Cari Blog Ini

Bidvertiser

Sabtu, 28 November 2015

Tajuk Rencana: Paus dan Seruan Dialog (Kompas)

Kekerasan dan kebencian dengan mengatasnamakan Tuhan adalah suatu tindakan yang sama sekali tidak bisa dibenarkan.

Pernyataan itu disampaikan Paus Fransiskus ketika berada di Nairobi, Kenya, Kamis lalu. Masalah tersebut diangkat sesuai dengan tema kunjungan Paus ke benua Afrika, yakni menjembatani perpecahan antara warga Muslim dan Kristiani yang terjadi di benua itu.

Pemimpin umat Katolik sedunia itu masih melanjutkan kalimatnya, "Hal itu yang harus diajarkan kepada kaum muda." Mengapa kaum muda? Itulah pertanyaannya.

Kaum muda adalah generasi penentu masa depan dunia. Kaum muda adalah pemilik masa depan dunia. Kalau pemahaman kaum muda tentang, misalnya, pluralisme, multikulturalisme, toleransi, hidup berdampingan secara baik dengan saling menghormati, dan juga menghormati serta menerima perbedaan, tidak mendalam atau kurang, hal itu akan sangat mengancam perdamaian.

Sebagai contoh, apa yang disebut toleransi? Toleransi mengandung pengertian adanya sikap seseorang untuk menerima perasaan, kebiasaan, pendapat, atau kepercayaan yang berbeda dengan yang dimilikinya. Dari toleransi inilah pada ujungnya lahir kerukunan.

Dengan demikian, kerukunan beragama, misalnya, adalah keadaan hubungan antarumat beragama yang dilandasi toleransi, saling mengerti, dan saling menghormati dalam pengamalan ajaran agama serta kerja sama dalam kehidupan bermasyarakat.

Menciptakan semua itu tidak mudah. Hawa saling tidak percaya atau mencurigai pihak satu terhadap pihak yang lain kini begitu kental. Bahkan, di banyak wilayah di dunia ini ada kelompok atau pihak yang sama sekali tidak mengindahkan sikap toleran dan melakukan kejahatan terhadap orang lain atas nama agama.

Bukankah kejahatan atas nama agama berarti mengkhianati agama itu sendiri? Memang, sangat aneh, ada yang menebarkan kebencian justru dengan bermantelkan teologi. Dalam hal ini, teologi berkelindan dengan kebencian. Dicarikan alasan-alasan penuh dendam sekadar untuk meneguhkan bahwa pihak lain itu sesat, dan sangat tidak layak hidup berdampingan dengan komunitas lain.

Kembali pada pernyataan Paus tentang perlunya toleransi, dan juga dialog. Dialog memang sangat penting untuk mencegah terjadinya konflik. Dialog bukan menyangkal rumusan iman agama lain. Dialog akan membantu memahami kekhasan setiap agama dan memotivasi pencarian Tuhan melampaui konseptualisasi formal agamanya sendiri. Memperhitungkan acuan seperti itu menjadi bentuk penerimaan bahwa agama lain adalah kesadaran penuh di luar diriku yang membangkitkan rasa hormat. Kita, memang, belum sepenuhnya demikian. Usaha keras masih harus dilakukan tanpa mengenal lelah.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 28 November 2015, di halaman 6 dengan judul "Paus dan Seruan Dialog".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger