Cari Blog Ini

Bidvertiser

Jumat, 10 Oktober 2014

TAJUK RENCANA: Ketua MPR, Saatnya Bersatu (Kompas)

PERNYATAAN Ketua MPR Zulkifli Hasan tentang pentingnya kesatuan sangat menarik, tidak hanya dilihat dari aspek substansi, tetapi juga urgensinya.
Makna ajakan bersatu oleh Ketua MPR terasa semakin penting karena dilontarkan di tengah sisa-sisa kegaduhan politik yang berawal dari pemilihan umum. Suka atau tidak, proses pemilihan wakil rakyat dan presiden menciptakan polarisasi di kalangan elite maupun rakyat biasa.

Polarisasi itu menimbulkan sensasi kegaduhan politik. Atas dasar itu, ajakan bersatu oleh Zulkifli sangatlah tepat. Sosok Zulkifli sebagai Ketua MPR pun langsung tampak jelas karena mampu memperlihatkan diri dan komitmennya di atas berbagai kelompok dan perkubuan.

Sebagai Ketua MPR, Zulkifli secara gamblang menegaskan akan berjuang untuk kepentingan bangsa dan negara berdasarkan Pancasila, konstitusi, dan bineka tunggal ika. Juga disampaikan komitmen menjaga proses politik yang demokratis, termasuk acara pelantikan presiden-wakil presiden pada 20 Oktober mendatang.

Sebagai tanggapan atas pertanyaan wartawan, Zulkifli menegaskan, "Pelantikan 20 Oktober harus bagus. Kalau melantik presiden saja tidak bisa, bagaimana kita bisa memajukan Indonesia?" Dengan tegas pula Zulkifli menolak wacana yang menghendaki presiden dipilih MPR karena bertentangan dengan amanat reformasi.

Berbagai pernyataan Zulkifli tidak hanya menarik sebagai tanggapan atas sejumlah isu kontemporer Indonesia, tetapi juga secara substansial memperlihatkan komitmen menjaga kesatuan dan keutuhan bangsa, termasuk dalam menghadapi kegaduhan politik. Setelah mengalami kegaduhan politik selama pemilihan umum, saatnya Indonesia kembali memperlihatkan kekompakan dalam mendorong pembangunan bangsa.

Kegaduhan yang berlarut-larut niscaya akan mengganggu proses pembangunan yang hanya merugikan semua kalangan, terutama rakyat kecil. Telah muncul sinisme di kalangan masyarakat biasa tentang perilaku kalangan elite, yang terkesan tidak arif dalam menyelesaikan pertikaian di kalangan mereka sendiri. Apa kata dunia jika elite bangsa Indonesia tidak mampu menyelesaikan persaingan kepentingan politik secara demokratis.

Persoalan kekompakan di kalangan elite sangatlah penting, terutama bagi masyarakat yang masih berbudaya paternalistik. Masyarakat sudah bisa memilah-milah siapa tokoh yang berbicara dan bertindak atas nama kepentingan umum, dan siapa yang berjuang untuk kepentingan diri dan kelompoknya. Pemimpin yang hanya mengartikulasikan kepentingan diri dan kelompok hanya akan mendorong polarisasi dan menjauhi kekompakan sebagai satu bangsa.

Kiranya ajakan bersatu oleh Ketua MPR sangatlah relevan dan mendesak. Tanpa kesatuan dan persatuan, solidaritas serta merasa senasib maupun sepenanggungan tidak akan tercipta. Mimpi menjadi bangsa besar pun hanya akan menjadi ilusi jika setiap komponen bangsa jalan sendiri-sendiri dan kalangan elite mau menang sendiri.

Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000009383136
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger