Cari Blog Ini

Bidvertiser

Selasa, 26 April 2016

TAJUK RENCANA: Mendukung ”Indonesia Terang” (Kompas)

Bagi warga kota besar, khusus- nya di Pulau Jawa, pemadaman listrik adalah kejadian langka. Namun, di banyak daera‎h, pe- madaman masih acap terjadi.

Saat banyak turis dan wisatawan gerhana matahari total berbondong di Palu, misalnya, siaran televisi sering tak bisa ditonton karena listrik di penyalur siaran mati. Palu mestinya bukan kota kecil, tetapi masih banyak mengalami pemadaman listrik. Bagaimana di provinsi, kota, dan kabupaten yang lebih terpencil.

Di satu sisi, harus diakui wilayah negara kita begitu luas sehingga kebutuhan akan listrik sangat besar, dan itu belum seluruhnya dapat dicukupi pemerintah, dalam hal ini oleh PLN. Pada sisi lain, tebersit pertanyaan, Republik sudah lebih dari 70 tahun merdeka, tetapi penyediaan infrastruktur dasar masih jauh dari mencukupi.

Dalam kaitan inilah kemarin kita membaca berita yang memberi harapan. Disebutkan bahwa pemerintah menjanjikan insentif bagi investor yang berminat mengalirkan listrik ke desa terpencil, khususnya kawasan pedesaan yang belum mendapatkan aliran listrik dari PLN. Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sujatmiko mengatakan, bentuk insentifnya adalah tarif menarik dan kemudahan berinvestasi.

Untuk menangani masalah investasi listrik di desa dan wilayah terpencil, Kementerian ESDM membentuk satgas. Programnya dinamai "Indonesia Terang", dengan target menerangi 12.659 desa di yang membutuhkan dana hingga Rp 100 triliun. Dalam program ini akan banyak digunakan energi terbarukan, seperti angin, matahari, dan mikrohidro, sesuai dengan kondisi dan potensi satu wilayah.

Ini hal yang, jika bisa direalisasikan dengan baik, sangat menggembirakan. ‎Masalahnya, pengembangan energi terbarukan untuk listrik saat ini menghadapi tantangan di tengah rendahnya harga minyak. Meski demikian, pengembangan energi terbarukan harus terus dijalankan.

Penyediaan listrik di pedesaan merupakan satu persoalan, sekaligus tantangan pembangunan kelistrikan, karena antara 2015 dan 2019 Indonesia mempunyai target membangun listrik 35.000 megawatt. Itulah pekerjaan rumah kita. Selain meningkatkan jumlah pasokan, juga meningkatkan rasio elektrifikasi nasional, dari 85 persen menjadi 97 persen pada 2019.

Kita menggarisbawahi upaya pemerintah dan investor swasta membangun dan meratakan pemanfaatan listrik untuk berbagai aktivitas. Lebih baik lagi jika listrik tak saja dinikmati seluruh rakyat, tetapi juga disertai kesadaran memanfaatkannya untuk tujuan produktif dan peningkatan kualitas hidup.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 26 April 2016, di halaman 6 dengan judul "Mendukung "Indonesia Terang"".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger