Cari Blog Ini

Bidvertiser

Sabtu, 23 Agustus 2014

TAJUK RENCANA: Thailand Dipimpin ”Orang Kuat” (Kompas)

JENDERAL Prayuth Chan-ocha, pemimpin kudeta Thailand, terpilih jadi Perdana Menteri Thailand secara mutlak dalam sidang legislatif di Bangkok.
Terpilihnya Prayuth sebagai PM, Kamis (21/8), memunculkan kekhawatiran bahwa Thailand sedang memasuki era baru kepemimpinan "orang kuat". Hal itu mengingat Prayuth memimpin kudeta tak berdarah, 22 Mei lalu, menggulingkan pemerintahan PM Yingluck Shinawatra yang selama enam bulan terakhir dilanda krisis politik berkepanjangan. Kini, empat bulan kemudian, Prayuth dipilih sebagai PM oleh Majelis Legislatif Nasional (NLA) yang para anggotanya dia tunjuk sendiri.

Prayuth masih menunggu persetujuan Raja Bhumibol Adulyadej. Jika disetujui, ia akan menjadi PM ke-29 Thailand. Tidak ada yang memungkiri bahwa Thailand memang memerlukan "orang kuat" untuk membangun kembali perekonomian setelah krisis politik yang berkepanjangan sejak November tahun lalu. Namun, yang juga penting untuk diingat adalah "orang kuat" itu tidak boleh dibiarkan berjalan sendiri. Perilaku dan kekuasaannya harus diawasi dengan saksama agar tetap terkendali.

Ada banyak contoh bahwa jika "orang kuat" yang memimpin itu dibiarkan berjalan sendiri, keadaan akan tidak terkendali dan akhirnya negara yang bersangkutan akan mengalami masa kekacauan kembali.

Kita belum melupakan kiprah PM Thaksin Shinawatra yang merupakan "orang kuat". Thaksin menang dalam Pemilihan Umum (Pemilu) 2001. Kekuasaannya yang sangat besar menjadikan ia tidak mau mendengarkan pendapat dari siapa pun, termasuk Raja Bhumibol Adulyadej. Thaksin akhirnya dikudeta pada tahun 2006 saat ia berada di luar negeri dan kini tinggal di pengasingan. Namun, pengaruhnya yang sangat besar, khususnya di pedesaan, membuat saat pemilu diadakan tahun 2011, adiknya, Yingluck Shinawatra, terpilih menjadi PM ke-28 Thailand.

Ada kekhawatiran, keberadaan Prayuth sebagai "orang kuat" akan menjadikannya seperti Thaksin. Memang, Prayuth adalah PM sementara, hanya sampai Thailand menyelenggarakan pemilu kembali. Akan tetapi, persoalannya adalah Prayuth dapat menunda pelaksanaan pemilu yang disebutkan akan diadakan Oktober 2015.

Dengan keberadaannya sebagai "orang kuat" di puncak pemerintahan, Prayuth praktis dapat melakukan apa saja hingga Pemilu 2015, termasuk menunda pemilu dengan alasan apa pun. Tentu kita tidak mengharapkan hal itu terjadi. Kita melihat Thailand yang pernah dianggap sebagai salah satu negara Asia Tenggara paling menjanjikan dari segi ekonomi, kini, justru terpuruk. Walaupun Prayuth adalah "orang kuat", kita berharap penetapannya sebagai PM tidak membuat dia lupa diri dan berusaha untuk tetap berpegang teguh pada janjinya semula, yakni memperbaiki kembali perekonomian Thailand.

Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000008465977
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger