Cari Blog Ini

Bidvertiser

Sabtu, 27 September 2014

TAJUK RENCANA Australia Hadapi Masalah Serius (Kompas)

AUSTRALIA tengah menghadapi masalah serius terkait dengan terorisme. Dua personel polisi kontra terorisme Australia ditikam di Melbourne, Selasa (23/9).
Penikamnya, seorang remaja berusia 18 tahun, bernama Abdul Numan Haider. Remaja itu dicurigai sebagai teroris sehingga paspornya dicabut seminggu lalu. Saat diminta datang ke pos polisi di pinggiran kota Melbourne untuk melakukan wawancara rutin, ia menikam dua polisi yang memeriksanya. Salah seorang dari kedua polisi itu langsung menembaknya. Haider tewas karena tembakan itu. Ada dugaan Haider tidak bertindak sendiri mengingat sebelumnya ia terlihat bercakap-cakap dengan beberapa orang.

Penikaman yang dilakukan Haider itu dilakukan sehari setelah kelompok milisi Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) mengeluarkan perintah kepada semua warga Muslim agar menggunakan segala cara untuk membunuh orang Amerika, Eropa, Australia, dan Kanada. Itu sebabnya, Australia menduga penikaman yang dilakukan oleh Haider itu berkaitan dengan perintah NIIS sehari sebelumnya.

Tidak berhenti di sana. Dua hari kemudian, Kamis, seorang personel Pasukan Pertahanan Australia di Sydney diserang oleh dua pria berpenampilan Timur Tengah. Personel pasukan pertahanan itu mengalami luka memar ringan dan melaporkan kejadian tersebut kepada polisi.

Risiko yang dialami aparat keamanan Australia itu dialami pula oleh negara-negara lain yang memerangi terorisme, termasuk juga Indonesia. Namun, yang mengejutkan adalah sikap yang ditunjukkan Perdana Menteri Australia Tony Abbott, beberapa saat setelah kepolisian Australia menggelar operasi anti teror di Sydney dan Brisbane. Pada saat itu, ia menegaskan, keamanan pada situasi tertentu lebih penting daripada kebebasan. Beberapa kebebasan akan dihilangkan atas alasan keamanan.

Bukan itu saja, Australia pun mengeluarkan undang-undang yang dapat mengkriminalkan orang yang bepergian ke wilayah konflik yang dinyatakan dilarang untuk didatangi. Undang-undang itu dikeluarkan karena data pemerintah menunjukkan, lebih dari 60 warga Australia berperang bersama kelompok milisi NIIS dan 20 warga di antaranya telah kembali ke Australia. Ada sekitar 100 warga Australia yang secara aktif mendukung NIIS dari dalam negeri. Malah sudah ada sekitar 60 warga yang paspornya dibatalkan dalam beberapa pekan ini.

Perang terhadap terorisme dan sejumlah serangan yang dilakukan beberapa orang terduga teroris akan mengubah wajah Australia. Kita berharap PM Abbott mau merangkul dan mengajak segenap warga Australia, termasuk masyarakat Muslim, untuk memulihkan kembali keamanan di dalam negeri. Jika langkah itu yang diambil Abbott, diharapkan tidak ada lagi perlakuan kurang baik terhadap masyarakat Muslim di dalam negeri.

Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000009123953
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger