Cari Blog Ini

Bidvertiser

Senin, 15 Februari 2016

TAJUK RENCANA: Banjir Terus Berulang (Kompas)

Belum sampai satu bulan wilayah Indonesia memasuki musim hujan, korban jiwa, harta benda, dan kerusakan infrastruktur terus bertambah.

Sejak 1 Januari hingga 8 Februari, menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), sudah 14 orang meninggal akibat banjir yang melanda 103 kabupaten dan kota. Ada 102.219 orang mengungsi. Selain itu, terjadi longsor di 63 kabupaten dan kota dengan korban jiwa 29 orang. Kerugian ekonomi bernilai miliaran rupiah karena infrastruktur rusak dan produktivitas kerja menurun.

Setiap kali menjelang musim hujan, banyak dari kita bertanya, apakah bencana banjir dan tanah longsor sudah dapat diatasi dengan belajar dari pengalaman sebelumnya. Data BNPB memperlihatkan, kita masih mengalami persoalan sama. Banjir dan longsor terus berulang, bahkan lebih parah. Cakupan dampak banjir di Bangka dan Belitung kali ini, misalnya, lebih luas daripada musim sebelumnya.

BNPB memiliki peta daerah rawan bencana banjir, longsor, dan gempa. Idealnya, peta itu sudah tersosialisasi kepada pemerintah dan masyarakat rawan bencana.

Idealnya, daerah rawan bencana dihindari sebagai permukiman. Namun, memindahkan warga memerlukan kerja lintas lembaga dan disiplin pengetahuan. Warga yang akan direlokasi, dan warga di daerah penerima, sama-sama perlu merasa pemindahan itu untuk kebaikan bersama.

Sebetulnya, bencana banjir dan longsor dapat dihindari. Banyak penelitian ilmiah membuktikan kerusakan lingkungan menjadi penyebab bencana banjir pada musim hujan dan kekeringan saat tiba kemarau. Banjir di sejumlah daerah umumnya disebabkan rusaknya daerah aliran sungai di hulu. Hutan, yang berfungsi sebagai kawasan penahan sekaligus penyimpan air hujan, rusak.

Kerusakan daerah aliran sungai (DAS) dapat terjadi karena penduduk yang padat dan miskin terpaksa memanfaatkan DAS untuk bermukim atau bertani. Akan tetapi, juga akibat keserakahan manusia secara ilegal mengambil kayu hutan besar-besaran. Yang memprihatinkan, perbuatan itu terus terjadi dan melibatkan oknum aparat pemerintah dan penegak hukum. Perubahan tata ruang karena pembangunan fisik juga berpotensi menghadirkan banjir dan longsor jika tidak dikelola hati-hati.

Penduduk Indonesia terus bertambah, sementara luas daratan tidak bertambah. Pemerintah pusat hingga daerah sudah saatnya lebih terarah dan sungguh-sungguh memitigasi dan mengadaptasi bencana dengan melibatkan warga masyarakat.

Dunia juga sepakat telah terjadi perubahan iklim global yang akan mengubah pola iklim tiap kawasan, termasuk Indonesia. Menjaga lingkungan seharusnya menjadi kesadaran bersama.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 15 Februari 2016, di halaman 6 dengan judul "Banjir Terus Berulang".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger