Cari Blog Ini

Bidvertiser

Sabtu, 05 September 2015

TAJUK RENCANA: Soal Asap, Indonesia Mengecewakan (Kompas)

Kementerian lingkungan hidup negara-negara ASEAN umumnya menghargai ikhtiar Indonesia mengatasi soal asap setiap kemarau sejak 1997.

Sikap negara tetangga itu tentu didasari kepercayaan besar bahwa Indonesia akan mampu secara tuntas menyelesaikan masalah, yang selain mengganggu lingkungan juga menyusahkan warga di dalam negeri serta di negara sekitar, khususnya Singapura, Malaysia, dan Brunei.

Sebagai ekspresi niat baik, negara tetangga juga menawarkan pelatihan dan bantuan kepada Indonesia untuk keperluan ini. Namun, alih-alih sirna, hari-hari ini kita justru disuguhi berita-berita tentang asap yang tampaknya makin tak terkendali. Di harian ini, kemarin, kita baca bahwa wilayah Sumatera dikepung asap. Sejumlah wilayah di Kalimantan juga tak luput dari selimut asap.

Selain menurunkan kualitas udara, asap juga mengganggu mobilitas dan merugikan bisnis. Selain di dalam negeri, asap dari titik panas juga mengganggu aktivitas di Singapura dan Malaysia.

Kebakaran yang meluas, seperti dikemukakan Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Raffles Brotestes Panjaitan, terkait juga dengan habisnya izin terbang helikopter pemadam kebakaran. Izin juga lambat diberikan untuk mendatangkan pesawat pemadam dari Australia.

Itulah hal yang kita sesalkan karena seperti ada yang tidak sinkron dalam penanggulangan bencana ini. Padahal, dampaknya meluas. Selain mengganggu pernapasan, asap juga membuat banyak penerbangan ditangguhkan atau dibatalkan dan kegiatan sekolah juga diliburkan.

Sengaja kita sebut tahun 1997 atau 18 tahun silam untuk menegaskan bahwa semestinya kita sudah harus malu karena tak sanggup mengatasinya. Asap yang terjadi setiap tahun ini seolah melecehkan otoritas pemerintahan, sekaligus juga sindiran bahwa otoritas tidak efektif. Mungkin sudah ada banyak rapat, sudah ada banyak peninjauan, atau pernyataan, tetapi hasilnya nol. Asap masih terus muncul.

Indonesia yang sebagian wilayahnya dilanda fenomena El Nino, ditandai kemarau panjang, mungkin saja membuat kebakaran mudah terjadi. Namun, kebakaran tahunan di Sumatera dan Kalimantan ini adalah kebakaran yang banyak dikaitkan dengan aktivitas pembukaan lahan. Ini menjadi ironi bagi bangsa Indonesia yang sering menyebut diri sebagai bangsa pembelajar.

Ketika sudah tahu asap akan muncul, pesawat pemadam kebakaran pun tidak disediakan, boro-boro membeli pesawat CL-215 atau Beriev yang dirancang khusus untuk tujuan itu. Artinya, kita sebenarnya sudah lalai.

Asap di Sumatera dan Kalimantan tidak saja mencoreng wajah kita di negara tetangga, dalam arti kita tidak peduli dengan kepentingan kesehatan mereka, terlebih kita juga tak sigap melindungi kepentingan warga bangsa sendiri.

Benarkah kita tak merasa perlu malu dengan keadaan yang mengecewakan ini?

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 5 September 2015, di halaman 6 dengan judul "Soal Asap, Indonesia Mengecewakan".


Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger