Cari Blog Ini

Bidvertiser

Rabu, 29 Oktober 2014

TAJUK RENCANA: Tantangan RI dari Ekonomi Dunia (Kompas)

PEREKONOMIAN dunia belum memperlihatkan perbaikan meyakinkan. Tahun ini dan tahun depan pertumbuhannya lebih lemah dari perkiraan.
Dana Moneter Internasional (IMF) menyebutkan, pemulihan perekonomian global masih lemah dan tidak pasti. Asia dan Eropa menghadapi risiko sama dari sisi geopolitik dan kemungkinan tekanan pasar keuangan. Ekonomi dunia diperkirakan akan tumbuh 3,3 persen, lebih rendah daripada perkiraan awal tahun sebesar 3,7 persen.

Beberapa tantangan adalah belum stabilnya situasi politik dan keamanan di Ukraina dan Timur Tengah. Dampak sanksi negara-negara Barat terhadap Rusia mengenai persoalan Ukraina, terutama dalam pasokan gas dan investasi langsung, belum dapat diperkirakan.

Di Timur Tengah, gerakan Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) yang sangat agresif dikhawatirkan mendorong naiknya harga minyak bumi walaupun saat ini harga turun ke tingkat 80-an dollar AS per barrel karena meningkatnya produksi gas dari batuan sedimen (shale gas) di Amerika Serikat.

Di zona Eropa, tiga ekonomi terbesar, yaitu Jerman, Perancis, dan Italia, memperlihatkan tanda memasuki tahun ketiga resesi. Negara-negara zona Eropa mengalami inflasi rendah, memperlihatkan lemahnya permintaan barang dan jasa. Perekonomian Jepang juga melambat setelah pemerintah menaikkan Pajak Pertambahan Nilai.

Risiko lain adalah dari kebijakan Bank Sentral AS dalam stimulus fiskal ke pasar uang global. Suku bunga di AS akan meningkat apabila Bank Sentral AS mengurangi stimulus seiring penguatan ekonomi negara itu. Penghentian stimulus ini diperkirakan terjadi tahun depan. Situasi tersebut dapat membuat keluarnya dana dari pasar uang negara-negara dengan pasar bertumbuh dan menurunkan peluang mendapatkan dana murah.

IMF menurunkan angka pertumbuhan ekonomi Brasil menjadi hanya 1,4 persen, lebih rendah 0,6 persen daripada perkiraan sebelumnya. Ekonomi Tiongkok ke depan juga diperkirakan hanya tumbuh sekitar 6,5 persen dibandingkan dengan 7,4 persen tahun ini. Sebelum krisis keuangan tahun 2008, ekonomi Tiongkok tumbuh 10,5 persen dan menjadi penyelamat ekonomi dunia.

Tantangan lain adalah wabah ebola. Meskipun negara-negara di Afrika Barat bertekad mengatasi penularan ebola akhir tahun ini, meningkatnya korban ebola menyebabkan kerugian ekonomi di negara bersangkutan dan memengaruhi negara-negara lain.

Pertumbuhan ekonomi global tidak pasti dan lebih lemah daripada perkiraan. Karena itu, Kabinet Kerja Presiden Joko Widodo harus mampu bekerja dengan fokus jelas dan strategi jelas. Potensi ekonomi dalam negeri yang besar harus dapat diolah untuk pertumbuhan dan kesejahteraan rakyat sesuai janji kampanye Presiden.

Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000009736013
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger