Cari Blog Ini

Bidvertiser

Rabu, 19 Agustus 2015

Pilkada dan Harapan Rakyat//Pelurusan tentang Balai Budaya//Penamaan Rupabumi dalam Bahasa Indonesia (Surat Pembaca Kompas)

Pilkada dan Harapan Rakyat

Melalui "Kompas" saya ingin menyampaikan selamat maju dalam pilkada kepada para kepala daerah yang akan bertarung. Harapan saya: bertarunglah demi mengemban tugas bagi kepentingan masyarakat.

Kepada para calon wali kota, saya berharap agar menjelang pelaksanaan pilkada kalian sering-sering blusukanmeninjau calon wilayah yang akan Saudara pimpin. Khusus kepada para calon wali kota Tangerang Selatan, saya berharap pedulilah pada masalah perkotaan yang amat serius di Tangerang Selatan.

Di Tangerang Selatan masih banyak yang harus Saudara benahi: pasar di Ciputat yang bertahun-tahun tak terurus; angkot yang ngetem dan berputar di tengah jalan; jalan-jalan yang dulu adalah "jalan kampung" kini sudah macet oleh mobil dan sepeda motor sehingga perlu diperlebar. Jalan-jalan sempit itu makin dipenuhi ruko sehingga anak sekolah pun tak bisa aman berjalan di sisinya. Sikap penduduk kota baru ini masih tetap buruk dengan membuang sampah ke saluran got sehingga membuat mampat. Selama ini tak ada petugas kota yang peduli.

Jadilah wali kota yang setiap hari memikirkan rakyat.

RENVILLE ALMATSIER, JL KH DEWANTARA 36, CIPUTAT, TANGERANG SELATAN, BANTEN


Pelurusan tentang Balai Budaya

Memenuhi permintaan Ajip Rosidi atas berita Kompas (5/8), ada bagian yang perlu diluruskan. Di halaman 11 diturunkan berita "Balai Budaya Segera Dipugar". Pelurusan didasarkan pada keterangan yang ada dalam majalahWarta Kebudayaan dan Laporan Rapat BMKN tahun 1954.

Pertama, ditulis, sejak 1960 Balai Budaya menjadi markas seniman Indonesia. Yang benar, sejak berdiri dan diresmikan pada 14 April 1954, Balai Budaya telah menjadi markas para seniman anggota BMKN, termasuk Lekra, LKN, Lesbumi, dan lain-lain. Dengan masih bercelana pendek, Ajip Rosidi sudah ikut-ikutan bermarkas di Balai Budaya. Jadi, bukan sejak tahun 1960.

Kedua, tentang pidato R Gaos Hardjasoemantri pada peresmian Balai Budaya. Disebutkan bahwa pidato itu "menandai Kongres Ke-2 BMKN dan dihadiri oleh Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan Moh Yamin". Acara itu bukan menandai Kongres Ke-2 BMKN, melainkan peringatan ulang tahun kedua BMKN. Tidak ada kongres. Kehadiran Moh Yamin sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan justru untuk meresmikan gedung Balai Budaya.

Sebagai tambahan penjelasan, yang dapat dijadikan landasan kuat untuk menentukan siapa pemilik Balai Budaya bukan keterangan R Gaos Hardjasoemantri, tetapi pidato Moh Yamin sebagai Menteri PP dan K. Dengan jelas Yamin menyebut dana pembelian Balai Budaya berasal dari subsidi kementerian yang dipimpinnya. Selanjutnya, mengenai Affandi tidur lesehan dengan keluarga di Balai Budaya, peristiwa itu terjadi pada 1955 setelah Affandi pulang dari pameran keliling Eropa. Pameran pertama Affandi di Balai Budaya.

NUNUS SUPARDI, JL H SAILI BLOK B NO 9, RT 002 RW 006, KEMANGGISAN, JAKARTA BARAT


Penamaan Rupabumi dalam Bahasa Indonesia

Dalam artikel tentang Terusan Suez diKompas (7/8) halaman 11, surat kabar ini menamakan Danau Pahit Besar dalam gambar dengan menggunakan bahasa Inggris: Danau Bitter Lake.

Menurut saya, penamaan dalam bahasa Inggris itu amat sangat tidak pantas.Kompas sebagai harian terbesar di Tanah Air merupakan "penjaga" terdepan penggunaan bahasa Indonesia tertulis. Istilah petahana, atas inovasi bahasa salah satu wartawan Kompas, telah berhasil diperkenalkan; saya angkat topi.

Akan tetapi, nama rupabumi dalam bahasa Indonesia pada dasawarsa terakhir ini memang tidak mendapat perhatian dari lembaga terkait, padahal banyak contoh padanannya dalam bahasa Indonesia, seperti "Mesir", "Laut Tengah", "Laut Merah", dan, yang menurut saya unik, adalah "Jenewa".

Saran saya kepada Badan Bahasa dan pers, kalau tidak ada bahasa Indonesianya, gunakan bahasa aslinya, jangan gunakan bahasa Inggris. Bukankah kita juga terbiasa menyebut "Lapangan Tiananmen" tanpa menggunakan bahasa Inggrisnya "Gate of Heavenly Peace".

ARIEF RUSTOMO, JL GUNUNG SAHARI 41CC, JAKARTA PUSAT

Redaksi

Saudara Nunus Supardi, kami mengucapkan terima kasih atas koreksi dan penjelasan Anda.

Saudara Arief Rustomo, kami mengucapkan terima kasih atas masukan-masukan yang konstruktif dalam penggunaan bahasa Indonesia untuk nama-nama tempat/geografis.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 19 Agustus 2015, di halaman 7 dengan judul "Surat Kepada Redaksi".


Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger