dapat kita garis bawahi tentang hal ini. Pertama, pentingnya transportasi dan infrastrukturnya dalam mobilitas sekitar 30 jutaan orang. Kedua, terkait dengan keselamatan dan kenyamanan moda transportasi tersebut.

Kemarin, dalam berita utama dan kolom ini disinggung sekilas perlunya pengembangan jalur laut mengingat jalur darat terbukti tidak sanggup menampung kepadatan arus lalu lintas yang terus meningkat. Maklum, tidak kurang dari satu juta mobil baru masuk ke jalan raya kita, belum lagi ditambah hampir 10 juta sepeda motor yang juga ikut meramaikan jalan yang pertambahannya tidak nyata itu.

Menurut pengajar bisnis maritim Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, Raja Oloan Saut Gurning, pemerintah perlu menyiapkan angkutan berbasis perairan secara serius. Moda berbasis perairan dapat diandalkan ketika semua jalur (darat) utama di Jawa terganggu.

Menurut Saut, moda berbasis perairan sangat mungkin disiapkan, terutama untuk jarak pendek, 100-120 kilometer. Memang untuk waktu normal waktu tempuh dua moda—darat dan laut—tidak bisa dibandingkan. Namun, tambah Saut, pada saat kondisi darurat, angkutan laut jarak pendek sangat membantu.

Kita mendukung gagasan itu. Pengembangan transportasi berbasis perairan sebenarnya alami untuk kita yang hidup di negara kepulauan. Masih terngiang di telinga kita slogan "nenek moyangku bangsa pelaut".

Di era hidup serba cepat, boleh jadi moda transportasi udara yang paling memenuhi tuntutan kecepatan. Namun, dengan segala derap keterjangkauannya, angkutan udara belum bisa diakomodasi dan pada sisi lain mengakomodasi masyarakat yang membutuhkan. Dalam hal mengakomodasi, setiap kali musim libur, sejumlah bandar udara utama seperti Soekarno-Hatta selalu menjadi supersibuk.

Catatan lain adalah meningkatnya popularitas kereta api, yang menjadi moda angkutan yang paling tinggi peningkatan penumpangnya, 19 persen. Di sisi lain, moda angkutan bus makin ditinggalkan. Penyebabnya, antara lain, tempo perjalanannya makin lama akibat jalanan macet. Selain itu, keamanan bus dinilai makin menurun.

Dari narasi transportasi selama Lebaran 2014, ada tiga hal yang dapat kita beri catatan. Pertama, kita perlu memperluas ragam transportasi, dan moda berbasis laut perlu kita kembangkan sesuai jati diri kita. Kedua, agar satu moda transportasi mampu bertahan dan berkembang baik, moda tersebut perlu mempertahankan reputasinya di bidang keselamatan dan kenyamanan.

Terakhir, kebutuhan akan moda transportasi yang aman dan nyaman merupakan peluang besar untuk mengembangkan industri sarana dan prasarana transportasi, seperti PT DI, PT PAL, dan PT Inka, sekadar menyebut nama. Apalagi jika kita bisa mengembangkan industri otomotif.

Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000008172125
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger