Cari Blog Ini

Bidvertiser

Senin, 15 Februari 2016

TAJUK RENCANA: Gencatan Senjata Masih Tertunda (Kompas)

Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Amerika Serikat Barack Obama mengadakan pembicaraan yang jujur dan terbuka tentang Suriah.

Obama menelepon Putin karena keprihatinannya atas serangan yang dilakukan Turki terhadap milisi Kurdi di bagian utara Suriah, beberapa hari menjelang dimulainya pelaksanaan gencatan senjata selama satu minggu di Suriah.

Ke-17 negara anggota Kelompok Dukungan Internasional Suriah telah menyepakati tawaran Rusia tentang rencana gencatan senjata selama satu minggu di Suriah, dalam pertemuan mereka di Muenchen, Jerman, Minggu (14/2). Pelaksanaan penghentian permusuhan nasional selama satu minggu itu akan digunakan untuk mempercepat dan memperluas pengiriman bantuan kemanusiaan ke Suriah. Bantuan kemanusiaan itu sangat diperlukan oleh ratusan ribu warga Suriah yang terjebak dalam perang saudara di kota dan desa.

Serangan yang dilakukan Turki terhadap milisi Kurdi di utara Suriah itu dikhawatirkan akan mengganggu pelaksanaan gencatan senjata di Suriah, karena posisi milisi Kurdi itu berdekatan dengan kelompok pendukung Pemerintah Suriah, yang didukung Rusia. Pekan lalu, Rusia menegaskan, pihaknya menentang setiap serangan darat di Suriah, menyusul rencana pasukan Turki dan Arab Saudi untuk menyerang posisi kelompok pendukung Pemerintah Suriah dan milisi Kurdi.

Kita sepenuhnya mendukung pelaksanaan gencatan senjata di Suriah. Selain menghindari jatuhnya korban-korban yang tidak berdosa, dengan gencatan senjata itu bantuan kemanusiaan bisa disalurkan kepada pihak-pihak yang memerlukannya. Kita bahkan berharap gencatan senjata itu tidak berlangsung satu minggu, tetapi selamanya.

Namun, kita tahu, pada saat ini, hal tersebut hanyalah angan-angan kosong. Oleh karena gencatan senjata yang ditawarkan Rusia itu tidak dilatarbelakangi oleh niat yang tulus, tetapi oleh kegundahannya akan banyaknya korban sipil, sebagian besar perempuan dan anak-anak, yang jatuh dalam serangan yang dilakukannya di Suriah.

Perang saudara di Suriah itu berpotensi membuat Suriah luluh lantak. Ke-17 negara Kelompok Dukungan Internasional Suriah yang dipimpin Amerika Serikat mendukung kelompok oposisi yang anti terhadap Pemerintah Suriah, sementara Rusia mendukung Pemerintah Suriah. Kita tahu bahwa jika dua gajah berkelahi, pelanduk di tengah-tengahlah yang menjadi korbannya. Dalam hal ini korbannya adalah rakyat Suriah yang tidak berdaya.

Ada harapan bahwa dari pembicaraan langsung antara Putin dan Obama, yang disebutkan sebagai jujur dan terus terang, itu akan muncul sesuatu yang baik bagi Suriah, walaupun kita tahu harapan itu amat sangat tipis.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 15 Februari 2016, di halaman 6 dengan judul "Gencatan Senjata Masih Tertunda".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger