Cari Blog Ini

Bidvertiser

Sabtu, 25 April 2015

TAJUK RENCANA: Perlambatan Ekonomi Global 2015 (Kompas)

Salah satu sinyal yang bisa kita tangkap dari tren perekonomian global saat ini adalah kita tidak bisa berharap pertumbuhan impresif 2015.

Selain itu, secara gradual pola pertumbuhan global juga bergerak ke arah yang lebih "normal". Pertumbuhan satu dekade terakhir diwarnai berbagai anomali. Distribusi pertumbuhan sangat timpang dan tidak merata. Ada kawasan yang tumbuh secara spektakuler, bahkan eksponensial. Ini terjadi pada emerging markets (EM), khususnya Tiongkok yang tumbuh dua digit satu dekade lebih terakhir.

Sementara, Jepang memasuki satu dekade lebih masa suram (lost decade) akibat deflasi. AS sebagai motor utama ekonomi dunia yang terkapar akibat krisis finansial global 2008 tertatih-tatih berusaha bangkit dari siklus pertumbuhan rendah mendekati nol persen. Eropa yang juga belum keluar dari dampak krisis 2008 jadi kawasan pesakitan akibat krisis utang, dengan pertumbuhan minus.

Interdependensi ekonomi global menjadikan pelemahan ekonomi di satu kawasan berdampak pula pada ekonomi lain. Kita terutama harus mewaspadai perkembangan di AS, Eropa, Jepang, serta Tiongkok dan EM lain, sebagai empat motor utama pertumbuhan global. Dari empat kawasan ini, praktis hanya AS yang bergerak ke atas. Jepang masih berjuang keluar dari resesi, Tiongkok dalam proses normalisasi pertumbuhan, dan EM lain berjuang beradaptasi dengan perlambatan ekonomi global, khususnya negara-negara yang jadi pasar ekspor utama mereka.

Perlambatan ekonomi negara maju 2015 sudah diperkirakan. Begitu juga perlambatan Tiongkok. Sebagaimana siklus normal perekonomian, setelah pertumbuhan dua digit satu dekade lebih tanpa terputus, Tiongkok pun akhirnya mengalami kejenuhan. Mesin ekonomi mengalami pemanasan dan pertumbuhan terancam tak berkesinambungan sehingga orientasi Pemerintah Tiongkok kini adalah mewujudkan pertumbuhan lebih wajar dan berkelanjutan.

Yang di luar perkiraan, tren pemulihan AS masih berlanjut, tetapi ternyata tak sekuat perkiraan. Artinya, harapan pemulihan AS bisa menarik ekonomi global bangkit bersamanya agak prematur. Apa maknanya bagi Indonesia? Di tengah tren eksodus dana global keluar dari EM, ternyata kita masih bisa menikmati arus masuk modal cukup deras. Ini yang memungkinkan indeks saham masih menguat. Artinya, Indonesia masih dianggap sangat prospektif dan potensial, tergantung bagaimana kita mengelolanya.

Namun, kita juga dihadapkan pada ketidakpastian eksternal, terutama terkait kebijakan Fed di AS dan perlambatan ekonomi mitra dagang utama Indonesia. Belum lagi persoalan kepercayaan di dalam negeri. Menghadapi ini, diperlukan pemerintahan dan kepemimpinan solid. Kesan ungovernable government hanya bisa dihapuskan jika pemerintah segerain charge mengoreksi segala chaos yang terjadi di internal pemerintahan maupun dalam kebijakan yang diambilnya serta dalam komunikasi politik, baik di dalam negeri maupun di panggung internasional.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 25 April 2015, di halaman 6 dengan judul "Perlambatan Ekonomi Global 2015".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger