Cari Blog Ini

Bidvertiser

Selasa, 19 Januari 2016

TAJUK RENCANA: Tsai Tak Memprovokasi Tiongkok (Kompas)

Terpilihnya Tsai Ing Wen (59), sebagai perempuan presiden pertama Taiwan, tidak akan mengubah hubungan Taiwan dan Tiongkok yang ada saat ini.

Walaupun dalam pidato kemenangannya, Sabtu (16/1), Tsai menyatakan menolak mendukung kebijakan satu China, dan meminta Beijing menghargai demokrasi Taiwan, pada saat yang sama ia juga berjanji akan mempertahankan status quo dan tidak mengambil langkah provokatif terhadap Tiongkok. Seperti menyatakan akan membentuk negara sendiri yang terpisah dari Tiongkok.

Dengan janji Tsai dalam pidatonya itu, kita memperkirakan hubungan antara Taiwan dan Tiongkok akan baik-baik saja, seperti yang berlangsung akhir-akhir ini.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Hong Lei, menegaskan, Beijing tidak akan menoleransi setiap upaya Taipei untuk memisahkan diri karena Taiwan adalah bagian dari Tiongkok.

Sikap yang ditunjukkan Tsai, yang ingin mempertahankan status quo itu, bertolak belakang dengan sikap Presiden Chen Shui Bian (2000-2008), yang juga datang dari partai yang sama, Partai Progresif Demokratik (DPP). Semasa pemerintahannya, Chen secara terbuka mengupayakan kemerdekaan Taiwan sehingga hubungan Taiwan dan Tiongkok menegang.

Setelah Chen Shui Bian dikalahkan oleh Ma Ying Jeou, calon presiden dari Partai Kuomintang, pada tahun 2008, hubungan dengan Tiongkok membaik karena Kuomintang yang sejak tahun 1949 berkuasa di Taiwan cenderung dekat dengan Beijing.

Kita mengetahui, pernyataan Taiwan merupakan bagian dari Tiongkok itu hanya pernyataan di atas kertas. Dalam kenyataannya, Taiwan yang membentuk pemerintahan sendiri setelah perang saudara selesai pada tahun 1949 itu memang merupakan bagian yang terpisah dari Tiongkok. Bahkan, Amerika Serikat sempat membina hubungan baik dengan Taiwan untuk mengepung Tiongkok. Namun, kemudian melalui diplomasi Pingpong pada tahun 1971, Amerika Serikat membina hubungan baik dengan Tiongkok untuk menghadapi Rusia (saat itu, Uni Soviet).

Hingga kini, Taiwan tetap merupakan bagian yang terpisah dari Tiongkok. Kita gembira bahwa Tsai mengambil sikap lunak terhadap Tiongkok walaupun kita juga tahu bahwa hubungan antara Taiwan dan Tiongkok di bawah Tsai itu tidak akan sedekat pada waktu Ma menjadi presiden.

Seperti yang disebutkan di atas, janji Tsai akan membuat hubungan Taiwan dan Tiongkok baik-baik saja, dan itu yang kita harapkan. Namun, janji itu bukan jaminan sikap Tsai terhadap Beijing itu tidak akan berubah seiring dengan perjalanan waktu nantinya. Karena janji itu diucapkan bukan semata-mata karena ia tak mau konfrontatif, melainkan karena sikap politik yang diyakininya.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 19 Januari 2016, di halaman 6 dengan judul "Tsai Tak Memprovokasi Tiongkok".


Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger