Cari Blog Ini

Bidvertiser

Sabtu, 14 November 2015

TAJUK RENCANA: Genosida dan Perbudakan (Kompas)

Apa pun alasannya, genosida tak dapat dibenarkan. Kini militan Negara Islam di Irak dan Suriah memunculkan kembali hukum perbudakan.

Perbudakan yang dipahami Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) tidak selaras dengan paham sebagian besar umat Islam di dunia. Mereka berpegang bahwa budak dianggap sebagai hak milik hingga sang tuan bisa bertindak apa pun terhadap budaknya, bahkan membunuhnya.

Ketika NIIS berhasil menguasai daerah tempat warga Yazidi tinggal di Irak, Sinjar, NIIS memperlakukan warga Yazidi sebagai tawanan perang dan memperbudaknya. Tidak heran jika Museum Peringatan Holocaust AS di New York City merilis laporan, NIIS diduga telah melakukan genosida dan perbudakan terhadap etnis Yazidi.

Selain genosida, menurut Holocaust, NIIS telah melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan dan kejahatan perang lain. Bahkan, NIIS diduga melakukan hal itu kepada beberapa etnis minoritas lain. Dugaan itu didasarkan atas penyelidikan langsung selama dua pekan di Irak oleh Naomi Kikoler, Direktur Pusat Pencegahan Genosida Simon-Skjodt di Museum Holocaust.

Bulan lalu, pemimpin etnis Yazidi telah mendesak Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) untuk menyelidiki kaum militan itu dengan tuduhan genosida dan perbudakan seksual.

Pada Maret 2015, Komisi HAM PBB telah menunjukkan bahwa NIIS melakukan genosida terhadap etnis Yazidi. Komisi menerbitkan laporan tentang pembunuhan, kekerasan, pemerkosaan, perbudakan seks, dan menjadikan anak-anak sebagai tentara oleh kelompok NIIS.

Pengungkapan dugaan genosida berbarengan dengan gempuran pejuang Kurdi dibantu serangan udara oleh pasukan koalisi pimpinan AS, Rabu lalu. Mereka menyerbu Sinjar, salah satu kota strategis yang tahun lalu direbut oleh NIIS. Serangan ini untuk memecah wilayah NIIS dan memotong jalur logistik utama menuju Suriah. Di kota ini, etnis minoritas Yazidi menjalani hidup dan kehidupan.

"Kejahatan genosida terus terjadi terhadap etnis Yazidi. Perempuan dan anak-anak dalam jumlah besar telah ditangkap dan diperbudak oleh NIIS," ujar Cameron Hudson, Direktur Pusat Pencegahan Genosida Simon-Skjodt.

Selain memecah wilayah NIIS, merebut kembali kota Sinjar mungkin menjadi satu-satunya jalan untuk menghapuskan kejahatan dan genosida terhadap etnis Yazidi. Kantor berita Reuters, Jumat siang, melaporkan, pasukan Kurdi telah berhasil masuk ke kota, bahkan berhasil menerobos Sinjar hampir dari semua arah.

Agar Sinjar terlepas dari kejahatan dan genosida, dunia internasional perlu memantau pemulihan keamanan kota tersebut. Kita berharap warga Sinjar dapat melupakan kekejaman NIIS dan kembali hidup damai.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 14 November 2015, di halaman 6 dengan judul "Genosida dan Perbudakan".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger