Cari Blog Ini

Bidvertiser

Senin, 10 November 2014

TAJUK RENCANA Perang Dingin Baru Mengintai (Kompas)

PERAYAAN 25 tahun runtuhnya Tembok Berlin yang menandai berakhirnya era Perang Dingin dipusatkan di Gerbang Brandenburg, Minggu (9/11).
Ribuan orang berkumpul di sekitar Gerbang Brandenburg, dan di sekitar sisa Tembok Berlin yang masih berdiri, untuk memperingati 25 tahun bersatunya kembali penduduk Berlin Barat dan Berlin Timur, bersatunya kembali Jerman Barat dan Jerman Timur, serta berdamainya Barat dan Timur.

Tembok Berlin dibangun tahun 1961 untuk mengakhiri orang-orang Berlin Timur menyeberang ke Berlin Barat. Tembok sepanjang 155 kilometer yang mengelilingi kota Berlin itu diruntuhkan tahun 1989. Kini, tembok yang tersisa hanya sekitar 3 kilometer.

Kanselir Jerman Angela Merkel dan Wali Kota Berlin Klaus Wowereit meletakkan bunga mawar di bagian tembok yang tersisa untuk menghormati arwah orang-orang yang menjadi korban rezim komunis Jerman Timur.

Merkel yang dibesarkan di Jerman Timur itu lalu bergabung dengan eks pemimpin serikat buruh Polandia, yang kemudian menjadi Presiden Polandia, Lech Walesa, dan eks pemimpin tertinggi Uni Soviet terakhir, Mikhail Gorbachev, untuk merayakan 25 tahun berakhirnya Perang Dingin.

Lech Walesa, dan terutama Mikhail Gorbachev, serta mendiang Presiden Amerika Serikat Ronald Reagan adalah tokoh-tokoh penting di balik berakhirnya Perang Dingin. Tanpa peran ketiga tokoh itu, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama, Perang Dingin yang mengarah kepada Perang Dunia III sulit untuk diakhiri.

Namun, krisis di Ukraina yang berlangsung akhir-akhir ini menunjukkan bahwa perdamaian antara Barat dan Timur yang telah berlangsung selama 25 tahun itu tidak akan langgeng jika tidak terus dipelihara dan diperkuat dari waktu ke waktu.

Gorbachev mengingatkan, dunia kini berada di ambang pintu menuju Perang Dingin yang baru. Menurut Gorbachev, tidak ada cara lain untuk menghindarinya, kecuali mengajak Rusia dalam setiap penyelesaian konflik yang terjadi di berbagai bagian dunia. Bubarnya Uni Soviet dan runtuhnya rezim komunis di Eropa telah membuat Barat berada di posisi yang menang. Dan posisi yang menang itu membuat Barat sering kali tidak lagi melibatkan Rusia dalam mengupayakan penyelesaian konflik di berbagai wilayah dunia.

Kita sependapat dengan apa yang diingatkan Gorbachev. Barat tak bisa memaksakan kehendak dengan menganggap bahwa Barat-lah yang paling benar. Ada Rusia, Tiongkok, dan negara-negara lain yang juga harus didengar pendapatnya. Itu sebabnya, Barat harus mengajak negara-negara itu berbicara sebelum bertindak.

Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000010002333
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger