Cari Blog Ini

Bidvertiser

Senin, 01 Juni 2015

TAJUK RENCANA: Idlib Pun Lepas dari Tangan Assad (Kompas)

Pemerintahan Presiden Suriah Bashar al-Assad menarik mundur pasukannya dari Provinsi Idlib, Suriah barat laut, yang berbatasan dengan Turki.

Disebutkan, penarikan mundur pasukan pemerintah dari Provinsi Idlib itu dilakukan karena pemerintahan Assad bermaksud memusatkan perhatian pasukannya pada wilayah yang dianggap vital bagi keberlangsungan pemerintah, antara lain Hama, Homs, ibu kota Suriah, Damaskus, dan wilayah pesisir.

Provinsi Idlib yang ditinggalkan pasukan pemerintah, Jumat (29/5), langsung dikuasai pasukan oposisi Front Al-Nusra, yang berafiliasi ke Al Qaeda, serta faksi lain. Front Al-Nusra dan faksi lainnya menguasai Ariha, kota terakhir di Provinsi Idlib.

"Kami bahkan tidak dapat mengatakan telah terjadi bentrokan dengan pasukan pemerintah di Ariha," kata Rami Abdurrahman, Kepala Organisasi Pemantau Hak Asasi Manusia Suriah (SOHR), yang memantau konflik Suriah melalui para aktivis di lapangan. Namun, ada berita yang menyebutkan, pasukan pemerintah masih menguasai bandar udara militer Abu Duhur serta beberapa desa dan pos-pos militer di Idlib.

Lepasnya Idlib dengan mudah dari tangan pasukan Pemerintah Suriah membuat kita prihatin. Oleh karena kita melihat satu per satu wilayah yang dikuasai pemerintahan Assad dengan cepat jatuh ke tangan oposisi dan Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS). Pekan lalu, pemerintah kehilangan Palmyra, Suriah tengah. Kota yang memiliki situs sejarah yang berusia lebih dari 2.000 tahun itu jatuh ke tangan kelompok bersenjata NIIS. Bukan itu saja, diberitakan, NIIS menghancurkan situs sejarah itu.

Sebelumnya, Assad telah kehilangan seluruh pintu perbatasan dengan Irak, Al Tanf (nama yang diberikan Suriah), atau Al-Waleed (nama yang diberikan Irak), yang dikuasai oleh pasukan bersenjata NIIS.

Jika pasukan Assad terus mundur, seperti yang terjadi sekarang ini, bukan tidak mungkin pemerintahannya akan kehilangan Aleppo, Suriah timur, dan juga wilayah lainnya. Kita hanya bisa berharap pasukan pemerintah benar-benar ditarik mundur untuk memusatkan perhatian pada penjagaan dan pengamanan wilayah-wilayah yang dianggap vital bagi kelangsungan Pemerintah Suriah, dan bukan karena kehilangan semangat untuk bertempur melawan musuh.

Perkembangan yang terjadi di Suriah memperlihatkan, posisi pemerintahan Presiden Assad berada di lampu kuning. Apalagi, menurut Rami Abdurrahman, pemerintahan Assad secara serius mengalami kekurangan personel tempur. Kita hanya bisa berharap negara-negara sekutu Suriah, serta sejumlah negara Arab dan Amerika Serikat, yang selama ini mendukung oposisi Suriah, mau turun tangan membantu Assad melawan NIIS.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 1 Juni 2015, di halaman 6 dengan judul "Idlib Pun Lepas dari Tangan Assad".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger