Cari Blog Ini

Bidvertiser

Sabtu, 26 September 2015

TAJUK RENCANA: Duh, Mina… (Kompas)

Apakah tembakanmu mengenai kepala dan mukanya?

Ya.... Bagus sekali....

Pertempuran telah selesai!

(Haji, Dr Ali Shariati)

Itulah lukisan dari literatur tentang haji yang sangat masyhur tulisan cendekiawan asal Iran. Dalam Bab Mina, Ali Shariati mengisahkan pasukan tauhid yang bergerak dari Arafah ke Mina untuk memerangi setan.

Manakala batu (simbol senjata) yang dikumpulkan saat mabit di Musdalifah sukses dilemparkan ke berhala lambang setan yang menghalangi umat manusia untuk berevolusi menjadi ciptaan luhur yang dikasihi Allah, kemenangan besar pun boleh dikumandangkan.

"Tanggalkan pakaian ihrammu, kenakan pakaian yang engkau senangi, potong rambutmu, gunakan wangi-wangian jika engkau suka, dan rangkullah suami atau istrimu! Sekarang engkau telah bebas! Mina telah engkau taklukkan dan setan telah engkau kalahkan!"

Namun, ternyata... menaklukkan Mina tidaklah mudah. Musibah besar terjadi pada 1990 di terowongan yang menggugurkan 1.426 syuhada. Setelah itu, sederet musibah berturut-turut terjadi di Mina. Tahun 1994, 1998, 2001, 2003, 2004, 2006, dan Kamis kemarin, 10 Zulhijah 1436 Hijriah, bertepatan dengan 24 September 2015. Hingga petang kemarin, lebih dari 750 anggota jemaah wafat dan lebih dari 800 lainnya luka-luka.

Pergi ke Jamarat—tempat melempar jumrah sebagai simbol melawan setan yang dilukiskan di awal catatan ini—sering menjadi malapetaka. Dulu, di terowongan terjadi desak-desakan arus berlawanan. Kamis pagi, musibah terjadi karena diduga ada jemaah di bagian depan yang berhenti, lalu yang di belakangnya mendesak.

Apakah semudah itu bencana terjadi? Ini yang harus diinvestigasi Pemerintah Arab Saudi. Muncul suara agar penyelidikan dilakukan independen, melibatkan negara yang warganya menjadi korban, bahkan melibatkan negara-negara anggota Organisasi Kerja Sama Islam.

Kita bisa memahami rumitnya Arab Saudi menerima hampir dua juta tamu Allah setiap musim haji. Di sisi lain, kita bisa berpandangan, karena ibadah haji berlangsung setiap tahun, semestinya segala segi sudah sangat dipahami, terutama terkait pengamanan arus jemaah yang akan dan sudah melakukan pelontaran jumrah Aqabah? Kita terngiang nasihat untuk menjadi bangsa pembelajar.

Memang, kesuksesan penyelenggaraan ibadah haji juga menuntut kerja sama jemaah. Misalnya, tidak harus menunaikan pelontaran jumrah di waktu yang dianggap utama dan menempuh jalur yang ditetapkan. Kita garis bawahi pesan agar jemaah Indonesia dapat melakukan ibadah dengan disiplin, mengikuti arahan pembimbing.

Mina 2015 menjadi mimpi buruk yang amat menyesakkan. Semoga musibah ini menjadi yang terakhir. Kita doakan semoga semua jemaah kembali ke negara masing-masing sebagai haji mabrur yang menerangi keluarga dan masyarakatnya.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 26 September 2015, di halaman 6 dengan judul "Duh, Mina…".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger