Cari Blog Ini

Bidvertiser

Rabu, 18 November 2015

Tajuk Rencana: olusi Politik Krisis Suriah (Kompas)

Tercapainya kesepakatan antara Presiden AS Barack Obama dan Presiden Rusia Vladimir Putin

berkaitan dengan krisis Suriah merupakan terobosan penting.

Kedua pemimpin itu menyepakati langkah-langkah awal untuk menciptakan perdamaian di Suriah dalam pertemuan di Antalya, Turki, saat menghadiri KTT G-20. Baik Obama maupun Putin sama-sama sependapat bahwa perlu ada gencatan senjata di Suriah—antara pasukan pendukung pemerintahan Presiden Bashar al-Assad dan pasukan kelompok oposisi—kemudian diambil suatu transisi politik untuk membentuk pemerintahan baru.

Kondisi di lapangan, terutama berkaitan dengan sepak terjang kelompok bersenjata Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS), memberi sumbangan mendorong tercapainya kesepakatan antara AS dan Rusia. Dalam tempo kurang dari dua pekan, terjadi serangkaian serangan mematikan—peledakan pesawat Rusia di atas Sinai; serangan bom bunuh diri di Beirut, Lebanon; dan serangan teror yang menelan banyak korban nyawa di Paris, Perancis—yang diklaim dilakukan oleh NIIS.

Kenyataan tersebut membuat para pemimpin AS dan Rusia serta negara-negara Eropa sampai pada kesadaran bahwa perlu terlebih dahulu ada penyelesaian politik untuk menghadapi dan melenyapkan NIIS. Selama belum tercapai perdamaian antara pasukan pemerintah pendukung Assad dan pasukan oposisi, akan sulit untuk bisa menghadapi NIIS. Dengan kata lain, untuk menghadapi NIIS dibutuhkan persatuan di Suriah, yang didukung oleh kekuatan asing.

Namun, bagaimana mempersatukan Suriah? Bagaimana mewujudkan gencatan senjata dan bagaimana mewujudkan solusi politik dengan membentuk pemerintahan baru? Mulai di titik ini, belum ada kesepakatan, kesatuan pandangan dan pendapat, antara kedua pemimpin AS dan Suriah. Hal itu karena keduanya mempunyai kepentingan yang berbeda atas Suriah.

Sebut saja tentang nasib dan peran Assad. Washington selalu melihat bahwa Assad adalah bagian dari masalah Suriah sehingga tidak perlu dilibatkan dalam transisi politik. Sebaliknya, Moskwa menganggap bahwa Assad harus disertakan dalam mencari solusi politik. Assad adalah sekutu Rusia yang tetap memberikan tempat bagi kehadiran AL Rusia di Tartus. Tartus adalah lambang kehadiran Rusia di Timur Tengah.

Pendek kata, ada perbedaan kepentingan regional antara AS dan Rusia di kawasan ini. Akan tetapi, kesepakatan tersebut memberikan gambaran bahwa kedua pemimpin sependapat tentang perlunya segera penyelesaian politik kalau ingin melumpuhkan NIIS. Oleh karena itu, serangan militer baik yang dilancarkan Rusia, Iran, maupun koalisi pimpinan AS diharapkan tidak merusak usaha-usaha diplomatik untuk mencari penyelesaian politik Suriah.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 18 November 2015, di halaman 6 dengan judul "Solusi Politik Krisis Suriah".


Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger