Cari Blog Ini

Bidvertiser

Sabtu, 11 Juli 2015

Tajuk Rencana: Membumikan Optimisme Presiden (Kompas)


Presiden Joko Widodo mengajak para pemangku kepentingan melihat Indonesia secara optimistis di tengah perlambatan ekonomi nasional.

Dalam silaturahim Presiden dengan pengusaha dan akademisi yang diadakan Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia pada Kamis lalu, Presiden menjawab kritik tentang lambatnya belanja pemerintah sehingga menekan ekonomi. Awal tahun ini periode transisi. Setelahnya, ekonomi akan naik, terutama dengan bergulirnya proyek infrastruktur pada semester kedua ini.

Presiden mengingatkan, tantangan ke depan semakin berat. Selain karena keadaan ekonomi global, juga sebab perekonomian nasional dalam transisi dari ekonomi konsumsi menuju ekonomi produksi dan investasi.

Presiden menekankan, perubahan struktural dan mendasar harus dilakukan, yaitu meninggalkan ketergantungan pada komoditas menuju industrialisasi dan hilirisasi. Juga disebut perlunya "revolusi di bidang manajemen".

Ajakan Presiden untuk lebih optimistis diperlukan dalam situasi perekonomian yang tumbuh lebih rendah dari perkiraan pemerintah sendiri.

Kementerian Keuangan dua kali merevisi target pertumbuhan, dari 5,7 persen dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan 2015 menjadi 5,4 persen akhir Mei dan awal Juli diturunkan ke 5,2 persen. Perekonomian global belum mendukung pulihnya ekspor Indonesia. Perlambatan ekonomi dapat berakibat berkurangnya penyerapan lapangan kerja dan bertambahnya jumlah orang miskin. Belanja pemerintah difokuskan pada pembangunan infrastruktur dan pengembangan industri dengan mengajak partisipasi swasta. Presiden berjanji membantu jika ada permasalahan perizinan.

Meskipun fokus pembangunan sudah lebih jelas, yaitu infrastruktur dan industrialisasi, pemerintah perlu lebih merinci prioritas jangka pendek dan jangka menengah.

Para menteri pembantu Presiden diharapkan membumikan gagasan itu ke dalam strategi dan rencana aksi disertai dukungan penuh kebijakan. Prioritas jangka pendek sebaiknya meningkatkan daya beli masyarakat melalui belanja pemerintah pada proyek infrastruktur, pertanian, dan perdesaan secara padat karya.

Mengembangkan industri bersifat jangka menengah dan perlu dirumuskan prioritasnya. Industri harus menyerap tenaga kerja, berbahan baku lokal untuk mengurangi impor, berbasis pertanian yang ramah lingkungan, memberi nilai tambah, dan mengandung inovasi teknologi.

Banyak hal lain perlu pembenahan, seperti perampingan izin, insentif pajak, sinkronisasi kebijakan antar-kementerian, produktivitas tenaga kerja, hingga proteksi produk dalam negeri dari barang selundupan. Seperti dikatakan Presiden, situasi transisi terasa "pahit". Namun, perubahan struktural harus konsisten dilakukan, berkelanjutan, dan dengan manajemen yang baik jika Indonesia ingin keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah-bawah.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 11 Juli 2015, di halaman 6 dengan judul "Membumikan Optimisme Presiden".


Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger